Imam
al-Kisai berkata: “Mengenai berapa lama masa banjir (di zaman Nabi Nuh
As.) di bumi ini para ulama berbeda pendapat. Sebagian ulama mengatakan
bahwa banjir itu menggenang di atas bumi selama 6 bulan. Sebagian lagi
berpendapat 150 hari (5 bulan).”
Pendaratan Perahu Nabi Nuh As.
Setelah itu Allah Swt. memerintahkan kepada bumi dan langit, sebagaimana firmanNya dalam QS. Hud ayat 44:
وَقِيلَ
يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءكِ وَيَا سَمَاء أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاء
وَقُضِيَ الأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْداً
لِّلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Hai bumi telanlah airmu,
dan hai langit (hujan) berhentilah.” Dan air pun disurutkan, perintah
pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi. Dan
dikatakan: “Binasalah orang-orang yang dzalim.”
Bukit
Judi adalah bukit yang letaknya berdekatan dengan tanah Mushal. Perahu
itu berlabuh di bukit itu. Imam ats-Tsa’labi berkata: “Perahu itu berlabuh pada hari Asyura, yaitu tanggal 10 Muharram.
Kemudian
berpuasalah Nabi Nuh As. di hari itu sebagai ungkapan syukur kepada
Allah Swt. Dan Nabi Nuh As. juga memerintahkan semua penumpang untuk
ikut berpuasa sebagai tanda syukur atas kenikmatan-kenikmatan yang telah
diberikan Allah Swt. kepada mereka. Diceritakan bahwa hewan-hewan,
burung-burung, binatang ternak, hewan liar, semuanya juga turut
melakukan puasa
Kemudian Nabi Nuh As. mengeluarkan semua
bekal yang dibawanya. Lalu beliau mengelompokkannya menjadi 7 golongan;
pala, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, gandum, jagung dan padi.
Semuanya dicampur dan dimasak jadi satu. Maka jadilah campuran Palawija
(Bubur Sura), menjadi kesukaaan Nabi Nuh As.
Celak “Itsmid” Saat Nabi Nuh As. Keluar dari Perahu
Kemudian
Nabi Nuh As. membukakan pintu-pintu perahu. Dilihatnya sinar matahari
dan awan, serta tampaklah busur-busur yang berwarna-warni (pelangi).
Pelangi itu tidak pernah nampak sebelumnya kecuali pada hari itu, yaitu
tanggal 10 Muharram (Hari Asyura). Dan pelangi itu sebagai tanda bahwa
air semakin surut.
Ketika Nabi Nuh As. melihat matahari dan pelangi, dengan segera ia bertakbir: “Allahu Akbar!”
Kemudian
semua penumpang yang ada di dalam perahu itu ikut mengumandangkan
takbir. Ketika itu para penumpang tidak bisa melihat matahari dengan
mata telanjang, diadukanlah hal itu kepada Nabi Nuh tentang apa yang
telah menimpa mereka. Mereka berkata: “Mata-mata kami tidak bisa menghadapi sinar matahari.”
Akhirnya
Nabi Nuh As. memerintahkan mereka untuk bercelak dengan batu “ itsmid”
agar mereka mampu dan kuat melihat sinar matahari. Rasulullah Saw.
pernah bersabda:“Barangsiapa yang bercelak pada hari Asyura maka orang itu tidak akan buta pada tahun itu.”
Setelah
Nabi Nuh As. membuka semua pintu perahu maka terpancarlah sinar
matahari ke dalam perahu. Sehingga burung-burung pun bisa mengepakkan
sayapnya. Dan semua hewan serta pepohonan bisa menggerak-gerakkan
tubuhnya. Sedangkan ‘Auj bin ‘Anuq tatakala mengetahui bahwa perahu itu
telah berlabuh, dengan segera ia pergi meninggalkan perahu itu dan
berenang ke dalam air sesuka hatinya.
Kehidupan Baru Usai Banjir Bandang
Imam
al-Kisai berkata: “Setelah banjir melanda selama 150 hari dan menjadi
surut, gunung yang terlihat pertamakali adalah Gunung Abi Qubais di
Kakbah. Sehingga terlihatlah tempat Kakbah yang memiliki tanah berwarna
merah. Dan tak ada satupun desa yang terselamatkan terkecuai Desa
Naharwandi. Desa ini ditemukan di bawah air, keadaannya masih utuh
seperti semula tidak ada yang hancur sama sekali. Begitu juga Desa
al-Barabi di Sha-id. Konon desa ini yang membangun adalah Hurmus I. Di
dalam bangunan itu Hurmus telah menyimpan berbagai ilmu, seperti ilmu
perbintangan dan ilmu-ilmu kesaktian. Bangunan ini ditemukan dalam
keadaan utuh .”
Kemudian Nabi Nuh As. ingin memastikan
apakah air sudah surut atau belum di permukaan bumi, maka diutuslah
seekor burung elang. Elang pun pergi mencari kabar apa yang dititahkan
Nabi Nuh kepadanya.
Di tengah perjalanannya itu elang
melihat bangkai. Setelah itu ia malah memakan bangkai tersebut sehingga
terlupalah akan tugas yang sedang diembannya. Nabi Nuh As. menunggunya
hingga 7 hari. Lalu Nabi Nuh As. pun memanggil elang itu. Namun
didapatinya elang berjalan dengan pongah-ceronboh dan tak bisa diam
menetap pada satu tempat. Akhirnya Nabi Nuh As. berkata kepada
burung-burung yang lain: “Siapakah diantara kalian yang bisa
memberikan kabar kepadaku tentang keadaan air di muka bumi dan tidak
melakukan seperti apa yang dilakukan elang?”
Burung merpati akhirnya yang angkat bicara: “Wahai Nabi Allah, saya lah yang akan membawakan kabar itu untukmu.”
Setelah
itu terbanglah merpati itu dan ia kembali dengan membawa daun hijau di
paruhnya. Ketika melihat daun itu Nabi Nuh As. berkata: “Sesungguhnya daun ini adalah sebagian dari daun-daunnya pohon zaitun.”
Dengan
melihat daun itu tahulah Nabi Nuh As. bahwa banjir belum surut
sempurna. Setelah itu Nabi Nuh As, menunggu beberapa hari lagi. Kemudian
beliau menyuruh burung merpati itu lagi. Dengan segera ia langsung
terbang dan setelah kembali kakinya penuh dengan lumpur yang berwarna
merah. Karena tanah yang pertama terlihat di bumi adalah Kakbah, yang
tanahnya memang merah, burung merpati itu tadi hinggap di sana dan
mengoles-oleskan tanah merah itu pada kedua kakinya.
Maka Nabi Nuh As. mendoakan burung merpati itu: “Ya
Allah, jadikanlah penuh keberkahan burung merpati-merpati ini untuk
para burung lainnya dan perbanyaklah keturunan-keturunannya serta
disukai oleh banyak orang.”
Perahu itu berada di
atas Gunung Judi selama 40 hari sampai bumi menjadi kering dan tumbuhlah
rumput-rumput di sekitar perahu itu. Lalu Allah mewahyukan pada Nabi
Nuh:
يانُوحُ اهْبِطْ بِسَلَامٍ مِّنَّا وَبَركَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَمٍ مِّمَّن مَّعَكَ
“Wahai
Nuh , turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkahan dari Kami
atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang
bersamamu.” (QS. Hud ayat 48).
Kemudian Allah Swt.
memerintahkan Nabi Nuh As. untuk melepas dan membebaskan semua yang ada
di dalam perahu itu seperti sediakala. Lalu Allah Swt. memperlihatkan
siang, malam, menerbitkan matahari, bulan dan bintang seperti semula.
Dan kemudian diturunkanlah hujan rahmat, menggantikan air banjir tofan
yang kotor menjadi air yang segar. Bergembiralah hati Nabi Nuh As.
dengan kebahagiaan yang mengharapkan ridha Allah Swt.
Perubahan Keadaan Bumi Pasca Banjir Bandang
Sewaktu
Nabi Nuh As. keluar dari perahu, dilihatnya bumi ini menjadi serba
putih. Nabi Nuh merasa heran, maka datanglah Malaikat Jibril As. dan
bertanya: “Wahai Nuh, apakah engkau tahu apa sebenarnya putih-putih yang kamu lihat ini?”
Nabi Nuh As. malah balik bertanya: “Apakah ini?”
Malaikat Jibril As. menjawab: “Sesungguhnya warna putih-putih itu adalah tulang-belulang dari kaummu.”
Setelah
mengetahui hal itu lalu Nabi Nuh As. mendengar suara-suara yang
bergemerincingan. Malaikat Jibril As. pun bertanya lagi: “Apakah kamu tahu suara apakah itu?”
“Suara apakah itu?” Nabi Nuh balik bertanya.
Dijawab: “ Sesungguhnya ini adalah suara rantai-rantai yang digunakan untuk menyeret kaummu ke neraka.”
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Nuh ayat 25:
مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْصَارًا
“Disebabkan
kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke
neraka. Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain
dari Allah.”
Dan diceritakan pula bahwa ketika Nabi
Nuh As. keluar dari perahu, ia bersama 80 manusia. Setelah itu Nabi Nuh
As. membangun sebuah desa dan meramaikannya. Desa itu diberi nama
“Tsamanin”. Dan desa ini adalah desa pertama kali yang dibangun di
permukaan bumi setelah terjadinya banjir bandang (tofan).
Setelah
80 orang itu menempati desa tersebut, maka Allah Swt. menurunkan
kerusakan dan binasalah 80 orang itu secara bersamaan. Tidaklah ada yang
tersisa kecuali Nabi Nuh As. dan 3 anak beliau; Sam, Ham dan Yafus,
serta 3 orang menantu beliau. Jumlahnya menjadi 7 orang. Sebagaimana
Allah Swt. Berfirman dalam QS. ash-Shaffat ayat 77:
وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ
“Dan Kami jadikan anak-cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.”
Sehingga semua yang ada di alam ini berawal dari Nabi Nuh As. Dan Nabi Nuh adalah Bapaknya manusia kedua setelah Nabi Adam As.
Wahb bin Munabbih mengatakan: “Awal terjadinya banjir tofan adalah di bulan Rajab sampai akhir bulan Dzul Hijjah (6 bulan).”
Imam
Abu Ma’syar berkata: “Jarak antara banjir tofannya Nabi Nuh As. dengan
taubatnya Nabi Adam As. adalah 2.240 tahun. Sedangkan jarak antara
banjir tofannya Nabi Nuh As. dengan hijrahnya Nabi Saw. adalah 3.774
tahun.”
Nabi Nuh As. Mengawali Hidup Baru dengan Menanam Pepohonan
Imam
ats-Tsa’labi menjelaskan bahwa ketika Nabi Nuh As. telah menetap, maka
Allah Swt. mewahyukan kepadanya agar menanam pepohonan. Nabi Nuh As. pun
menjalankan perintah tersebut. Dan pohon pertama kali yang ditanam
adalah pohon jati. Kemudian Nabi Nuh As. hendak menanam pohon anggur,
namun beliau tidak menemukan pohon itu. Maka Nabi Nuh bertanya kepada
putranya, Sam: “Wahai putraku, apakah kamu mengambil pohon anggur?”
Sam menjawab: “Saya tidak tahu, Ayah.”
Akhirnya turunlah Malaikat Jibril As. memberitahukan: “Wahai Nuh, sesungguhnya pohon anggur itu telah dicuri iblis.”
Lalu Nabi Nuh As. berkata kepada iblis: “Kembalikanlah kepadaku pohon anggur yang telah kau curi itu.”
Iblis menjawab: “Aku tidak akan mengembalikan pohon anggur itu sehingga kau mau membaginya denganku.”
Nabi Nuh As. berkata: “Baiklah, kamu nanti akan mendapat 1/3 bagian.”
Mendengar
keputusan Nabi Nuh tersebut, iblis pun menolak. Kemudian Nabi Nuh As.
menaikkan tawaran menjadi 2/3, maka setujulah iblis.
Syaikh Kamaluddin ad-Damiri dalam kitabnya Hayat al-Hayawan mengatakan:
“Ketika iblis pertama kali menanam pohon anggur, ia menyembelih burung
merak dan menyiramkan darahnya pada pohon anggur itu sampai terseraplah
darah itu ke dalamnya. Setelah daunnya tumbuh maka iblis menyembelih
monyet dan menyiramkan darahnya ke pohon anggur itu. Dan ketika berbuah
muda maka iblis menyembelih harimau dan menyiramkan darahnya ke pohon
anggur itu. Ketika buahnya sudah besar-besar maka iblis menyembelih babi
dan menyiramkan darahnya ke pohon anggur itu. Maka dari itu siapapun
yang meminum khamr maka tidak akan terlepas dari 4 sifat hewan itu.
Keadaan
orang yang meminum anggur adalah, pertama minum ia akan bergerak-gerak
tubuhnya seperti burung merak. Setelah minum maka ia akan berjalan
sempoyongan, menari-nari sendiri seperti monyet. Setelah parah maka ia
akan berteriak-teriak seperti harimau. Dan ketika benar-benar sudah
parah maka ia akan merasa ngantuk dan ingin tidur layaknya seekor babi.
Dan 4 sifat inilah yang tidak pernah lepas dari orang yang minum minuman
keras.
Imam al-Kisai mengatakan bahwa yang pertama kali
memeras anggur menjadi arak adalah iblis. Dan yang pertama kali membuat
gendang, seruling dan alat-alat musik lainnya juga iblis.
No comments:
Post a Comment