Sebelum di angkat sebagai utusan Allah azza wa jalla, Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam sudah dikenal sebagai orang yang jujur dan
amanah. Sampai orang-orang Quraisy menggelari beliau shalallahu ‘alaihi
wasallam dengan al-amin (orang yang amanah). Akan tetapi karena dakwah
beliau shalallahu ‘alaihi wasallam tidak cocok dengan hawa nafsu
orang-orang Quraisy, maka mereka pun mendustakan beliau dan kitab yang
beliau bawa.
Sesungguhnya hati orang-orang Quraisy tetap menyakini kebenaran
perkataan-perkataan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, walaupun secara
lahiriyah mereka melakukan berbagai penentangan yang luar biasa.
Diantara bukti nyata keyakinan orang-orang Quraisy adalah sebuah
peristiwa di bawah ini, yang sekaligus menunjukkan kebenaran kenabian
Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Peristiwa itu adalah:
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, yang bercerita tentang
Sa’ad bin Muadz radhiyallahu .anhu. Sa’ad adalah kawan Umayyah bin
Khalaf. Jika Umayyah melewati kota Madinah, dia biasa singgah ke rumah
Sa’ad. Dan jika Sa’ad melewati kota Mekah, dia singgah di rumah Umayyah.
Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam datang di kota Madinah,
Sa’ad berangkat (dari Madinah menuju Mekah) melakukan umrah. Lalu dia
singgah di rumah Umayyah di kota Mekah. Dia berkata kepada Umayyah:
“Adakan untukku waktu yang senggang agar aku bisa thawaf di Baitullah.”
Maka Sa’ad bersama Umayyah keluar sekitar tengah hari. Kemudian Abu
Jahal menemui keduanya. Abu Jahal berkata (kepada Sa’ad): “Apakah aku
akan melihatmu melakukan thawaf di Mekah dengan aman, padahal engkau
telah melindungi orang-orang murtad (maksudnya Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam dan para Sahaba, -red), dan kamu menyangka bahwa kamu
akan menolong dan membantu mereka? Demi Allah azza wa jalla, jika engkau
tidak bersama Abu Shafwan, engkau tidak akan kembali kepada keluargamu
dengan selamat!” Maka Sa’ad berkata kepadanya dengan suara keras: “Demi
Allah azza wa jalla, jika engkau menghalangiku untuk thawaf, aku
benar-benar akan menghalangimu dengan perkata yang lebih menyusahkanmu
darinya, yaitu jalanmu melewati kota Madinah.”
Maka Umayyah berkata kepada Sa’ad: “Hai Sa’ad, janganlah engkau
mengeraskan suaramu terhadap Abu Hakam (panggilan Abu Jahal, red),
karena dia adalah pemimpin lembah ini (yakni kota Mekah,red)!”. Maka
Sa’ad berkata: “Biarkan kami, wahai Umayyah! Sesungguhnya aku telah
mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, bahwa
mereka (umat islam-red) akan membunuhmu!”. Umayyah berkata: “Dikota
Mekah?” Sa’ad berkata: “Aku tidak tahu”. Maka Umayyah sangat ketakutan
karena hal tersebut.
Ketika Umayyah pulang menemui istrinya, dia berkata: “Wahai ummu
Shafwan, tahukah engkau apa yang telah dikatakan oleh Sa’ad?” Istrinya
menjawab: “Apa yang dia katakan?” Umayyah berkata: “Dia mengatakan bahwa
Muhammad memberitahu mereka, bahwa mereka akan membunuhku. Aku
bertanya: “Di kota Mekah?”. Sa’ad menjawab: “Aku tidak tahu” Demi Allah
azza wa jalla, aku tidak akan keluar dari kota Mekah?”
Ketika akan terjadi perang Badar, Abu Jahal menggerakkan orang-orang
dengan mengatakan: “Selamatkan kafilah dagang kalian!” Namun Umayyah
enggan keluar. Maka Abu Jahal mendatangi Umayyah dan berkata kepadanya:
“Wahai Abu Shafwan, jika orang-orang melihatmu tidak berangkat,
sedangkan engkau adalah tokoh penduduk lembah ini (yakni kota Mekah),
maka mereka juga tidak akan berangkat.” Abu Jahal selalu mendesaknya
sehingga dia berkata: “Karena engkau mendesakku, Demi Allah azza wa
jalla aku benar-benar akan membeli seekor onta yang paling bagus di
Mekah.” Kemudian Umayyah mengatakan: “Wahai Ummu Shafwan, siapkanlah
(perbekalan) untukku!” Istri Umayyah berkata kepadanya: “Wahai Abu
Shafwan, apakah engkau telah melupakan apa yang telah dikatakan oleh
saudaramu sendiri di kota Yatsrib?” Umayyah berkata: “Tidak, aku tidak
berniat keluar bersama mereka kecuali sebentar.” Ketika Umayyah telah
berangkat, tidaklah dia singgah di suatu tempat kecuali dia mengikat
ontanya. Dia selalu begitu sampai Allah azza wa jalla membunuhnya (lewat
tangan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam) di Badar.”
[HR.Bukhari no.3950]
Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Di dalam hadits ini
terdapat mu’jizat yang nyata bagi Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam.
Demikian juga menunjukkan kekuatan jiwa dan keyakinan yang dimiliki oleh
Sa’ad bin Muadz radhiyallahu ‘anhu. Hadits ini juga menunjukkan bahwa
umrah merupakan (ibadah) yang sudah ada semenjak dahulu, dan bahwa para
Sahabat diidzinkan melakukan umrah sebelum Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam melakukan umrah. Ini berbeda dengan haji, Wallahu
a’lam”. [Fathul Bari penjelasan hadits no.3950]
Mu’jizat nyata yang ada di dalam hadits ini adalah tentang berita
Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau akan membunuh Umayyah bin
Khalaf, benar-benar terjadi. Walaupun Umayyah sudah bertekad tidak akan
keluar dari kota Mekah karena takut terhadap sabda Nabi tersebut.
Selain itu keyakinan Umayyah dan istrinya, ini juga sebagai bukti nyata
kebenaran beliau sebagai orang jujur, sekaligus sebagai utusan Allah.
Jika sebuah kebenaran di akui oleh para musuh, maka apakah masih ada
keraguan?! Wahai Allah, tetapkanlah hati kami di atas keimanan kepadaMu
dan kepada Rasul-Mu shalallahu ‘alaihi wasallam. Amiin.
Sumber:
Diketik ulang dari Majalah as Sunnah Edisi 04 Thn.XIII, Rajab 1430/Juli 2009, Hal.61
No comments:
Post a Comment