
Sejarah dalam agama Islam merupakan hal yang penting. Dimana hal 
tersebut dapat dibuktikan melalui al-Quran sebagai kitab suci agama Islam.
 Isi kandungan dalam al-Quran sebagian besarnya adalah memuat sejarah, 
baik sejarah para nabi dan rasul terdahulu serta kaumnya maupun sejarah 
para orang shaleh. Meskipun begitu bukan berarti al-Quran adalah kitab 
sejarah.
Bukan cuma menceritakan sejarah para nabi dan 
rasul, Allah Swt. Al-Quran juga memberikan penjelasan serta peringatan kepada generasi selanjutnya untuk 
memperhatikan pelestarian dan penjagaan peninggalan-peninggalan dari 
sejarah itu.
Dalam surat Al-Isra’ ayat pertama, kenapa 
Allah Swt. tatkala mengisra’kan hamba terkasihNya -Sayyidina Muhammad 
Saw.- harus melewati Masjid al-Haram dan Masjid al-Aqsha? Hal tersebut disebabkan karena di balik dua tempat itu terkandung sejarah dan peninggalan 
sejarah mayoritas para nabi dan rasul terdahulu. Allah hendak 
melestarikan dan menjaga kedua tempat suci tersebut, yang selanjutnya 
adalah tugas kita bersama.
Umat beragama lain dengan 
bangga menyebutkan peninggalan-peninggalan nenek moyang mereka sebagai 
bukti keakuratan sejarah mereka. Kita sebagai umat Islam seharusnya 
lebih bangga melakukannya. Karena pastinya kita sebagai umat islam telah meyakini bahwa 
agama Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah Swt. Namun, 
ketika kita berbangga diri dengan agama Islam kemudian ada orang yang 
menanyakan bukti-bukti peninggalan sejarah agama kita, apa yang hendak 
kita jawab jikalau terhadap peninggalan-peninggalan sejarah itu saja 
tidak tahu? Atau bahkan ketika peninggalan-peninggalan sejarah agama 
kita telah dihancurkan, bisa-bisa generasi yang akan datang akan 
menganggap al-Quran hanya sebagai “buku dongeng” belaka. Lalu salah 
siapakah kalau nantinya benar-benar terjadi pada generasi penerus kita?
Semoga dengan disusunnya kitab-kitab sirah/sejarah oleh para ulama kita
 terdahulu, dapat menjadikan dorongan semangat bagi kita. Pelecut semangat yang 
semakin menghausi diri kita untuk lebih giat lagi menggali 
sejarah-sejarah yang masih bertumpuk di rak-rak perpustakaan, dalam 
lembaran-lembaran kitab para ulama terdahulu. Ketika kita menyebut 
sejarah kaum shalihin saja Allah hujankan rahmat, apatah lagi jika 
menyebut-nyebut sejarah para nabi dan rasul.
Nama Asli Nabi Nuh As.
Nama asli dan sebenarnya adalah Nuh bin Lamak bin Matusyalkha bin Idris As. Imam al-Kisai berkata: “Nama sebenarnya Nabi Nuh adalah Abdul Ghaffar atau Yasykur.”
Dinamakan Nuh, menurut suatu pendapat, adalah karena ia melihat anjing yang mempunyai 4 mata. Lalu Nabi Nuh mengatakan: “Anjing ini sangat buruk-menjijikkan.”
Ternyata anjing itu berkata pada Nabi Nuh: “Wahai
 Abdul Ghaffar, engkau menghina ukiran ataukah Yang Mengukir? Jika 
hinaan itu kau utarakan pada ukiran, maka jelas (memang demikian 
adanya). Namun jika itu ditujukan padaku maka aku enggan memilih menjadi
 anjing. Dan jika hinaan tadi tertuju pada Sang Pengukir maka hinaan itu
 tidaklah layak, karena Ia Maha Berkehendak atas apa yang 
dikehendakiNya.”
Oleh karena kata-kata tadi maka 
Abdul Ghaffar pun terus menangis, menyesali serta menangisi kesalahan akan dosa yang telah ia lakukan. 
Karena seringnya menangis maka dinamakanlah dia dengan sebutan “Nuh” 
(menangis). Hal ini seperti yang diceritakan oleh Imam as-Saddi.
Awal Mula Diutusnya Nuh As. Sebagai Rasul Allah
Wahb bin Munabbih berkata: “Ketika Nabi Nuh As. berusia 480 tahun datanglah Malaikat Jibril As. padanya. Nabi Nuh As. bertanya: “Siapakah engkau wahai lelaki tampan?”
Jibril As. menjawab: “Saya adalah utusan Tuhan semesta alam, datang padamu membawa risalah. Sungguh Allah telah mengutusmu untuk umatmu.”
Sebagaimana Allah Swt. berfirman dalam QS. Nuh ayat 1:
إِنَّآ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ أَنْ أَنذِرْ قَوْمَكَ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya
 Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah): “Berilah 
kaummu peringatan sebelum datang kepadanya adzab yang pedih.”
Lalu Jibril As. memakaikan baju mujahidin dan melilitkan sorban kemenangan serta memberinya ikat pinggang “Saiful ‘Azmi” seraya berkata padanya: “Berilah peringatan pada musuh Allah yang bernama Darmasyil bin Fumail bin Jij bin Qabil bin Adam.”
Darmasyil adalah raja yang lalim. Dia adalah manusia pertama yang 
memeras arak dan meminumnya, manusia pertama yang bermain judi dan 
manusia pertama yang membuat baju dengan dihiasi emas. Dia dan kaumnya 
adalah penyembah 5 berhala; Wad, Siwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr, 
sebagaimana disebutkan juga nama-nama itu dalam al-Quran.
Berhala-berhala
 utama ini dikelilingi oleh 1700 berhala lainnya. Berhala itu juga 
dibuatkan rumah yang dibuat dari marmer berwarna-warni. Setiap satu 
rumah panjangnya mencapai 1000 dzira’, begitupula lebarnya.
Pada
 berhala-berhala itu juga terdapat kursi-kursi yang terbuat dari emas. 
Di dalamnya terdapat berbagai macam perhiasan yang megah. Dan juga ada 
seorang pelayan yang bertugas melayaninya siang dan malam.
Selain
 itu, juga diadakan hari raya untuk mereka yang diperingati setiap 
tahunnya. Keluarlah Nabi Nuh pada hari raya tersebut. Sedangkan mereka 
menyalakan api di sekitar para berhalanya, mempersembahkan kurban lalu 
mereka bersujud memuliakan berhala-berhala itu. Dibawakan pula berbagai 
alat musik, gong ditabuh dan menari-menari berpesta ria sambil meminum 
arak. Pesta sex pun dilakukan secara terang-terangan. Mereka 
memperlakukan wanita seperti layaknya hewan.
No comments:
Post a Comment