Saturday, March 23, 2019

Sujud dan Berdoa Ketika kita sedang punya Hajat agar Cepat Terkabul


Setiap manusia tentu memiliki kebutuhan dan keinginan untuk melengkapi perjalanan hidupnya di dunia. Untuk memenuhinya, tentu membutuhkan perjuangan. Dan perjuangan sebesar apapun tidak akan berhasil tanpa adanya ridha dari Allah SWT. Maka, berdoa menjadi salah satu cara yang paling ampuh untuk kita memohon segala apa yang kita butuhkan dan inginkan pada-Nya.

Meski begitu, terkadang kita merasa doa yang dipanjatkan belum saja dikabul. Nah, selain kita perbanyak istighfar kepada Allah, karena boleh jadi doa belum saa diijabah akibat dosa yang bertumpuk. Kita juga harus bisa mencari waktu yang pas untuk berdoa agar mudah diijabah. Kapankah itu?

Salah satu waktu yang pas bagi kita untuk berdoa ialah ketika sujud. Ya, ketika sujud kita memohon apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Sujud terakhir dalam shalat itu paling utama. Mengapa ketika sujud? Sebab, sujud itu lebih mendekatkan kita kepada Allah SWT.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah ﷺ bersabda, “Keadaan yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika sujud, maka perbanyaklah doa (ketika sujud),” (HR. Muslim). k

Thursday, March 21, 2019

Orang Orang yang Didoakan Malaikat


Apakab anda tahu bahwa ada orang-orang tertentu yang didoakan oleh malaikat? Ya, orang-orang itulah yang termasuk orang-orang pilihan. Mereka termasuk ke dalam kriteria khusus yang mendapatkan do’a dari para malaikat. Siapa sajakah mereka?
1. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga Malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci’,” (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37).
2. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat
“Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’,” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim 46
3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan,” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib).
4. Orang-orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf)
Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf,” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272).
5. Para malaikat mengucapkan ‘amin’ ketika seorang imam selesai membaca al-Fatihah
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu,” (Shahih Bukhari no. 782).
6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat
“Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat di mana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata: ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’,” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106).

Sunday, March 17, 2019

Sifat Munafik

Gambar terkait
Suatu hari Hanzhalah Al Usayyidiy, salah satu juru tulis Rasulullah SAW bertemu dengan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Dia kemudian ditanya sahabat nomor wahid Rasulullah. "Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?" Dia lantas menjawab, "Hanzhalah kini telah jadi munafik."
Abu Bakar lantas berkata, "Subhanallah, apa yang engkau katakan?" Dia pun menjawab, "Kami jika berada di sisi Rasulullah SAW, kami teringat kepada neraka dan surga sampai-sampai seperti melihatnya di hadapan mata. Saat keluar dari majelis Rasulullah dan bergaul dengan istri dan anak, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa". Menanggapi perkataan Hanzhalah, Abu Bakar lantas menjawab, "Kami pun begitu."
Dua sahabat ini kemudian menghadap Rasulullah SAW. Mereka mengadukan masalah yang berkecamuk di dada mereka. Rasulullah lantas menjawab, "Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau terus menerus dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidur dan di jalan. Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat. "Rasulullah mengulangi sampai tiga kali.
Kisah yang dikutip dari HR Muslim No. 2750 ini mengisahkan betapa sahabat sangat berhati-hati pada sifat munafik. Padahal, boleh jadi apa yang mereka lakukan merupakan bentuk naik turunnya iman. Layaknya roller coaster, iman seorang manusia memang terkadang di atas, sedangkan lain waktu di bawah.
Meski kualitas keimanan para sahabat tidak diragukan, mereka masih takut terjerembap pada sifat kemunafikan. Mereka boleh jadi sadar rentannya sifat munafik karena orang-orang munafik bukanlah non-Islam. Kita bisa menukil dari QS An-Nisa ayat 142-143 yang secara eksplisit menyebutkan sifat orang munafik.
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan, apabila mereka berdiri dengan shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud ria (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir); tidak masuk kepada golongan ini (orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah, kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya."
Salah satu ciri orang munafik adalah malas saat melakukan shalat berjamaah. Ini sesuai dengan hadis Rasulullah yang mengisahkan, dua shalat yang paling berat bagi munafik adalah shalat Subuh dan shalat Isya. Padahal, kata Rasulullah, jika mereka mengetahui pahala yang ada pada keduanya niscaya mereka akan mendatanginya meski merangkak. Di dalam QS al-Maun, Allah SWT pun mengecam orang-orang yang melalaikan shalatnya. Allah pun tak segan-segan mencelakai orang yang lalai dalam shalatnya.
Bukan hanya melalaikan shalat, orang munafik pun memiliki empat ciri yang disebutkan salah satu hadis nabi. Dalam satu hadis Abdullah bin Umar Ra berkata, Nabi SAW bersabda, ''Ada empat dosa sifat yang jika seseorang memperlihatkan semua cirinya, dia sepenuhnya orang munafik. Jika dia punya salah satu ciri, dia dianggap memiliki unsur-unsur seorang munafik. Ciri-ciri itu adalah berkhianat, berdusta, ingkar janji, dan melampaui batas jika ada perbedaan pendapat.'' (HR Bukhari).
Pengkhianatan menjadi salah satu sifat jahat dalam diri manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khianat artinya perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan ingkar janji. Jika merujuk pada definisi itu, banyak sekali sifat khianat dipertontonkan di negeri ini. Contoh sederhananya adalah khianat terhadap amanah yang diberikan rakyat.

https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/pnxu6x313/mengenali-sifat-munafik?utm_source=dable 

Orang Sholeh Lebih Berat Ujian dan Cobaannya?

Hasil gambar untuk ujian orang sholeh
Dalam kehidupan ini sering kita menyaksikan bahwa orang-orang sholeh atau orang baik banyak mendapatkan ujian dan cobaan yang berat. Sementara Al-Qur’an menjanjikan siapa yang beriman dan beramal sholeh akan mendapatkan kehidupan yang baik, seperti dalam firman-Nya :
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS.An-Nahl:97)

Dalam ayat ini Allah menjanjikan kehidupan yang baik untuk orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, namun kenyataannya banyak dari mereka yang hidupnya penuh dengan ujian dan cobaan. Apakah janji Allah ini tidak bertentangan dengan kenyataan yang terjadi?

Sebelum menjawab pertanyaan ini, kita harus mencari tau terlebih dahulu apa sebenarnya arti dari “kehidupan yang baik” yang dijanjikan Allah swt.Arti kehidupan yang baik menurut Al-Qur’an bukan berarti seorang mukmin akan terlepas dari semua kesedihan, kemiskinan, musibah ataupun bencana yang menimpa. Karena bagi seorang mukmin, ujian dan cobaan menyimpan berbagai kebaikan dan keuntungan besar dibaliknya.

Ketika Allah swt menjanjikan kehidupan yang baik, bukan berarti kehidupan itu tidak dibarengi dengan ujian, kesedihan dan musibah. Kehidupan yang baik dalam pandangan Al-Qur’an adalah kehidupan yang menerima ketentuan Allah. Perlu kita ketahui bahwa seorang yang menerima semua ketentuan Allah tidak akan sibuk dengan ujian yang menimpa. Ia tidak akan membesar-besarkan cobaan yang ia alami. 

Mengapa demikian?
Karena orang semacam ini hatinya selalu bersama Allah swt. Dan ia yakin bahwa apa yang diberikan Allah untuknya adalah pilihan yang terindah. Karena itu “kehidupan yang baik” bisa saja dirasakan dan dimiliki oleh orang yang sedang sakit. Bahkan oleh orang yang sedang tertimpa cobaan dan musibah. 

Karena hati mereka tetap yakin bahwa semua ini adalah pemberian Allah dan pasti ada hikmah besar dibalik setiap kejadian yang menimpanya. Cobaan dan ujian tidak sedang menguji kekuatan kita, namun Allah ingin melihat sejauh mana kepasrahan kita kepada-Nya. Sejauh mana kita menerima ketentuan-Nya. 
 
Karena itulah para Nabi pun mendapatkan ujian dan cobaan, begitupula orang-orang sholeh. Karena kehidupan yang baik bukanlah kehidupan yang bebas masalah, tapi kehidupan yang penuh kepasrahan dalam menerima ketentuannya.

Ciri Orang yang Sedang Dihinakan Allah

Hasil gambar untuk suka membully
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT bila mencintai hamba-Nya memanggil Jibril seraya berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.’” Rasulullah bersabda, “Maka, Jibril pun mencintai si fulan.” Lalu, Jibril menyeru semua penduduk langit, “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan.” Nabi bersabda, “Maka, si fulan dicintai penduduk langit dan dia pun diterima oleh penduduk bumi.”
Jika Allah membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, “Sesungguhnya Aku membenci si fulan, maka bencilah dia sehingga Jibril pun membencinya.” Rasulullah bersabda, “Lalu, Jibril menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah dia.’” Penduduk langit pun membenci si fulan, kemudian dia pun dibenci penduduk bumi. (HR Bukhari dan Muslim).

Orang yang sengsara adalah yang dihinakan Allah sehingga penduduk bumi pun akan membicarakan orang tersebut dengan kejelekan dan cercaan. “Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS al-Hajj 18).
Rasulullah SAW sering berdoa agar tidak dihinakan Allah, “Ya Allah berilah tambahan kebaikan dan jangan Engkau kurangi, muliakan kami, dan jangan Engkau hinakan. Berilah anugerah kepada kami dan jangan kaucegah. Prioritaskan kami dan jangan ditinggalkan. Ridailah kami dan berikan  keridaan kepada kami.” (HR Achmad dan Turmudzi).
Di antara bentuk kehinaan yang ditimpakan Allah di dunia adalah kehinaan hidup, ditimpakan kekalahan dalam persaingan, dan disesatkan dari jalan Allah. Sedangkan, kehinaan pada hari kiamat adalah ditutup matanya dari melihat Allah (QS Hud 105-107/al-Muthaffifiin 14-17).
Di antara orang-orang yang dihinakan, pertama, pelaku kemaksiatan (QS Ghofir 82). Al- Mu’tamir bin Sulaiman berkata, “Sesungguhnya seseorang yang melakukan dosa secara rahasia, maka pada pagi harinya akan ditimpakan kehinaan.” (Raudlatul Muhibbin, karya Ibnul Qoyyim, hlm 441).
Kedua, orang yang menentang ajaran Islam (QS az-Zumar 55-61 dan al-An’am 125). Umar RA berkata, “Kita dimuliakan Allah dengan Islam dan barang siapa yang mencari kemuliaan dengan selain Islam, maka dia akan dihinakan.” (Ibnu Abdil Birr dalam kitab Al-Mujalasah wa Jawahiril Ilmi, juz II, hlm 273).
Ketiga, menolak kebenaran karena kesombongan (QS Shad 12-15, al-Haqqah 4-8). Hasan Bisri mengatakan, ada tiga macam manusia, yakni mukmin, munafik, dan kafir. Mukmin adalah orang yang menaati perintah Allah, kafir adalah yang dihinakan Allah, dan munafik adalah mereka yang tidak mengenal Allah, tapi dikenal keingkarannya dengan perbuatan-perbuatan jahat dan menampakkan kejauhan dirinya dari Allah (Al-Firyabi dalam kitab Shifatul Munafiq, hlm 61).
Keempat, sombong di hadapan makhluk (QS al-Qashash 83). Kelima, orang zalim (QS al-A’raf 165-166 , Yunus 13-14). Keenam, penghamba harta dan kedudukan (QS al-An’am 44). Rasulullah bersabda, “Celakalah penghamba dinar dan dirham.” (HR Bukhari).


Sunday, March 10, 2019

Bolehkah Baca Al-Quran hanya Latinnya Saja?

Hasil gambar untuk arab latin indonesia
Al Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Kitab yang merupakan wahyu Allah SWT yang terjamin keasliannya hingga akhir zaman ini, turun dalam bahasa arab yang jelas, kepada manusia yang paling fasih, yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau SAW pernah menyatakan bahwa dirinya adalah orang arab yang paling fasih. Ana afshahul arab.

Dalam perkembangannya, al-Qur’an tidak hanya ditulis dengan huruf Arab saja, melainkan telah dikonversikan ke tulisan latin. Permasalahan yang terjadi adalah apakah bolehkah membaca al-Qur’an dengan tulisan latin? Terutama bagi mereka yang tidak bisa membaca al-Qur’an dalam bahasa Arab?

Sebenarnya, tidak ada orang yang membaca Al-Quran dengan huruf latin kecuali dia buta aksara arab karena tidak mengaji. Cara ini sesungguhnya tidak dapat dierima. Bahkan cenderung malah menyesatkan. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Sebab karakter huruf arab sangat jauh berbeda dengan huruf latin. Bahkan bisa disebut semua huruf arab itu tidak ada padanannya dalam huruf latin.
Seperti contoh, tidak ada orang yang bisa menyebutkan huruf “syin” seperti dalam kata “Syajarah,” kecuali dia belajar dulu membunyikannya di depan seorang yang ahli membaca Al-Quran. Sebab huruf ‘syin‘ itu punya karakter, sifat dan cara membunyikan yang spesifik, unik dan tidak ada padananya dalam bahasa lain.
Demikian juga tidak ada orang yang bisa menyebutkan huruf ‘ain’ seperti dalam kata ‘ibadah.’ Huruf ‘ain itu tidak bisa diwakili oleh koma, atau apostrop atau apapun. Karena huruf ‘ain itu punya karakter, sifat dan cara melafazkan yang teramat unik. Hanya orang yang belajar Al-Quran dengan talaqqi saja yang bisa melafazkan dengan benar.

Karena itulah, al-Quran tidak pernah diajarkan lewat tulisan dan huruf. al-Quran diajarkan lewat oral sistem atau langsung dilafalkan. Sebaiknya, jangan membaca Al-Quran dengan mengeja huruf latinnya. Karena hal itu salah dan merusak bacaan. Bukan dapat pahala malah dapat dosa.

Sejatinya, kita sebagai pencari ilmu adalah mendatangi guru qiraah al-Quran dan belajar kepadanya. Baca al-Quran dengan makharijul huruf yang benar dan pastikan sifat-sifat huruf itu benar dipahami.
Hal yang harus diingat adalah jangan sekali-kali berpikir bisa membaca Al-Quran dengan cara otodidak. Al-Quran harus dipelajari lewat talaqqi, lewat seorang guru yang merupakan seorang qari.‘ 



Thursday, March 7, 2019

Persiapan Menuju Akhirat


Hasil gambar untuk persiapan menuju akhirat


Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadikan hidup dan mati, untuk menguji hamba-hamba-Nya sehingga terbedakan siapa yang paling baik amalannya di antara mereka. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi yang mulia, sayyidina Muhammad ibn ‘Abdillah, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jalannya.


Kehidupan dunia ini ibarat tempat penyeberangan yang sedang dilalui oleh orang-orang yang hidup di dalamnya. Setiap orang akan melewati dan meninggalkannya, lalu menuju kehidupan yang sesungguhnya. Dunia ini tempat beramal dan akhirat sebagai tempat pembalasan amalan. Maka setiap orang yang beramal, dia akan melihat balasannya. Dan orang yang lalai akan menyesali perbuatannya.

Hari pembalasan pasti akan datang. Maka, janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya kehidupan dunia yang sementara ini, sehingga melalaikan dari kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti.

Ingatlah, bahwa kematian adalah suatu kepastian yang akan menimpa seseorang. Kematian akan memisahkan dirinya dari keluarga, harta, serta tempat tinggalnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلاَئِكَةُ أَلآتَخَافُوا وَلاَتَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ . نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي اْلأَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَاتَدَّعُونَ
“Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih dan berbahagialah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.’ Kami adalah penolong-penolong kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam (surga) kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kalian minta.” (Fushshilat: 30-31)

Sungguh, kita semua tentu mengharapkan kabar gembira di saat malaikat maut hendak mencabut nyawa kita. Karena dengan itu seseorang akan mengawali kehidupan bahagia di alam akhiratnya. Dimulai dengan kenikmatan di alam kuburnya dan kemudahan-kemudahan yang akan terus dialami pada kehidupan akhiratnya. Keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan ini akan dirasakan oleh orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menerima dan menjalankan syariat-Nya. Yaitu orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada-Nya dan mengikuti jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ulama yang mengikuti jejaknya.

Adapun orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga beribadah kepada selain-Nya dan menyelisihi jalannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta jalan para ulama yang mengikutinya, maka dia akan merasakan siksa yang sangat pedih. Dimulai dari saat kematiannya dan begitu pula ketika berada di alam kuburnya serta kejadian-kejadian berikutnya.

Marilah kita berlomba-lomba dalam beramal shalih dalam kehidupan yang singkat ini. Janganlah kita menjadi orang yang memiliki sifat sombong sehingga menolak kebenaran yang datang kepada kita. Begitu pula, janganlah kita menjadi orang-orang yang mendahulukan dunia dan mengikuti hawa nafsunya, sehingga berani berbicara dan mengamalkan agama tanpa bimbingan para ulama.
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
فَأَمَّا مَن طَغَى . وَءَاثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى . وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى . فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 37-41)
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang beruntung, sehingga mendapatkan surga-Nya dan diselamatkan dari siksa api neraka.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ آثَرُوا الْآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِه أَجْمَعِيْنَ


Ketahuilah, bahwa setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang maka akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik itu berupa amalan kebaikan ataupun amalan kejelekan. Allah Ta’ala berfirman:
مَّنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلاَّمٍ لِّلْعَبِيدِ
“Barangsiapa mengerjakan amal yang shalih, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri.” (QS Fushilat: 46)
Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang senantiasa memperbaiki dirinya dengan terus bersemangat dalam mempelajari agama dan mengamalkannya.
Ketahuilah, setiap orang selama masih bernyawa dan berakal, tentu dia akan melakukan berbagai aktivitas. Maka, seseorang yang melakukan aktivitasnya untuk menjalankan ketaatan, berarti dia telah menjual dirinya kepada Allah Ta’ala dan akan diselamatkan dari siksa api neraka. Sedangkan orang yang melakukan aktivitasnya untuk berbuat kemaksiatan, maka sesungguhnya dia telah mencelakai dirinya sendiri.

Marilah kita berusaha untuk menghitung amalan-amalan kita agar menjadi orang yang senantiasa memperbaiki diri di dunia ini, sebelum datangnya hari perhitungan amalan yang penyesalan pada hari itu tidak lagi memiliki arti. Begitu pula marilah kita berusaha menjaga anggota badan kita dari melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah Ta’ala, sebelum datang hari yang pendengaran, penglihatan, dan tubuh yang lainnya akan berbicara sebagai saksi.
Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ يُحْشَرُ أَعْدَآءُ اللهِ إِلَّى النَّارِ فَهُمْ يُوزَعُونَ . حَتَّى إِذَا مَاجَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ . وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنطَقَنَا اللهُ الَّذِي أَنطَقَ كُلَّ شَىْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ Kulit mereka menjawab, ‘Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan’.” (Fushshilat: 19-21)

Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Karena sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-jelek perkara adalah aturan-aturan ibadah baru yang tidak sesuai dengan petunjuknya. Setiap aturan yang baru dalam ibadah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ الدِّيْنِ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلهِ  رَبِّ الْعَالِمِينَ






Perselisihan Dua Calon Khalifah


Hasil gambar untuk khalifah  

Usai pertempuran Badar, dua sahabat ini beda pendapat menyikapi para tawanan perang.
Abu Bakar dengan sifat lemah lembut dan kasih sayangnya, ingin memberi ampun kepada para tawanan. Umar sebaliknya, ingin agar mereka diganjar dengan hukuman yang berat.
“Ya, Rasulullah,” bujuk Abu Bakar, “demi ayah dan ibuku. Mereka itu masih keluarga kita: ada ayah, ada anak atau paman, ada sepupu atau saudara-saudara. Orang yang jauh dari kita pun masih kerabat kita.

“Bermurah hatilah kita kepada mereka itu,” lanjut Abu Bakar, “Semoga Allah memberi kemurahan kepada kita. Atau kita terimalah tebusan dari mereka, semoga Allah akan menyelamatkan mereka dari api neraka. Maka apa yang kita ambil dari mereka akan memperkuat kaum Muslimin juga. Semoga Allah kelak membalikkan hati mereka.”

Rasulullah diam, lalu pergi menyendiri.
Beberapa saat kemudian Umar mendekat seraya berkata, “Ya Rasulullah, mereka itu musuh-musuh Allah. Mendustakan, memerangi, dan mengusir engkau. Penggal sajalah leher mereka. Mereka inilah kepala-kepala orang kafir, pemuka-pemuka orang yang sesat. Orang-orang musyrik itu adalah orang-orang yang sudah dihinakan Allah.”
Rasulullah tidak menjawab apa-apa. Dan beliau Saw akhirnya masuk kamarnya.
Dalam kondisi demikian, para sahabat terbagi menjadi dua golongan.

Golongan pertama mendukung Abu Bakar. Golongan kedua mendukung Umar.
Mereka menanti keputusan, apakah yang akan ditetapkan oleh Rasulullah? Apakah akan membenarkan Abu Bakar? Atau mengiyakan Umar?
Beberapa saat kemudian Rasulullah pun keluar dari kamarnya. Dan masya Allah dengan cerdas dan sangat bijaksana, Rasullullah membuat perumpamaan yang sangat menarik bagi dua sahabat agung ini.
Di kalangan para malaikat, Abu Bakar seperti Mikail, diturunkan dengan membawa sifat pemaaf dan kasih sayang.
Dari kalangan nabi, ia seperti Ibrahim yang lemah lembut kepada umatnya. Walau dicampakan ke dalam kobaran api, ia hanya berkata, “Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” (QS al-Anbiyaa’ [21]: 67).
“Barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ibrahim [14]: 36)

Juga seperti Isa yang berkata, “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al-Maiidah [5]: 118)
Sedangkan Umar di kalangan para malaikat ibarat Jibril as.
Dan dari kalangan nabi seperti Nuh yang berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.” (QS Nuh [71]: 26)
Atau seperti Musa yang berkata, “Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” (QS Yunus [10]: 88)

Inilah ilustrasi yang memberikan penjelasan dari dua karakteristik yang berbeda. Abu Bakar dan Umar memiliki perbedaan seratus delapan puluh derajat. Baik fisik maupun sifat.
Abu Bakar bertubuh kurus yang pernah beberapa kali sarungnya merosot ketika shalat berjamaah. Sementara Umar berbadan kekar dan pernah bersin sehingga membuat empat orang jamaah shalat hampir terjengkang.
Abu Bakar lemah-lembut. Sementara Umar tegas dan siap membentak.
Dan manusia tentu memiliki beragam kebiasaan, keunikan dan karakter pribadi masing-masing.
Selama itu tidak melanggar syariat tidak usah direka-reka, dirubah atau memakai topeng orang lain. Kaya, miskin, tegas, lembut lembut, kurus, gemuk, pendek dan tinggi, bukanlah hal yang menentukan hina dan mulianya manusia.
Manusia tidak diukur dengar materi: harta, pangkat, jabatan, keturunan, ketampanan atau kecantikan.
Yang menentukan hina dan mulia adalah keimanan dan taqwa pada-Nya.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.” (QS al-Hujurat [49]: 13)



Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...