Thursday, September 27, 2018

Cobaan dan Tips Menghadapinya

menghadapi cobaan
Saya yakin Anda setuju, Anda ingin menjadi pribadi tangguh saat menghadapi cobaan bukan?
Lalu mengapa terasa begitu berat saat cobaan itu datang?
Kita tidak bisa meminta cobaan itu tidak pernah datang. Cobaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup kita.
Akan jauh lebih baik kita mampu menghadapi cobaan dibandingkan berharap tidak mendapatkan cobaan. Saat kita sanggup dan bisa melalui cobaan, maka kita akan mendapatkan hikmah, pelajaran, dan kebaikan dari cobaan itu.
Yuk kita belajar bersama, bagaimana caranya agar menjadi pribadi yang tangguh.
Mengapa kita harus tangguh menghadapi cobaan, sebab cobaan itu bagian dari hidup kita dan ada kebaikan dari cobaan tersebut. Kita tidak bisa menghindari cobaan selama hidup ini. Maka daripada kita menghindari cobaan, maka langlah yang benar adalah membina diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi cobaan.
Cobaan datang dari Allah dan Allah sudah memberikan cara menghadapi cobaan tersebut. Jika kita telusuri Al Quran Dan Hadits, banyak sekali ayat dan hadits yang membimbing kita agar tangguh menghadapi cobaan.
Langkah pertama yang harus kita yakini adalah, yakinlah bahwa ujian atau cobaan itu untuk kebaikan kita sendiri.
Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).  (QS .7.168)
kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS.11:11)
Tiada seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dari dosa. (HR Bukhari)
Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah) (HR Bukhari)
Kita menghadapi cobaan dengan benar, artinya kita akan mendapatkan kebaikan. Sebaliknya jika kita salah dalam menghadapi cobaan, maka malah keburukan dan siksa yang kita dapat dan cobaan itu sendiri tidak hilang. Rugi 2 kali!

Sikap Positif Dalam Menghadapi Cobaan

Lalu bagaimana cara kita menghadapi cobaan? Kata kuncinya adalah bagaimana kita menyikapi ujian tersebut. Mungkin kita berada dalam sebuah kondisi dimana kita memang tidak punya pilihan, artinya kita harus mengalami ujian itu. Namun, sebenarnya kita selalu punya pilihan, setidaknya dalam sikap.
Menyikapi cobaan dengan positif sebenarnya sudah cukup, sebab sikap positif akan melahirkan semangat tidak menyerah, semangat mencari solusi, dan yang jelas, jika sikap positif itu berdasarkan Al Quran dan hadits, diiringi dengan niat ikhlas, maka kita PASTI akan mendapatkan balasannya di akhirat nanti.
Apa saja sikap positif yang harus kita pegang?

#1 Yakinlah Anda Sanggup

Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS.65:7)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS.2:286)
Yakinlah bahwa setiap cobaan yang diberikan Allah kepada kita sesuai dengan kadar kemampuan kita. Jika kita merasa tidak sanggup menghadapi cobaan atau ujian yang kita alami, itu adalah sinyal bahwa kita harus meningkatkan kualitas diri kita.
Bukan ujiannya yang terlalu berat, tapi diri kita sendiri yang loyo dan payah. Perbaiki diri, bukan mengeluh akan beratnya ujian.
Keyakinan diri bahwa kita akan sanggup menghadapi ujian, menjadikan diri kita tidak akan menyerah, sehingga mengambil tindakan untuk memperbaiki diri dan mencari solusi. Yakinlah Anda bisa, insya Allah.

#2 Yang Kita Benci Bisa Jadi Baik Bagi Kita

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS2.216)
Kita harus yakin, bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita. Mungkin kita menyukainya, padahal itu buruk bagi kita sehingga Allah menghilangkannya dari kita. Terasa pahit, padahal justru itu yang terbaik bagi kita. Kita mungkin tidak mengetahuinya, tapi Allah mengetahui.
Jadi berprasangka baiklah bahwa apa yang terjadi itu untuk kebaikan Anda. Allah Maha Penyayang.

#3 Cobaan Bukan Berarti Allah Benci Kepada Kita

Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (QS.93:3)
Cobaan itu tidak menunjukan bahwa Allah membenci kita. Rasulullah saw pun diberikan ujian oleh Allah, padahal beliau adalah habibillah (kekasih Allah). Jadi ujian bukan berarti benci. Justru untuk kebaikan sebagainya dijelaskan melalui ayat dan hadits yang sudah dibahas diatas.

#4 Tenanglah, Kemudahan Akan Datang

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. 94:5-6)
Jangan khawatir dengan kesulitan, sebab Anda akan menemukan kemudahan. Syaratnya Anda harus bersedia melalui kesulitan tersebut.

#5 Jika Anda Menghadapi Cobaan, Perbanyak Shalat

Apabila Rasulullah saw menemui suatu kesulitan, maka beliau segera mengerjakan shalat. (HR Abu Dawud)
Shalatlah bukan malah melamun, bukan malah mengeluh. Jika mau menangis, menangislah kepada Allah. Bangun malam, dirikan shalat malam, dan mintalah petunjukan dan pertolongan kepada Allah.

#6 dan #7 Berdo’a dan Selesaikan Kesulitan Orang Lain

Barangsiapa ingin do’anya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya, hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain (HR Ahmad)
Berdo’alah, karena Allah akan mengabulkan do’a kita. Dan, salah satu rahasia agar do’a itu dikabulkan, selesaikan atau bantu kesulitan orang lain. Mungkin aneh, kita sendiri sedang mengalami kesulitan tetapi malah harus menyelesaikan kesulitan orang lain. Ini adalah perintah Allah dan tidak mungkin salah.
“Ya Allah kuatkan aku menghadapi cobaan ini.”

#8 Bersabarlah

Aku (rasulullah) mengagumi seorang mukmin yang bila memperoleh kebaikan, dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah, dia memuji Allah dan bersabar. (HR Ahmad)
Orang yang berbahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang terkena ujian dan cobaan, dia bersabar. (HR Ahmad)
Ada yang mengatakan bahwa sabar adalah resep untuk segala masalah. Memang benar. Tentu saja dengan definisi sabar yang benar. Seseorang yang sedang berperang membela agama Allah yang bersabar, adalah mereka yang teguh dalam peperangan itu.
Justru Allah melarang kita menyerah atau meninggalkan pertempuran. Artinya menyerah bukanlah definisi sabar. Sabar adalah keteguhan dalam kebenaran.
Sabar juga bisa berarti adalah tetap teguh dalam mecari solusi. Anda tetap teguh dalam perjuangan keluar dari masalah. Jika Anda melakukan sabar dengan sabar yang benar, insya Allah solusi akan datang.

#9 Dakwah

Kalian harus menyeru kepada kebikan dan melarang dari kemungkaran. Kalau tidak, Allah akan mengirim hukuman kepada kalian, saat kalian berdo’a kepada-Nya, Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR At Tirmidzi)
Berdo’alah kepada Allah, dan agar do’a kita dikabul kita harus berdakwah, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Jangan berhenti berdakwah karena kita sedang dalam kesulitan, justru dakwah akan memudahkan kita mengatasi kesulitan.
Jangan mengeluh masalah begitu berat, sementara kemungkaran kita diamkan saja. Jangan mengeluh tidak bisa mengatasi ujian, sementara kita tidak mengajak orang kepada kebaikan.

#10 Khusyu’

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS.2:45-46)
Dan, mintalah pertolongan dari Allah dengan shabar dan shalat. Ini memang tidak mudah kecuali bagi mereka yang khusyu’, yaitu orang yang yakin bahwa dia akan menemui Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Saat kita yakin bahwa kita akan kembali kepada Allah, maka sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, semuanya menjadi kecil, sebab urusan besar itu mempersiapkan diri untuk di akhirat nanti.
Inilah berbagai panduan dari Al Quran dan hadits bagaimana cara menyikapi cobaan dengan benar dan akan membawa solusi.
Mudah-mudahan Anda menjadi pribadi yang tangguh menghadapi cobaan hidup yang berat sekali pun.

Tuesday, September 25, 2018

Sholat Khusyu

Hasil gambar untuk sholat khusuk
Seiring dengan banyaknya kesibukan duniawi, khusyu’ dalam shalat menjadi sesuatu yang amat sulit dicapai. Padahal shalat adalah induknya seluruh ibadah, yang bila ia baik maka baiklah ibadah-ibadah lainnya. Namun bila ia rusak karena tidak khusyu’ umpamanya, maka ibadah-ibadah lainnya akan terpengaruh. Berikut ini adalah tips sederhana yang insya Allah dapat membantu anda untuk khusyu’ dalam shalat. Akan tetapi kuncinya ialah konsentrasi, konsentrasi, dan konsentrasi. Tips ini takkan berguna jika sedari awal anda tidak konsentrasi pada shalat.

Karenanya, usahakan agar sebelum shalat anda dalam kondisi tenang. Lebih baik jika Anda telah berada di mesjid atau mushalla anda sebelum adzan berkumandang, agar memiliki waktu luang untuk konsentrasi dan menenangkan pikiran, baru kemudian ikuti tips di bawah.

Tahukah Anda, bahwa setiap gerakan dan ucapan dalam shalat memiliki makna dan jawaban tertentu?

Tidak tahu? Kalau begitu perhatikan tips berikut dengan baik.

Melepas alas kaki: lepaslah dunia beserta alas kaki anda.

Ucapan Allahu Akbar: Tidak ada yang lebih besar dari Allah, camkan itu!

Mengangkat kedua tangan: lemparkan segala urusan dunia ke belakang.

Berdiri: ketahuilah, bahwa Anda sedang berdiri menghadap Allah.

Tangan kanan di atas tangan kiri: Berlaku sopanlah di hadapan Allah.

Al Fatihah: Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Allah mengatakan: Aku membagi shalat untuk-Ku dan hamba-Ku dalam dua bagian, dan hamba-Ku akan mendapat apa yang dimintanya. Jika hamba-Ku mengucapkan: Alhamdulillahi rabbil ‘alamien (segala puji bagi Allah penguasa jagat raya), Ku-jawab: “hamidani ‘abdi” (hamba-Ku memuji-Ku).

Jika hamba-Ku megatakan: “Arrahmanirrahim” (Yang Maha pengasih lagi penyayang), Ku-jawab: “Atsna ‘alayya ‘abdi” (hamba-Ku memujiku lagi).

Jika hamba-Ku mengatakan: “Maaliki yaumiddien” (Penguasa di hari pembalasan), Ku-jawab: “Majjadani ‘abdi” (hamba-Ku menyanjung-Ku).

Jika hamba-Ku mengatakan: “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’ien” (hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami meminta tolong). Ku-jawab: Inilah batas antara Aku dan hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta…

Jika hamba-Ku mengatakan: “Ihdinassiraatal mustaqiem… dst” (tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat. Bukan jalan orang-orang yang Kau murkai dan bukan jalan orang-orang yang sesat), Ku-jawab: Inilah bagian hamba-Ku, dan baginya apa yang dia minta (HR. Muslim).

Mulai sekarang, biasakan tiap kali membaca Al Fatihah bersikaplah seakan Anda mendengar jawaban Allah pada tiap ayatnya.

Ruku’: Bungkukkan punggung Anda untuk Allah saja, dan tundukkan hati Anda bersamanya.

Berdiri dari ruku’: Segala puji bagi Allah yang menjadikan punggung Anda tegak kembali.

Sujud: letakkan bagian tubuh Anda yang paling terhormat –yaitu wajah- pada tempat yang paling rendah di bumi –yaitu tanah-. Ingatlah bahwa Anda berasal darinya, dan Anda akan kembali ke sana. Lalu katakan “Subhaana Rabbiyal a’la” (Maha Suci Rabb-ku yang Maha Tinggi) 3x, agar makna tersebut semakin meresap dalam hati, lalu berdoalah sesuka Anda.

Duduk lalu sujud yang kedua: bersimpuhlah di hadapan Allah, dan sujudlah kembali, sebab sujud tidak cukup hanya sekali !

Tasyahhud: Attahiyyaatu lillaah wasshalawaatu wat thayyibaat (Salam sejahtera, shalawat, dan segala yang baik adalah milik Allah)… rasakan keagungan Allah ketika itu !

Assalaamu ‘alaika Ayyuhannabiyyu (salam sejahtera atasmu wahai Nabi)… ucapkan salam atas Nabi dan yakinlah bahwa Nabi membalas salam Anda. Nabi bersabda:

ما من عبد يصلى ويسلم علي إلا رد الله علي روحي فارد السلام

“Tidak ada seorang hamba pun yang mengucapkan salam dan shalawat atasku, melainkan Allah kembalikan ruhku agar aku membalas salamnya”.

‘Assalaamu ‘alaina wa ‘ala ‘ibaadillaahisshaalihien (Salam sejahtera atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shalih)… sekarang kedudukanmu mulai terangkat, salamilah dirimu dan kau perlu bersahabat dengan orang-orang shalih.

‘Asyhadu allaa ilaaha illallaah’ (Aku bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah)…yakinlah bahwa Allah ada meski engkau tak melihat-Nya.

Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala aali Ibrahim (Ya Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Kau limpahkan atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim)…Teladanilah kedua Nabi yang mulia ini, karena keduanyalah suri teladan terbaik. Dan berterima kasihlah kepada mereka yang telah mengajarkan kebaikan untukmu, dengan mendoakan mereka dalam shalatmu.

Salam ke kanan: tujukan kepada malaikat pencatat kebaikan…

Salam ke kiri: ucapkan dalam hati “Hai Malaikat di sebelah kiri, aku telah bertaubat !”.

— Penutup Shalat —

Istighfar 3x: Aku mohon ampun atas segala kekurangan yang terjadi dalam shalatku.

Bacalah: ‘Allahumma antassalaam waminkassalaam tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam’ (Ya Allah, engkaulah As Salaam, dan dari-Mu lah keselamatan. Maha berkah Engkau wahai Yang memiliki segala kemuliaan)… ingatlah bahwa kalimat ini akan Anda ucapkan kepada Allah di Surga, tatkala Dia menyingkap tabir-Nya… Allah akan menyeru Anda dengan mengatakan: “Wahai Ahli Surga, Salaamun ‘alaikum”, maka mereka menjawab: “Allahumma antas salaam, wa minkas salaam, tabaarakta yaa dzal jalaali wal ikraam”.

Lalu bacalah: “Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik” (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu)…agar shalat anda yang berikutnya juga sempurna.

Ibnu Khaldun

Hasil gambar untuk ibnu khaldun
Hebat sekali, pada umur 18 tahun Ibnu Khaldun sudah menguasai ilmu keislaman dan umum. Pada umur itu ia juga sudah mandiri dalam belajar dan tidak bergantung kepada seorang guru. Tentunya apa yang dialami Ibnu Khaldun berbeda dengan anak-anak kita saat ini, dimana pada umur sekian masih disibukkan dengan les sana- les sini. Anak-anak kita pun belum mandiri dalam belajar dan masih harus terikat pada seorang guru.

Temuan itu diungkap oleh Dinar Kania Dewi, Kandidat Doktor Pendidikan Islam, dalam Diskusi Sabtuan INSISTS, berjudul Konsep Pendidikan Ibn Khaldun dalam Kitab Muqaddimah (2011).
Ibnu Khaldun (1332 M/732 H) merupakan salah satu ilmuwan besar yang lahir ketika peradaban Islam mengalami ujian berat di Timur maupun di Barat. Bisa dikata Ibnu Khaldun adalah ulama langka. Namanya harum hingga Eropa dan Amerika sebagai asset ilmuwan dunia yang menguasai berbagai jenis keilmuan.

Selain menguasai ilmu hadis dan fiqh, Ibn Khaldun juga menguasai ilmu-ilmu rasional (filosofis), yaitu teologi, logika, ilmu alam, matematika dan astronomi. Selain itu, Ibnu Khaldun juga seorang pendidik.

Berbeda dengan konsep Pendidikan Sekular, Ibn Khaldun berpandangan bahwa kebenaran yang hakiki bersumber dari Allah SWT. “Ibnu Khaldun selalu meletakkan wahyu sebagai premis mayor, bukan premis minor,” kata Dinar.

Dalam kitabnya Muqaddimah, Ibnu Khaldun juga menyoroti problematika pendidikan pada zamannya yang masih relevan hingga saat ini. Menurut Ulama yang pernah menjadi Qadi di Universitas Al Azhar itu, ringkasan yang biasa diperintahkan seorang guru kepada murid adalah salah satu bentuk masalah dalam pengajaran.

“Ini bisa jadi intropeksi juga bagi kita, yang kadang suka baca buku ringkasan, ketimbang buku rujukannya langsung,” sambung Ibu dua anak ini. Selain itu, beragamnya metode dalam pendidikan menyebabkan pelajar menghabiskan banyak waktu dan energi untuk menguasai berbagai metode yang sebenarnya maknanya satu dan sama. Dinar pun akhirnya mengkritik kebijakan pemerintah yang kerap berganti-ganti kebijakan. 

“Saat ini pemerintah kita ganti menteri, ganti kebijakan. Metode pun berbeda-beda dalam pendidikan kita saat ini dari mulai quantum learning, accelerated learning, hipnoparenting dan lain sebagainya.” Kritik Direktur Operasional Andalusia Islamic Education Management Service itu.
Salah satu ciri khas konsep pendidikan yang dilahirkan oleh Ulama kelahiran Tunisia tersebut adalah apa yang disebut dengan malakah. Malakah bisa dikatakan kebiasaan yang sudah mengakar dalam diri seseorang hingga bentuk perbuatan itu dengan kokoh tertanam (dalam pikiran). Mencapai malakah hanya dimungkinkan melalui pembelajaran yang bertahap (tadrij) disertai pengulangan dan pembiasaan.

“Malakah akan menciptakan pengetahuan reflek pada seseorang. Ilmu yang sudah dipelajarinya akan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.” jelas Dinar Metode paling mudah untuk memperoleh malakah, kata Ibnu Khaldun, adalah dengan melalui latihan diskusi atau debat ilmiah guna mengungkapkan pikiran-pikiran dengan jelas dan perdebatan masalah-masalah ilmiah. Inilah cara yang mampu menjernihkan persoalan dan menumbuhkan pengertian dan bukan melalui hapalan tanpa memahami makna yang terkandung di dalamnya 

“Makanya, Ibnu Khaldun itu dianggap ahli dalam ilmu retorika,” ungkap Dinar.
Ada tiga hal metode pengajaran yang diperkenalkan oleh Ibnu Khaldun. Pertama adalah Penyajian Global (sabil al-ijmal). Pada tahap awal pengajaran sebuah disiplin ilmu/ aspek keterampilan, guru hendaknya menyajikan hal-hal pokok, problem-problem yang prinsip dari setiap materi pembahasan dalam bab-bab yang dijelaskan. Keterangan atau penjelasan dari guru harus bersifat global (ijmal) serta memperhatikan potensi intelek (aql) dan kesiapan (isti’dad) dari masing-masing peserta didiknya untuk menangkap apa yang diajarkan kepadanya.
Kedua, Pengembangan (al-syarh wa al-bayan). Pengetahuan atau keterampilan yang disajikan harus diangkat ketingkat yang lebih tinggi. Guru harus menyertakan ulasan tetang berbagai aspek yang menjadi kontradiksi di dalamnya dan ragam pandangan (teori) yang terdapat pada materi tersebut. Keahlian pelajar pada tahap ini harus lebih disempurnakan.
Terakhir adalah penyimpulan (takhallus).Pokok pembahasan harus disampaikan dengan lebih mendalam dan lebih rinci dalam konteks yang menyeluruh. Segala aspek yang ada berserta pemahamannya harus dipertajam lagi dan semua masalah penting, sulit dan kabur harus dituntaskan. Pada tahap terakhir ini diharapkan malakah dari pelajar mencapai kesempurnaan.


Wednesday, September 12, 2018

Golongan yang Jauh dari Allah SWT

Hasil gambar untuk keras hati
Setiap manusia diwajibkan beribadah agar mendekat kepada Allah SWT.
Allah SWT memerintahkan manusia untuk selalu beribadah kepada-Nya. Perintah ini mengandung maksud bahwa ibadah merupakan sarana bagi manusia untuk bisa dekat dengan Sang Pencipta.
Tetapi, ada musibah yang mengancam setiap Muslim. Musibah itu adalah jauh dari Allah.
Jika termasuk dalam golongan ini, sesungguhnya kita dalam keadaan merugi. Sedangkan, golongan apa sajakah itu?
Golongan pertama adalah keras hati. Mereka adalah orang-orang yang suka berbicara namun jarang berzikir dan mengingat Allah SWT, seperti dalam Surat Al Baqarah ayat 74.
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga hatimu seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya. Adapula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan adapula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
Juga dalam hadis riwayat Tirmidzi dan Baihaqi.
"Janganlah kalian banyak bicara tanpa berzikir kepada Allah Ta'ala. Sesungguhnya, banyak bicara tanpa zikir kepada Allah Ta'ala bisa menjadi sebab kerasnya hati. Dan sejauh-jauh seorang hamba dari Allah adalah mereka yang keras hatinya."
Golongan kedua, orang bakhil atau pelit. Julukan ini tidak hanya untuk mereka yang enggan membagi hartanya, namun juga yang merasa dermawan padahal hanya mengeluarkan sedekah sedikit saja.
Ancaman bagi orang bakhil tertera dalam hadis riwayat Tirmidzi.
"Orang yang bakhil jauh dari Allah, jauh dari Surga, dan jauh dari manusia."
Juga dalam riwayat Bukhari dan Muslim.
"Tidaklah ada satu hari pun yang dilalui oleh setiap hamba pada pagi harinya, kecuali ada dua malaikat yang turun, berkata salah satu dari keduanya, 'Ya Allah berilah orang yang suka menginfakkan hartanya berupa ganti (dari harta yang diinfakkan tersebut), dan berkata (malaikat) yang lain, 'Ya Allah, berilah orang yang kikir kebinasaan (hartanya)'."
Golongan ketiga, mendirikan sholat tapi masih mengerjakan perbuatan keji dan munkar. Sholatnya orang yang seperti ini justru menjauhkannya dari Allah SWT.
Seperti tercantum dalam hadis riwayat Ath Thobari.
"Barangsiapa yang melaksanakan sholat, Iantas sholat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah."

Friday, September 7, 2018

Tanda Kiamat, Orang Bodoh Dijadikan Pemimpin

Hasil gambar untuk jokowi siluet
Baik buruknya masyarakat ditentukan oleh para pemimpinnya. Jika pemimpinnya baik, maka masyarakat pun akan menjadi baik. Namun, bila pemimpinnya rusak, maka masyarakat pun akan rusak. Rasulullah s.a.w. sudah mewartakan, bahwa diantara tanda-tanda Kiamat adalah diserahkannya tampuk kepemimpinan kepada orang-orang bodoh, yang tidak mau mengambil petunjuk dari al-Qur’an dan Sunnah, serta tidak mau menerima nasihat.

Jabir ibn Abdillah r.a.a meriwayatkan, bahwa Rasulullah s.a.w. berkata kepada Ka’ab ibn ‘Ajrah, “ Semoga Allah melindunginya dari kepemimpinan orang bodoh, wahai Ka’ab. ” Ka’ab lantas bertanya, “ Apakah yang dimaksud kepemimpinan orang-orang bodoh, wahai Rasulullah ? “
Nabi menjawab, “ Sepeninggalku nanti, akan muncul para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula mengambil sunnah-sunnahku. Barangsiapa membenarkan kedustaan mereka serta mendukung kezaliman mereka, maka mereka itu bukan termasuk golonganku dan aku pun bukan bagian dari mereka. Mereka tidak akan dapat mendekati telagaku. Barangsiapa tidak membenarkan kedustaan mereka dan tidak emndukung kezaliman mereka, maka mereka termasuk golonganku dan aku pun merupakan bagian dari mereka, dan mereka akan mendapatkan bagian dari telagaku. Wahai Ka’ab ibn ‘Ajrah, puasa adalah perisai, sedekah dapat menghapus kesalahan, dan shalat merupakan kedekatan atau petunjuk. Wahai Ka’ab ibn ‘Ajrah, daging yang tumbuh dari barang haram tidak akan masuk surga, dan neraka lebih utama untuknya. Wahai Ka’ab ibn ‘Ajrah, manusia ada dua, ada yang menyerahkan jiwanya (kepada Allah) dan ada yang membiarkannya atau membinasakannya. “ (HR. Ahmad dan Bazzar)

Yang dimaksud dengan orang-orang bodoh disini adalah orang yang kemampuan berpikirnya lemah, dan tak bisa memimpin. Jangankan mengatur orang lain, mengatur dirinya sendiri saja ia tak bisa.
Dalam hadits lain, Nabi bersabda, “ Hari Kiamat belum akan terjadi sampai nanti kabilah-kabilah dikuasai oleh orang munafk dari kalangan mereka. “ (HR. Thabrani)
Apabila para penguasa, pemimpin, dan pejabat publik seperti ini, maka masyarakat oun akan rusalk. Pembohong dianggap benar, orang jujur dianggap pendusta, pengkhianat dipercaya, orang yang bisa dipercaya malah dianggap pengkhianat, orang bodoh akan berbicara, dan orang pintar diam saja.
Asy-Sya’bi berkata, “ Hari Kiamat belum akan terjadi sampai ilmu dianggap kebodohan dan kebodohan dianggap sebagai ilmu. “
Semua ini adalah kenyataan yang akan terjadi pada Akhir Zaman.
Abdullah ibn Amr r.a. meriwayatkan, bahwa Nabi s.a.w. bersabda, “ tanda-tanda Hari Kiamat adalah disingkirkannya orang-orang baik dan diangkatnya orang-orang jahat. “ (HR. Hakim dalam al-Mutadrak)
Disarikan dari buku ” Kiamat Sudah Dekat? “ (kl/gr)


Tuesday, September 4, 2018

Teman Yang ambisius

Hasil gambar untuk teman yang ambisius
Kalau ingat masa-masa sekolah dulu, semua orang pasti punya setidaknya satu teman yang dijuluki siswa teladan. Tugas dari guru tidak pernah lupa dikerjakan, nilai ujian hampir selalu sempurna, dan di akhir semester terbukti selalu meraih peringkat atas di kelas. Namun demikian, ada kalanya giatnya siswa ini sampai membuat dia terlalu keras pada diri sendiri.

Karakter siswa yang bisa dibilang "kelewat" teladan ini masih bisa ditemui di lingkungan kerja. Mereka adalah karyawan-karyawan ambisius yang sangat terobsesi dengan prestasi di tempat kerja. Di satu sisi, keberadaan karyawan ini menjadi keuntungan bagi perusahaan. Akan tetapi, sering kali ambisi yang berlebihan membuat perilakunya kurang disukai di lingkungan sekitar.

Apabila Anda punya rekan kerja yang terlalu ambisius seperti itu, berikut tip dari Jobplanet untuk menyikapinya:

1. Tiru sisi baiknya
Sifat rekan kerja Anda memang terkadang berlebihan, hingga membuat orang lain jengkel. Namun, Anda sebenarnya bisa kok menjadikannya motivasi agar Anda bisa menoreh prestasi yang sama. Kuncinya hanya satu: tiru sisi baiknya saja.
Misalnya, karena ingin pekerjaan timnya cepat selesai, ia pun mengambil alih area kerja orang lain. Meskipun kelihatannya ia telah membantu kelancaran perusahaan, tapi di saat yang sama, ia juga menghalangi kesempatan rekan-rekannya untuk berkembang. Dari hal ini, Anda bisa belajar untuk peduli pada pekerjaan tim, tapi tetap tahu batasannya.

2. Jangan terpancing
Karyawan yang ambisius biasanya punya hasrat berkompetisi yang tinggi. Ia sangat haus akan prestasi, dan pengakuan dari atasan berarti besar baginya. Dalam sebuah meeting, misalnya, ia selalu hadir dengan ide-ide dan inovasi yang dapat memajukan perusahaan. Sayangnya, karena merasa paling kompeten, ia jadi kurang menghargai rekan-rekannya.
Apabila Anda berada di posisi karyawan yang merasa diintimidasi oleh si karyawan teladan ini, jaga emosi agar jangan sampai terpancing. Anda mungkin tak mau tinggal diam, tapi paling tidak gunakan cara yang elegan ketika berargumen dengannya. Ingat, setiap perbuatan yang dilakukan semata-mata untuk menjatuhkan orang lain tidak akan berakhir dengan baik.

3. Jadi teman yang baik
Untuk mencegah agar tidak timbul konflik, Anda mungkin berusaha untuk menjaga jarak dari rekan kerja yang terlalu ambisius. Namun, sebenarnya tidak ada salahnya juga sesekali Anda mengesampingkan ego untuk menjadi teman yang baik. Misalnya, mengingatkan ketika dia terlalu memforsir tenaga dan pikirannya untuk pekerjaan.
Kerja keras itu penting, tapi kalau sampai melupakan kehidupan sosial dan kesehatan, maka ada yang salah dengan cara kerja orang tersebut. Sebagai teman yang baik, Anda tak perlu segan memberi tahu apa saja risiko yang menantinya kalau ia tidak menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Tapi ingat, jangan terlalu menggurui, ya.

Dikhianati Teman Sendiri

Hasil gambar untuk Dikhianati Teman Sendiri
Apakah Anda pernah dikhianati oleh teman yang begitu dipercayai? Kebanyakan kita pasti merasa marah dan sakit hati. Contohnya, seorang teman membeberkan rahasia kita pada orang lain. Rasanya pasti tidak ingin mempercayainya lagi.Dikhianati oleh teman sendiri memang menguras emosi.
Saat kita dikhianati, kita sering sulit mengendalikan emosi. Namun sayangnya, sebagai korban kita sering membiarkan diri kita menjadi pahit akibat sakit hati. Rasanya kita ingin menghukum si pelaku dengan cara tidak memaafkannya. Dan tentu itu tidak mengubah kenyataan.
Buruknya, pengalaman dikhianati membuat kita sulit mempercayai orang lain di luar pelaku. Kita menjadi cenderung lebih percaya pada perasaan kita sendiri dalam menghadapi segala situasi. Bahkan seringkali karena pikiran dan perasaan itu kita terpuruk dalam kebencian. Sehingga pikiran kita dipenuhi dengan pengkhianatan itu. Pikiran yang bodoh, bukan?

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa mengatasi dan memulihkan diri tanpa membiarkan pikiran dan perasaan terbelenggu kebencian?
  1. Jangan menahan amarah dan sakit hati karena menahan amarah hanya akan membuat kita mendendam. Lampiaskan dan lepaskan amarah dengan sehat.
  2. Tempatkan diri Anda pada posisi “si pengkhianat” dan perhatikan apakah perilakunya itu sebuah kebiasaan atau penyimpangan.
  3. Lihat apakah ada niat positif di balik perilakunya, dengan begitu Anda bisa melihat situasi dengan lebih jelas dan tenang.
  4. Ingat kebaikan dan perilaku positif dari orang itu. Ini merupakan cara untuk melindungi diri kita sendiri. Sebab sakit hati akibat pengkhiatan biasanya membuat kita berpikir bahwa apapun yang dilakukan si pelaku adalah salah.
  5. Jika Anda ingin mempertahankan persahabatan, ajaklah dia untuk berbicara langsung. Dalam pertemuan itu, upayakan hanya membicarakan fakta permasalahan, tanpa saling menyalahkan. Jelaskan padanya apa yang membuat Anda kecewa dan dengarkan respons nya.
  6. Dengarkan baik-baik penjelasan si pelaku dengan hati dan pikiran yang terbuka. Jika Anda melihat bahwa tindakannya memang benar-benar bertujuan untuk berkhianat dan ia tidak memiliki tendensi untuk mengubah perilakunya, tentu Anda tahu apa yang harus dilakukan.
  7. Jika seseorang sudah menghancurkan kepercayaan Anda lebih dari tiga kali, mengapa Anda bersedia menempatkan diri sebagai korban terus-menerus? Tetaplah berteman dengannya, namun tidak perlu memberikan kepercayaan.
  8. Jaga jarak dengannya beberapa waktu untuk memikirkan bagaimana Anda harus merespons situasi ini. Sebenarnya ada tiga pilihan: Ubah cara pandang Anda pada orang tersebut, menerima perilakunya itu, atau memutuskan hubungan.

Kejahatan dibalas Dengan Kebaikan

Gambar terkait
Ini adalah sifat impian dari admin yang sampai sekarang masih sulit untuk dipraktekan dalam kehidupan dan aktivitas sehari hari. Tapi akan selalu untuk dicoba dan dipraktekan dalam bersosialisai dengan lingkungan. 

Allah cinta dengan orang yang berbuat kebaikan, Allah selalu menyenangi orang yang menyenangi kebaikan, maka dalam kondisi apapun kita saat ini teruslah ajarkan hati untuk selalu senang akan kebaikan, agar selalu ada kesempatan pada diri untuk berlomba-lomba dalam berbuat baik.
Terlebih ketika posisi kita didzalimi, ajarkanlah hati untuk tetap sabar, ikhlas dan memaafkan, karena balas dendam terhebat adalah ketika kita mampu membuktikan pada dirinya bahwa kita selalu baik-baik saja meski telah dianiaya.
Tenangkanlah hati dengan terus yakin, aku punya Allah, dan Allah melihat semua yang terjadi padaku, maka aku percaya Allah akan menambahkan kebaikan-Nya kepadaku. Karena dengan kita percaya demikian, maka sungguh untuk tabah pun akan mudah kita lakukan.

Jadi bila kita ingin dicinta Allah, disayangi Allah, dan selalu diberi hak istimewa oleh Allah, maka belajarlah untuk terus mengendalikan diri ketika disakiti, dijahatin, dihina, dan saat dikhianati sekalipun. Jangan sampai rasa kit itu mengahalangi kita untuk tetap berbuat baik. Iya, sakit memang bila kita dikhianati, dihina, dan dijahatin, tapi apalah artinya sakit itu bila Allah saja telah sediakan pembalasan yang indah untuk kita, bila saja kita mampu bersabar dan memaafkan.

Maka teruslah berbuat baik, karena pada akhirnya yang namanya kejahatan akan kalah dengan kebaikan yang terus menerus.
Allah yang maha membolak-balikkan hati, maka mintaalah kepada Allah untuk terus kuatkan kita dengan kebaikan, agar sampai kapanpun hati kita tidak pernah goyah walau disakiti.

Teruslah bersabar meski sulit atau bahkan sangat sulit, karena saat kita disakiti maka disitulah Allah akan memberi kita hak istimewa dengan doa yang cepat terijabah.
Maka, jangan sia-siakan kesempatan yag demikian, banyak-banyaklah meminta yang terbaik kepada Allah karena sungguh doa orang yang terdzalimi akan cepat menembus langit dan sampai kepada Allah. 

Jadi doakan saja dia dengan kebaikan, karena hakekatnya doa adalah memantul, maka bila yang kita semogakan baik, jangan khawatir kebaikan itu tidak akan sampai kepada kita, sebab Allah dzat yang maha bijaksana dalam mengabulkan doa.
Lagipula, bila kita senantiasa berdoa dengan baik-baik, sungguh sampai kapanpun hati kia akan terus sempurna dengan kebaikan. Aminn

Ingatlah dengan bijak, Allah senang bila kita selalu berbuat baik, dan Alalh cinta kepada kita bila kita sendiri cinta akan kebaikan. Oleh karenanya, bila kita ingin terus dicintai Allah, maka jagalah hati untuk selalu dalam kebaikan.
Terlebih bila kita sedang disakiti dna didzalimi, maka doakan saja dia yang menyakiti dengan doa yang baik-baik. Karena bila hati kita lapang untuk berdoa yang baik-baik, sungguh kebaikan itu akan sangat nyata kepada kita sendiri.





Ketika Harapan Tak Sesuai Kenyataan

Gambar terkait
Inilah perasaan yang sedang admin rasakan sekarang ini. Tapi ngga pake galau apalagi baper. Perasaan tidak terima dan kecewa pasti hadir saat harapan tak sesuai dengan kenyataan yang ada, terlebih jika kenyataan yang ada adalah sesuatu yang memang tidak kita harapkan terjadi, maka pasti perasaan frustasi, kecewa, dan tidak terima akan menghujam hati. Tetapi, setidak terima apapun kamu terhadap keputusan Allah tetaplah sadar bahwa inilah yang terbaik untukmu, karena hanya Allah yang tahu apa-apa yang akan menjadikanmu baik.

Lagipula sehebat apapun rencanamu jika menurut Allah tidak baik, sungguh rencana itu akan Allah ganti dengan rencana-Nya yang lebih baik. Karena Allah selalu tahu apa yang akan benar-benar menjadikanmu baik, bahkan Allah lebih tahu dari apa yang kamu kirakan selama ini, maka sebab itulah kenapa kamu harus kendalikan hatimu untuk tak gampang kecewa.

Selalu sadarkan hatimu dengan rasa sabar, percayalah bahwa dibalik ketetapan yang menurutmu buruk itu pasti tersimpan hikmah yang luar biasa dibaliknya. Jadi puayakanlah hatimu untuk bersabar, jangan gegabah bersedih, kesal, dan merasa bahwa inilah kisah paling buruk, karena bagaimanapun tujuan Allah pastilah baik.

Selain bersabar, maka berusalah untuk ikhlas, lapang dada, dan tundukkan hatimu, agar kamu menyadari bahwa tidak ada satupun tujuan Allah yang berakhir keburukan, semuanya pasti bermuara dititik yang disebut dengan kebaikan.

Lantas tidak usah kamu merasa tidak terima dan kecewa saat harapanmu tak sejalan dengan kenyataan, terlebih jika kenyataan itu adalah hal yang sangat buruk dan tidak kamu sukai, karena bagaimanapun pasti memiliki makna yang indah.

Dan Allah tidak mungkin mentakdirkannya kepadamu apa-apa yang kamu keluhkan buruk tadi, jika memang hal tersebut tidak baik untukmu, maka setidak enak apapun dirasa tetaplah terima dengan lapang dada.  

Jangan tanya tujuan Allah itu apa, karena bagaimanapun pasti demi kebaikanmu, hanya saja dibuat nampak buruk agar kamu tahu caranya berjuang dalam rasa sabar dan ikhlas.



Langsung Minum Air Putih Setelah Makan Justru Bahaya?

Hasil gambar untuk Minum Air Putih Setelah Makan Justru Bahaya?
Waktu paling tepat untuk minum air putih sebagai pendamping makan, sebetulnya masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan. Ada banyak pendapat kontras tentang pengaruh air putih bagi tubuh jika diminum sebelum, saat, dan sesudah makan.

1. Minum air putih sebelum makan

Ahli gizi klinis asal India, Piya Karkera, mengatakan salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan nafsu makan penderita obesitas adalah minum air putih sebelum makan. Dengan begitu, perut akan jadi lebih cepat kenyang dan keinginan makan dapat ditekan.
Pendapat lain dikemukaan Anju Sood, dokter sekaligus nutrisionis asal Amerika Serikat. Ia mengatakan, butuh waktu selama dua jam agar makanan dalam perut bisa benar-benar dicerna, dan minum air putih tepat sebelum makan bisa mempengaruhinya.
Kata dia, ada proporsi cairan tertentu dalam sistem lambung kita. Selain mengganggu komponen cairan, mengonsumsi air sebelum makan akan membuat makanan masuk usus besar lebih cepat dari seharusnya. Makanya tidak disarankan minum air sebelum makan.

2. Minum air putih sesudah makan

Minum air putih di sela atau usai makan bisa memperburuk gastroesophageal reflux disease (GERD) alias naiknya asam lambung. Hal ini bisa menyebabkan kembung, perut tak nyaman, dan gangguan pencernaan. Itulah yang dijelaskan Claire Martin, nutrisionis asal California, Amerika Serikat.
Asam hidroklorida yang ada dalam lambung berperan memecah makanan yang kita konsumsi. Air putih yang masuk ke dalam perut bersamaan dengan makanan bisa mengubah tingkat keasaman lambung dan memperlambat pencernaan. 
Dalam sistem pencernaan, makanan yang masuk akan dihancurkan, lalu dipecah kandungannya. Nutrisi penting akan diserap tubuh secara optimal, sedangkan sisanya dibuang.  Jadi kalau makanan tidak dicerna dengan baik, hal ini akan mempengaruhi keseluruhan fungsi pencernaan.

3. Air putih tetap penting diminum ketika makan

Meski demikian, minum air putih tetap sangat penting untuk kelangsungan pencernaan. Air bisa melicinkan jalan makanan menuju usus, sehingga tak terjadi sembelit.
Namun, Claire Martin menyarankan untuk minum segelas air putih 30 menit sebelum atau sesudah makan, untuk menghindari gejala tak nyaman pada perut.
Hal serupa juga dikatakan oleh Anju Sood. Ia menyebutkan akan lebih aman kalau air putih dikonsumsi sekitar 30 menit sebelum makan.
Kalau kamu terbiasa minum air putih sebelum atau sesudah makan nih? Apa yang kamu rasakan? Cerita di kolom komentar ya!

Saturday, September 1, 2018

Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam

Hasil gambar untuk jaga emosi
Emosi merupakan perasaan yang lazim dimiliki oleh setiap manusia. Biasanya manusia dapat merasakan emosi karena dipengaruhi oleh suasana hati. Suasana hati yang sedang sedih, marah, dan gembira merupakan contoh dari macam-macam emosi. 

Akan tetapi, emosi lebih diidentikkan dengan marah. Sebagai contoh, seseorang berkata, “Si fulan orangnya emosian, mudah marah. Kalian berhati-hatilah dengan dia.” Perkataan semacam itu tentu pernah kita dengar. Entah di jalan atau ketika kita sedang berkumpul bersama teman. 

Penting bagi kita untuk menjaga emosi. Karena emosi tentu akan mempengaruhi diri kita pribadi dan lingkungan sekitar. Ada beberapa manfaat ketika kita dapat menjaga emosi, yaitu:
  • Disenangi banyak orang. Kebanyakan orang akan lebih menyukai tipikal seseorang yang tidak mudah emosi, sehingga mereka akan lebih disenangi.
  • Mudah dalam bergaul sesuai Pergaulan dalam islam. Bergaul dengan orang yang memiliki emosi yang stabil akan lebih menyenangkan dan mudah diterima di lingkungan pergaulannya.
  • Tidak mudah dipengaruhi atau dihasut. Dalam keadaan emosi yang stabil akan lebih mudah berpikir dengan jernih, sehingga tidak mudah untuk dipengaruhi tau dihasut.
  • Fisik dan mental akan menjadi sehat. Orang yang mudah emosi tekanan darahnya akan tinggi. Detak jantung dan otot pun akan lebih tegang. Sehingga dapat menurunkan daya tahan tubuh. Selain itu, orang yang emosian tidak dapat menghadapi masalah dengan tenang dan membuat mentalnya terganggu dan mudah stres.
  • Terhindar dari perselisihan atau pertengkaran. Perselisihan atau pertengkaran umumnya disebabkan oleh emosi. Jika kita dapat menjaga emosi otomatis akan terhindar dari kedua hal tesebut.
Selain bermanfaat, menjaga emosi juga diperintahkan oleh Allah SWT.
“Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy Syuura: 37)
Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat. Orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya di saat marah.” (HR. Bukhari)

1. Membaca Ta’awudz
Hal pertama yang dilakukan dalam Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam adalah mengendalikan emosi. Emosi atau marah berasal dari hawa nafsu. Di mana hal tersebut adalah merupakan titik lemah manusia yang selalu diincar oleh syaitan. Oleh karena itu, sebaiknya kita segera meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah SWT.
Dari sahabat Sulaiman bin Surd Ra, beliau menceritakan: Suatu hari saya duduk bersama Nabi Saw. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:
“Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: “A’uudzu billahi minas syaithanir rajiim,” marahnya akan hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Menjaga Lisan dengan Diam
Ketika sedang emosi, hal yang paling sulit untuk dikendalikan adalah perkataan. Biasanya semakin banyak kata yang terucap saat emosi atau marah, maka semakin banyak pula kita menebar kebencian dan hal yang tidak baik yang keluar dari mulut. Oleh karena itu, apabila kita sudah mulai merasa emosi atau marah, sebaiknya kita lekas berdiam. Tutup mulut dan jaga lisan.
Dari Ibnu Abbas Ra, Rasulullah Saw. bersabda:
“Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad).

3. Merubah Posisi
Ketika sedang emosi atau marah, maka sebaiknya mengambil posisi yang lebih rendah. Maksudnya adalah ketika kita emosi atau marah di saat sedang berdiri, maka hendaklah kita duduk untuk meredakan emosi tersebut. Jika kita marah pada saat posisi duduk, maka hendaklah kita berbaring. Dengan begitu kita akan sulit untuk bergerak atau melakukan perlawanan pada saat marah.
Dari Abu Dzar Ra, Rasulullah Saw. menasehatkan: “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

4. Mengingat Keutamaan Menjaga Emosi
Ada berbagai macam manfaat atau keutamaan dalam menjaga emosi seperti yang telah disebutkan di atas. Jadikanlah pacuan untuk meredakan emosi atau amarah. Ingat selalu apa saja yang akan kita dapatkan ketika berhasil menahan emosi. Rayuan untuk menjaga emosi juga disampaikan dalam hadist.
Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi)

5. Mengingat Akibat dari Emosi
Selain mengingat manfaat dari menjaga emosi, sebaiknya juga ingatlah akibat dari emosi tersebut. Ada beberapa akibat yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, misalnya: terjadi perselisihan atau pertengkaran, hubungan menjadi tidak baik, timbul rasa dendam, sulit untuk bergaul, tidak memiliki teman, dsb.

6. Berwudhu
Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam yang ampuh adalah dengan berwudhu. Sesungguhnya marah itu adalah bersumber dari syaitan. Mereka menggoda dan menjerumuskan kita dengan kemarahan. Syaitan terbuat dari api, sedangkan api akan padam dengan air. Maka ketika sedang emosi atau marah, hendaklah berwudhu untuk meredam emosi tersebut.
Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Sesungguhnya marah itu dari syaitan, dan syaitan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

7. Mandi
Sama halnya dengan berwudhu, mandi juga dapat meredam emosi atau marah. Karena emosi atau marah itu bersumber dari syaitan, maka mandi juga dapat meredam emosi tersebut.
Nabi Muhammad Saw. bersabda:
“Marah itu dari syaitan, syaitan dari api, dan air bisa memadamkan api. Apabila kalian marah, mandilah.” (HR. Abu Nuaim)

8. Membaca Istighfar
Amalan istighfar dapat menenangkan hati dan pikiran sebagai alternatif Cara Mengendalikan Emosi Menurut Islam. Karena sejatinya beristighfar itu adalah meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat. Dengan begitu, hati dan pikiran akan lebih lega dan jiwa tenang ketika ada sesuatu yang mengganggu ataupun membuat emosi dan marah.


9. Berdzikir
Berdzikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan kepada umat islam untuk dikerjakan kapanpun. Berdzikir tidak memandang waktu-waktu tertentu. Akan tetapi, berdzikir ketika sedang emosi atau marah dapat membuat hati menjadi tenang. Dengan hati yang tenang, maka emosi pun dapat dikendalikan.

10. Membaca Al Qur’an
Al Qur’an merupakan kitab suci yang sangat istimewa. Al Qur’an juga memiliki beberapa nama layaknya Asmaul Husna bagi Allah. Salah satu nama lain dari Al Qur’an adalah Asy Syifa yang artinya obat penyembuh. Sesungguhnya emosi atau marah merupakan penyakit hati. Adapun obat dari penyakit hati adalah Al Qur’an. Dengan membaca Al Qur’an, hati yang panas akan menjadi sejuk dan dapat membuat pikiran dan hati menjadi tentram.

11. Shalat Sunnah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa salah satu cara untuk mengendalikan emosi adalah dengan berwudhu. Sebagimana syarat sah dalam shalat, apabila sebelum melakukan shalat diwajibkan untuk berwudhu.

Dari berwudhu saja kita sudah dapat mengendalikan emosi, terlebih kita melakukan shalat, maka hati dan perasaan akan menjadi lebih tenang. Shalat sunnah dapat dilakukan kapan saja, maka sangat cocok dilakukan ketika sedang emosi atau marah. Selain itu, di dalam shalat terdapat doa-doa dan ayat-ayat Al Qur’an. Maka lengkap sudah semua yang kita butuhkan untuk mengendalikan emosi.


12. Berpuasa Sunnah
Puasa sunnah memiliki berbagai manfaat, salah satunya adalah dapat mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, bahwa emosi atau marah adalah merupakan salah satu bagian dari hawa nafsu tersebut. Sehingga dengan begitu kita akan mudah mengendalikan emosi atau amarah di dalam diri.

13. Memaafkan
Saling memaafkan adalah salah satu hal terindah dalam hidup ini. Dengan saling memaafkan, suasana hati akan menjadi tenang, perasaan dendam pun tidak akan datang dan hidup pun akan menjadi damai dan harmonis. Tidak akan terjadi perselisihan atau perkelahian atau bahkan peperangan jika kita saling memaafkan.

Emosi atau marah juga dapat seketika redam ketika kita saling memaafkan. Oleh karena itu, apabila ketika kita sedang emosi atau marah kepada seseorang, maka hendaklah segera saling memaafkan. Sehingga emosi tersebut dapat terhenti.
Allah SWT. berfirman:
“Dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy-Syuura: 37)

14. Introspeksi Diri atau Tafakur
Bertafakur atau introspeksi diri berarti merenungkan setiap perbuatan dan perkataan yang telah kita lakukan. Apakah setiap perbuatan dan perkataan kita telah benar dan tidak menyinggung perasaan orang lain, atau sebaliknya. Salah satu manfaat bertafakur adalah dapat membentengi diri dari perilaku yang berlebihan terhadap sesuatu, misal marah.

15. Berpikir Positif
Selalu berpikir positif dalam menghadapi persoalan dan masalah menjadikan pikiran kita tenang. Selain pikiran tenang, dengan berpikir positif juga berarti kita mudah memaklumi dan mengambil hikmahnya, baik perkataan ataupun perbuatan orang lain.
Dengan emosi yang terjaga diharapkan kita dapat hidup bahagia dalam islam, menjalankan hidup sesuai akhlak dalam islam, dan memiliki jiwa yang tenang dalam islam.




https://dalamislam.com/akhlaq/cara-mengendalikan-emosi-menurut-islam

Hindari Hal Ini Saat Kamu Sedang Marah

Hasil gambar untuk Hindari Hal Ini Saat Kamu Sedang Marah
Hal ini baru admin rasakan belum lama ini. Tepatnya baru tujuh hari. yup, baru seminggu ketika tulisan ini di buat (copas juga) he..he..he... Setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda dalam mengendalikan dan mengontrol emosi. Emosi seorang individu memang ada kalanya berubah-ubah. Tentu hal wajar jika mood dan sensitifitas seseorang berpengaruh terhadap hal-hal yang sedang mereka alami saat itu. Setiap individu mengekpresikan perasaan mereka dengan berbagai hal.
Namun, terkadang banyak orang yang tidak bisa mengontrol emosi sehingga emosi tersebut berubah menjadi kemarahan yang membuat kita geram dan kesal. Seringkali seseorang yang sedang terbawa rasa amarah tidak dapat berpikir jernih sehingga timbul hal-hal yang akan disesalinya esok hari. Meski dalam keadaan marah hebat sekalipun, sebaiknya kalian patut menghindari hal-hal berikut jika tak mau menyesal nanti!

1. Mengambil keputusan saat sedang marah

unsplash.com/Frank Busch
Tak perlu dipungkiri lagi, mengambil keputusan dalam amarah adalah hal yang tidak bijak untuk dilakukan. Sebab, dalam keadaan ini, seseorang yang sedang di kelilingi seribu benci dan kecewa hanya akan membuat keputusan sepihak demi memuaskan rasa kesalnya terhadap orang lain.
Keputusan besar atau kecil sekalipun sejatinya harus di pikirkan baik dan buruknya telebih dulu. Jika kalian dalam keadaan marah, usahakan untuk mengambil nafas dalam-dalam dan diamlah sejenak sampai benar-benar merasa baik-baik saja. 

2. Mempercayai semua hal yang diomongkan orang lain

Unsplash/Ben White
Seorang bijak pernah berkata, “Kalau dasarnya sudah tidak suka, kesalahan sekecil apapun akan dibesar-besarkan. Kalau dasarnya sudah suka, kesalahan sebesar apapun akan dibenar-benarkan.” Hal tersebut agaknya sangat akurat untuk menggambakan emosi dan perilaku seseorang yang sedang dalam amarah. Jika ia mendengar omongan orang lain tentang seseorang yang dibenci, emosi dan perasaan dendam terhadap orang tersebut pasti akan sangat kuat sehingga semua omongan buruk orang lain tentang seseorang yang ia benci pasti akan di benarkan meski itu belum tentu benar. Jadi, jangan sekali kali kalian menelan mentah-mentah semua hal yang orang lain omongkan, ya!

3. Melakukan hal-hal buruk untuk menuntaskan amarah yang akan kamu sesali kemudian

Menuntaskan perasaan marah dan masalah secepat mungkin memang baik untuk diri sendiri. Ketika kita sedang dalam masalah yang menimbulkan amarah, tentunya tak baik jika kita biarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian yang jelas. Namun, dengan catatan bahwa saat menuntaskan amarah, semua pihak harus berkepala dingin dahulu.
Bahayanya adalah jika seseorang yang masih terbawa emosi justru melakukan hal-hal lain seperti merusak atau membanting barang-barang yang ada, berkata-kata kasar, atau bahkan sampai memukul orang lain dengan kekerasan. Tentu, cara-cara tersebut adalah hal-hal yang tak patut dilakukan karena hanya akan timbul penyesalan setelahnya.

4. Menunjukan kemarahanmu ke publik dan semua sosial media

Saat ini, sosial media bagaikan bagian dari hidup setiap orang. Semua aktifitas dan perasaan kita kadang dengan mudah kita ekspos ke orang lain yang belum tentu kita kenal di dunia nyata. Namun, ketika kita sedang di rangkul amarah, sebaiknya kita menutup semua akun sosial media kita untuk sementara. Tak ada baiknya jika kita mengumbar kesalahan orang lain dan membiarkan dirimu menjadi orang yang kasar dan sembarangan di social media. Hindari ya, guys!

5. Bercerita tentang masalahmu kepada semua orang tanpa terkecuali

Di saat kita sedang dilanda kegundahan, galau, dan kecewa pada sesuatu hal atau pada seseorang, hal utama untuk mencairkan kegelisahan kita adalah dengan di dengar orang lain. Bercerita tentang masalah kita dan apa yang sedang terjadi kepada orang lain merupakan satu jurus jitu untuk kita dapat lebih tenang dan stabil.
Namun, bukan berarti semua orang yang kamu temui harus tau tentang masalahmu. Cukup ceritakan masalahmu kepada satu atau dua orang yang paling kamu percayai. Jangan pernah menceritakan hal apapun itu kepada orang lain jika mereka dapat menyelesaikannya. Sebab, dapat dipastikan bahwa hanya akan ada 1 orang yang peduli dan sisanya hanyalah ingin tahu.
Emosi dan perasaan seseorang memanglah hal rumit yang kadang butuh perhatian lebih untuk kita dapat memahaminya. Tak ayal, amarah dan rasa kecewa pun turut menjadi momok utama seseorang jadi lepas kendali dan menyesali tindakannya di kemudian hari. Meskipun kita sedang merasa kecewa dan marah, namun bukan berarti kita menjadi manusia paling benar sedunia.
Percayalah, bahwa saat itu kita hanya sedang di kendalikan nafsu dan keadaan. Maka, sangat penting jika kalian memperhatikan untuk tidak melakukan hal-hal tersebut saat sedang dalam keeadaan marah, ya...
 

Sunah-Sunah Dalam Shalat

Hasil gambar untuk sunah sunah dalam shalat
Sunah-sunah dalam shalat terdiri atas dua bagian:
1- Sunah Ab’adh
Sunah Ab’adh adalah amalan amalan dalam sholat yang sangat dituntut, jika ditinggalkan dengan sengaja atau tidak, disunatkan sujud sahwi
  1. Membaca tasyahud awal (kesatu) serta
  2. Duduk di saat tasyahud awal
  3. Membaca shalawat atas Nabi saw pada tasyahud awal
  4. Membaca shalawat atas keluarganya pada tasyahhud awal
  5. Membaca do’a qunut yaitu membacanya sewaktu bangkit (berdiri) dari ruku pada raka’at kedua di shalat subuh
  6. Membaca shalawat atas Rasulallah saw dan keluarganya sebagai penutup do’a qunut pada shalat subuh.
2- Sunah Haiat
Sunah Haiat adalah amalan amalan sunat dalam sholat , jika ditinggalkan dengan sengaja atau tidak , tidak disunatkan sujud sahwi. Sunah haiat ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan agar menambah banyak pahala. Sunah-sunah tersebut di antaranya:
1. Mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu ketika bertakbiratul ihram, ketika akan ruku, ketika bangkit dari ruku, ketika berdiri setelah tasyahud awal.
عَنْ ابْنِ عُمَر رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ، وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ ، وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَلِكَ (رواه الشيخان)
Sesuai dengan hadits dari Ibnu Umar ra, “Bahwasanya Nabi saw apabila beliau melaksanakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua bahu beliau, kemudian membaca takbir. Apabila beliau ingin ruku, beliau pun mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan begitu pula kalau beliau bangkit dari ruku” (HR Bukhari Muslim).
عَنْ عَلِيّ بن ابي طالب رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاةِ الْمَكْتُوبَةِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ ، وَيَصْنَعُ مِثْلَ ذَلِكَ إِذَا قَضَى قِرَاءَتَهُ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ ، وَيَصْنَعُهُ إِذَا فَرَغَ وَرَفَعَ مِنَ الرُّكُوعِ ، وَلا يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ صَلاتِهِ وَهُوَ قَاعِدٌ ، وَإِذَا قَامَ مِنَ السَّجْدَتَيْنِ رَفَعَ يَدَيْهِ كَذَلِكَ كَبَّرَ (البخاري و أبو داودو الترمذي)
Begitu pula Hadits Ali bin Abi Thalib ra “Bahwasanya Rasulallah saw apabila hendak melakukan shalat lima waktu, beliau memulai dengan takbir, beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua bahu beliau, dan beliau melakukan seperti itu jika selesai dari bacaanya dan ingin ruku, dan beliau melakukan seperti itu kalau beliau bangkit dari ruku, dan beliau tidak mengangkat kedua tanganya dalam shalatnya ketika duduk, dan begitu pula jika beliau bangkit dari kedua sujud beliau mengangkat kedua tangannya dan takbir” (HR Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi)
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di bawah dada dan di atas pusar. Hal ini berdasarkan hadist:
عَنْ وَائِل بِنْ حِجْر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : صَلَّيْت مَعَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَ يَده الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ (ابن حزيمة في صحيحه)
Dari Wail bin Hijr ra, “Saya pernah salat bersama Nabi saw, kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri di atas dadanya” (HR Ibnu Huzaimah dalam shahih-nya)
3. Membaca do’a iftitah dilakukan sebelum membaca ta’awwudh (‘Audzubillahi minas syaitonir rajim), yaitu:
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا ، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً إني وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِيْ، وَنُسُكِيْ، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah dengan banyaknya. Maha suci Allah sepanjang pagi dan petang. Aku hadapkan wajahku bagi Tuhan yang mencipta langit dan bumi, dengan suasana lurus dan berserah diri dan aku bukan dari golongan orang musyrik. Sesungguhnya solatku, ibadatku, hidupku, matiku adalah untuk Allah Tuhan sekelian alam. Tidak ada sekutu bagiNya dan kepadaku diperintahkan untuk tidak menyekutukan bagiNya dan aku dari golongan orang Islam.
Sesuai dengan hadits dari Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata: “Rasulullah saw apabila shalat, beliau membaca (do’a iftitah) sebagai berikut:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Aku hadapkan wajahku kepada Allah, Maha pencipta langit dan bumi dengan keadaan ikhlas dan tidak mempersekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, segala ibadahku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan berserah diri kepadaNya. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang berwenang untuk mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Dan tunjukilah kepadaku akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Labbaik wa sa’daik (Aku patuhi segala perintahMu, dan aku tolong agamaMu). Segala kebaikan berada di tanganMu. Sedangkan kejahatan tidak datang daripadaMu. Aku berpegang teguh denganMu dan kepadaMu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampun dariMu dan aku bertobat kepadaMu).” (HR. Muslim)
4. Membaca ta’awwudh (A’udzubillaahi minasy syaithoonirojiim) sebelum membaca surat al-Fatihah dengan perlahan-lahan.
Firman Allah,
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ – النحل ﴿٩٨﴾
Artinya: “Maka apabila kamu membaca Al-quran, maka hendaklah kamu memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (Qs An-Nahl ayat: 98)
5. Membaca amin (aamiin) setelah membaca surat al-Fatihah. Hal ini disunahkan kepada setiap orang yang shalat, baik sebagai imam maupun makmum jika mendengar bacaan imamnya atau shalat sendirian.
عَنْ أَبِي هرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ فأمِّنوا؛ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنُهُ تَأْمِيْنَ المَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه الشيخان)
Sabda Rasulullah saw dari Abu Hurairah ra, “Apabila imam membaca amin, malaikat pun membaca amin maka ucapkanlah pula amin olehmu. Maka sesungguhnya barangsiapa yang bacaan aminnya berbarengan dengan aminnya malaikat, maka akan diampuni segala dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR Bukhari dan Muslim)
6. Membaca sesuatu dari ayat al-Qur’an setelah membaca surat al-Fatihah pada shalat Subuh atau shalat-shalat lainya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ : وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى ، وَفِي الْعَصْرِ نَحْوَ ذَلِكَ ، وَفِي الصُّبْحِ بِأَطْوَلَ مِنْ ذَلِكَ (رواه الشيخان)
Dari Jabir bin Samrah ra, “Rasulullah saw ketika shalat Duhur membaca surat “Wallaili idza yaghsya”, dan pada shalat Ashar sama seperti itu panjangnya, dan pada shalat subuh membaca surat lebih panjang dari itu” (HR Bukhari Muslim).
عن جُبَيْر بْن مُطْعِم عَنْ أَبِيهِ سَمِعْت النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأ فِي الْمَغْرِب بِالطُّورِ (البخاري)
Dari Jubair bin Muth’im ra, ia berfkata: “saya mendengar Nabi saw membaca surat At-Thur pada shalat maghrib”. (HR. Bukhari)
عَنِ الْبَرَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْعِشَاءِ ‏{‏ وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ ‏}‏ فَمَا سَمِعْتُ أَحَدًا أَحْسَنَ صَوْتًا أَوْ قِرَاءَةً مِنْهُ (رواه الشيخان)
Dari Al-Barra’ ra, ia berkata: “saya mendengar Rasulallah saw membaca surat (Wat thini wazaitun) pada shalat isya’. Saya tidak pernah mendengar seseorang lebih bagus dari suara Rasulallah saw dalam bacaanya” (HR Bukhari Muslim)
7. Memperpanjang raka’at pertama dari raka’at yang kedua.
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ مِنْ صَلاةِ الظُّهْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ ، يُطَوِّلُ فِي الأُولَى ، وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ ، وَيُسْمِعُ الآيَةَ أَحْيَانًا ، وَكَانَ يَقْرَأُ فِي الْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ ، وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الأُولَى ، وَكَانَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الأُولَى مِنْ صَلاةِ الصُّبْحِ ، وَيُقَصِّرُ فِي الثَّانِيَةِ (رواه البخاري)
Sesuai dengan hadits dari Abu Qatadah ra, ia berkata: Nabi saw pernah membaca dalam dua rakaat pertama pada shalat dzuhur surat al-Fatihah dan dua surat. Beliau membaca surat yang panjang pada raka’at pertama dan membaca surat yang pendek pada raka’at kedua, dan kadang-kadang memperdengarkan kepada kami dalam membaca ayat. Dan beliau membaca pada shalat ashar surat Fatihah dan dua surat, beliau membaca surat yang panjang pada raka’at pertama dan surat yang pendek pada raka’at kedua, begitu pula beliau membaca surat yang panjang pada raka’at pertama pada shalat subuh dan membaca surat pendek pada raka’at yang kedua” (HR. Bukhari)
8. Mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan surat pada waktu shalat jahriah (yang dikeraskan bacaannya). Yaitu mengeraskan suara pada kedua raka’at shalat subuh, dan dua rakaat yang pertama pada shalat Magrib dan Isya, dan kedua raka’at shalat Jumat.. Hal ini disunahkan bagi imam dan bagi yang shalat sendiri.
9. Merendahkan suara pada shalat yang dipelankan bacaannya (sirriah), yaitu pada shalat dzuhur, ashar, dan di raka’at ketiga pada shalat maghrib, dan di raka’at ketiga dan keempat pada shalat isya. (mengikuti perbuatan salaf)
10. Merenggangkan kedua tangan dari lambung saat sujud dan ruku.
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ وَهُوَ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمْ أَبُو قَتَادَةَ : أَنَا أَعْلَمُكُمْ بِصَلَاةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا : فَاعْرِضْ، فَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا قَامَ إلَى الصَّلَاةِ اعْتَدَلَ قَائِمًا وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ، ثُمَّ يُكَبِّرُ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُ أَكْبَرُ وَرَكَعَ، ثُمَّ اعْتَدَلَ فَلَمْ يُصَوِّبْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُقْنِعْ، وَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ، ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِي مَوْضِعِهِ مُعْتَدِلًا، ثُمَّ هَوَى إلَى الْأَرْض سَاجِدًا، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ ثَنَى رِجْلَهُ وَقَعَدَ عَلَيْهَا، وَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِي مَوْضِعِهِ، ثُمَّ نَهَضَ، ثُمَّ صَنَعَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ ذَلِكَ، حَتَّى إذَا قَامَ مِنْ السَّجْدَتَيْنِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ كَمَا صَنَعَ حِينَ افْتَتَحَ الصَّلَاةَ، ثُمَّ صَنَعَ كَذَلِكَ حَتَّى إذَا كَانَتْ الرَّكْعَةُ الَّتِي تَنْقَضِي فِيهَا صَلَاتُهُ، أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى، وَقَعَدَ عَلَى شِقِّهِ مُتَوَرِّكًا ثُمَّ سَلَّمَ، قَالُوا: صَدَقْت، هَكَذَا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (صحيح أبو داود و الترمذي و أخرجه البخاري مختصر)
Sesuai dengan hadits Abu Humaid As Sa’idi berkata: Aku di tengah-tengah sepuluh sahabat Rasulullah saw, salah satunya adalah Abu Qatadah. Aku lebih mengetahui tentang shalat Rasulullah saw.”Mereka berkata; “Jika demikian, jelaskanlah” Abu Humaid berkata; “Apabila Rasulullah saw hendak memulai shalatnya, beliau mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan kedua bahunya, kemudian beliau bertakbir sehingga semua tulang beliau kembali pada tempat semula dengan lurus, lalu beliau membaca (bacaan shalat) kemudian beliau bertakbir sambil mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan kedua bahu, lalu ruku dengan meletakkan kedua telapak tangan di atas kedua lutut, kemudian meluruskan (punggung dan kepala) tidak menundukkan kepala dan juga tidak mengangkatnya (menongak-kannya).  Setelah itu beliau mengangkat kepala sambil mengucapkan: “Sami’allahu liman hamidah.”Kemudian beliau mengangkat kedua tangan sehingga sejajar dengan kedua bahu sampai lurus, lalu mengucapkan: “Allahu akbar.” Setelah itu beliau turun ke lantai, lalu merenggangkan kedua tangannya dari lambungnya, kemudian beliau mengangkat kepala dan melipat kaki kirinya dan mendudukinya, dengan membuka kedua jari-jari kakinya apabila bersujud, kemudian mengucapkan: “Allahu akbar.” Setelah itu, beliau mengangkat kepala dan melipat kaki kirinya serta mendudukinya, sehingga tulang beliau kembali ke posisinya, kemudian beliau mengerjakan seperti itu di raka’at yang lain. Apabila beliau berdiri setelah dua rakaat, beliau bertakbir dan mengangkat kedua tangan sampai sejajar dengan kedua bahu, sebagaimana beliau bertakbir ketika memulai shalat, beliau melakukan cara seperti itu pada shalat-shalat yang lain, dan ketika beliau duduk (tahiyyat) yang terdapat salam, beliau merubah posisi kaki kiri dan duduk secara tawaruk (duduk dengan posisi kaki kiri masuk ke kaki kanan).” Setelah itu sepuluh sahabat tersebut berkata; “Benar kamu, demikianlah Rasulullah saw melaksanakan shalat (HR.Shahih Abu Dawud, at-Tirmdzi, dan Bukhari)
11. Bertasbih pada waktu ruku dan sujud. Yaitu membaca “Subhana Rabbiyal ‘adzim” waktu ruku dan membaca: ” Subhana rabbiyal ‘ala”.waktu sujud.
عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ :صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ، فَقُلْتُ : يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ، فَمَضَى، فَقُلْتُ: يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَتَيْنِ، فَمَضَى، فَقُلْتُ: يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ، فَمَضَى، ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا، ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا بِقِرَاءَةٍ مُتَرَسِّلا، إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ، وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ، وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ، ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُوْلُ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ فَكَانَ رُكُوْعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ: (سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ) ثُمَّ قَامَ قِيَاماً قَرِيْباً مِمَّا رَكَعَ، ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ: (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى) فَكَانَ سُجُوْدُهُ قَرِيْباً مِنْ قِيَامِهِ (رواه مسلم)
Dari Khudzaifah ra., ia berkata, “Pada suatu malam, aku pernah shalat bersama Nabi saw.. Beliau membuka (membaca) surat al-Baqarah. Aku berkata: Beliau akan ruku ketika selesai ayat 100. Tetapi (ayat 100 pun) lewat. Lalu aku berkata lagi: Beliau akan ruku ketika selesai ayat 200’. Tetapi (ayat 200 pun) lewat. Aku berkata kembali: Beliau akan shalat dengan membaca al-Baqarah dalam satu rakaat’. Tetapi al-Baqarah pun lewat. Kemudian Beliau melanjutkan dengan membaca surat an-Nisa. Lalu membaca surat Ali Imran dengan bacaan yang perlahan. Ketika lewat pada suatu ayat yang di dalamnya ada tasbih, Beliau bertasbih. Ketika lewat lewat pada suatu ayat yang ada doa, Beliau berdoa. Dan, ketika lewat pada suatu ayat yang ada ta’awudz (minta perlindungan), Beliau ber-ta’awudz.
Kemudian Beliau ruku dan membaca “Subhana rabbiyal ‘azhim” (Maha Suci Allah yang Maha Agung). Keadaan rukunya seperti berdirinya (lama). Kemudian ia membaca “Sami’allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamdu” (Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya, ya Allah hanya milik-Mu pujian itu). Kemudian Beliau berdiri dari ruku mendekati lamanya Beliau ruku. Kemudian Beliau sujud dan membaca “Subhana rabbiyal a’la” (Maha Suci Allah yang Maha Tinggi). Keadaan sujudnya mendekati lamanya berdiri”. (H.R. Muslim).
12.Membaca “sami’allahu liman hamidah” sewaktu bangkit dari ruku’. Sesuai dengan hadist:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ قَالَ: رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ: اللهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ (رواه مسلم)
Dari Abu Sa’id al-Khudhri, ia berkata: sesungguhnya Rasulallah saw jika bangkit dari rukunya membaca: “Pujian sepenuh langit, pujian sepenuh bumi, pujian sepenuh antara keduanya dan pujian sepenuh apa saja yang Engkau kehendakinya setelah itu. Pemilik segala sanjungan dan pujian, sepantasnya apa yang dikatakan seorang hamba dan kita semua hamba bagiMu. Ya Allah tidak ada Dzat yang mampu menghalangi terhadap orang yang Engkau berikan se­suatu kepadanya. Dan tidak ada Dzat yang mampu mem­berikan sesuatu kepada orang yang Engkau halangi. Dan tiada berguna orang yang mempunyai keberuntungan di hadapan keberuntungan dari pada-Mu”. (HR Muslim)
13. Membaca do’a Qunut sewaktu bangkit (berdiri) dari ruku’ pada raka’at kedua shalat subuh dan membaca shalawat atas Rasulallah saw dan keluarganya sebagai penutup do’a. Perbuatan ini merupakan sunah ab’adh yang jika ditinggalkan harus diganti dengan sujud sahwi. Disunahkan pada saat berdo’a mengangkat kedua tangan.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا يَدْعُو عَلَى قَاتِلِي أَصْحَابِهِ بِبِئْرِ مَعُونَةَ ثُمَّ تَرَكَ فَأَمَّا الصُّبْحُ فَلَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا (الحاكم و البيهقي و الدارالقطني بإسانيد صحيحة)
Dari Anas bin malik ra, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah saw qunut selama  satu bulan mendo’akan atas orang orang yang membunuh sahabatnya di Sumur Maunah kemudian ditinggalkannya, kecuali di shalat subuh,  beliau tidak pernah meninggalkan qunut subuh sampai beliau wafat (HR Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ad-Darquthni, dengan sanad-sanad shahih)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَنَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا بَعْدَ الرُّكُوعِ حِينَ قُتِلَ الْقُرَّاءُ ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَزِنَ حُزْنًا قَطُّ أَشَدَّ مِنْهُ .. وَزَادَ : أَرْسَلَ إِلَيْهِمْ يَدْعُوهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ فَقَتَلُوْهُمْ (رواه البخاري)
Dari Anas ra bahwa Nabi mengutus utusan khusus (untuk berdakwah) yang disebut alqurra’ lalu mereka dibunuh, maka aku tidak melihat Rasulullah sangat sedih sebagaimana sedihnya beliau terhadap sahabat itu, maka beliau berqunut selama satu bulan setelah ruku’ (HR Bukhari)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّمَا صَلَّى الْغَدَاةَ رَفَعَ يَدَيْهِ يَدْعُو عَلَيْهِمْ ، يَعْنِى عَلَى الَّذِينَ قَتَلُوهُمْ (صحيح البيهقي)
Dari Anas ra, ia berkata: “Saya melihat Rasulallah saw setiap shalat subuh mengangkat kedua tanganya memohon (mendo’akan) kecelakaan bagi mereka yakni kaum yang membunuh mereka (sahabatnya).” (Shahih Baihaqi)
عَنْ أَبِي رَافِعٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : صَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، فَقَـنَتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ وَرَفَعَ يَدَيْهِ ، وَجَهَرَ بِالدُّعَاءِ (البيهقي صحيح)
Dari Abi Rafi’ ra ia berkata: “Saya shalat di belakang Umar bin Khathab ra, kami qunut setelah ruku’, ia mengangkat kedua tangannya dan mengeraskan do’anya” (Shahih Baihaqi)
عن الْحَسَن بْن عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قال : عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ : اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ ، وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ ، فإِنَّكَ تَقْضِي وَلا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ و صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (أبو داود و الترمذي و الحاكم بإسناد صحيح)
Do’a qunut yang sempurna sesuai dengan riwayat al-Hasan bin Ali ra ia berkata: “Rasulallah saw mengajarkan aku do’a yang dibaca dalam qunut shalat witir:
“Ya Allah! Berilah aku petunjuk sebagaimana orang yg telah Engkau beri petunjuk berilah aku perlindungan sebagaimana orang yg telah Engkau lindungi sayangilah aku sebagaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berilah berkah apa yg Engkau berikan kepadaku jauhkan aku dari kejelekan apa yg Engkau takdirkan sesungguhnya Engkau yg menjatuhkan qadha dan tidak ada orang yg memberikan hukuman kepadaMu. Sesungguhnya orang yg Engkau bela tidak akan terhina dan orang yg Engkau musuhi tidak akan mulia. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau. Allah memberi shalat dan salam atas Nabi” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dengan sanad shahih)
14. Mendahulukan kedua lutut kemudian kedua tangan, hidung, dan kening jika hendak sujud.
عَنْ وَائِلٍ ابْنِ حِجْر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ (حسن أبو داود و الترمذي و النسائي)
Dari Wail bin Hijr ra, ia berkata: “Saya melihat Nabi saw sujud, ia meletakan kedua lututnya sebelum kedua tangannya” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasai’)
15. Iftirasy yaitu duduk diatas tumit kaki pada setiap duduk setelah sujud dan pada tasyahud awal kecuali pada tasyahud akhir maka disunahkan duduk tawarruk yaitu memasukan kaki kiri ke kaki kanan dengan posisi di atas paha.
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ قال: …. حَتَّى إذَا كَانَتْ الرَّكْعَةُ الَّتِي تَنْقَضِي فِيهَا صَلَاتُهُ، أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى، وَقَعَدَ عَلَى شِقِّهِ مُتَوَرِّكًا ثُمَّ سَلَّمَ، قَالُوا: صَدَقْت، هَكَذَا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (صحيح أبو داود و الترمذي و أخرجه البخاري مختصر)
Sesuai dengan hadits panjang dari Abu Humaid as-Saa’idi tersebut di atas: “dan ketika beliau duduk (tahiyyat) yang terdapat salam, beliau merubah posisi kaki kiri dan duduk secara tawaruk (duduk dengan posisi kaki kiri masuk ke kaki kanan).” Setelah itu sepuluh sahabat tersebut berkata; “Benar kamu, demikianlah Rasulullah saw melaksanakan shalat (HR. Abu Dawud, at-Tirmdzi, Bukhari)
16. Do’a ketika duduk antara dua sujud.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ يَقُوْلُ بَيْنَ السَجْدَتَيْنِ رَبّ اغْفِرْ لِي وارْحَمْنِي واجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِني‏ (أبو داود و الترمذي و الحاكم بإسناد جيد)
Sesuai dengan yang diajarkan Nabi saw dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “Sesungguhnya Rasulallah saw berdo’a antara dua sujud: “Rabbighfirli warhamni wajburni warfa’ni warzuqni wahdini wa’afini”
“Ya Allah, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, tunjukkanlah aku (ke jalan yang benar), selamatkan aku (sehat afiyah)” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Hakim, dengan sanad jayyid)
17. Duduk istirahat yaitu duduk sebentar setelah bangun dari sujud yang kedua dalam raka’at pertama dan raka’at ketiga.
عَنْ مَالِكٍ بْنِ الحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا كَانَ فِي الرَكْعَةِ الْأُولَى وَالثَّالِثَةُ لَمْ يَنْهَضْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَاعِدًا (رواه البخاري)
Dari Malik bin al-Huwairist ra ia berkata: “Sesungguhnya Rasulallah saw (setelah bangun dari sujud) pada raka’at pertama dan ketiga, beliau tidak langsung berdiri kecuali duduk sempurna (sembentar)” (HR Bukhari)
18. Membaca shalawat kepada Nabi saw dengan bacaan yang sempurna (shalawat Ibrahimiyyah) pada tasyahhud akhir:
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ وبَارِكْ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سيدنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
Artinya: Ya Allah, berilah shalawat atas Sayyidina Muhammad dan atas keluarganya. Sebagaimana Engkau telah beri shalawat atas Sayyidina Ibrahim dan atas keluarga sayyidina Ibrahim. Berkatilah atas sayyidina Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkahi atas sayyidina Ibrahim dan atas keluarga sayyidina Ibrahim di dalam alam ini. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung
عَنْ كَعْب بْنُ عُجْرَةَ فَقَالَ : خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا : قَدْ عَرَفْنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ ؟ قَالَ قُولُوا : اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ  (رواه مسلم)
Dari Ka’ab bin ‘Urjah ra, ia berkata: “Telah keluar Rasulullah saw kepada kami dan kami berkata: Wahai Rasulullah saw kami telah tahu bagaimana memberi salam kepada kamu, maka bagaimana cara berselawat? Sabda Rasulullah saw “Katakanlah
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ
Ya Allah, berilah shalawat atas Muhammad. Sebagaimana Engkau telah beri shalawat Ibrahim Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Berkatilah atas Muhammad sebagaimana Engkau berkahi atas Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung (HR Muslim)
عن أَبُي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ ، أَنَّهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، كَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ ؟ قَالَ : قُولُوا ” اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ” (رواه الشيخان)
Dari Abi Humaid as-Sa’idi ra sesungguhnya mereka berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah kami berselawat kepada kamu? Beliau menjawab: “Katakanlah:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Ya Allah, berikanlah shalawat kepada Muhammad, isteri-isterinya, dan zuriatnya sebagaimana Engkau memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim, dan berkatilah Muhammad, isteri-isterinya, dan zuriatnya sebagaimana Engkau memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung (HR Bukhari Muslim)
19. Membaca do’a setelah tasyahud akhir sebelum salam
عَنْ عَلِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْلُ بَيْنَ التَشَهُّدِ وَ التَسْلِيْمِ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَسْرَفْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لا إلَهَ إلَّا أَنْتَ (رواه مسلم)
Dari Ali bin Abi Thalib ra ia berkata: “Sesungguhnya Rasulallah saw membaca doa antara tasyahhud dan salam:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ  وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ  وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ  أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ  لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ
Ya Allah! Ampunilah aku akan (dosaku) yang aku lewatkan dan yang aku akhirkan, apa yang aku rahasiakan dan yang kutampakkan, yang aku lakukan secara berlebihan, serta apa yang Engkau lebih mengetahui dari pada aku, Engkau yang mendahulukan dan mengakhirkan, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. (HR Muslim)
عن أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” إِذَا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَّشَهُّدِ الأَخِيرِ , فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ , عَذَابِ جَهَنَّمَ , وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ , وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ , وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ (رواه الشيخان)
Dari Abu Hurairah ra ia berkata: :Sesungguhnya Rasulallah saw bersabda: Jika seseorang selesai dari membaca tasyahud akhir maka mintalah perlindungan dari 4 perlindungan dari: siksa neraka Jahanam, siksaan kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal (HR Bukhari Muslim)
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
Artinya: “Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal”
عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلاتِي . قَالَ : قُلْ : اللَّهُمَّ إنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْماً كَثِيرَاً ، وَلا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي , إنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ  (رواه الشيخان)
Dari Abu Bakar as-Shiddiq ra, ia berkata kepada Rasulallah saw: “Ajarkanlah do’a yang aku baca dalam shalatku. Rasulallah saw bersabda, ucapkanlah:
اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا  وَلَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ  فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ  وَارْحَمْنِي  إِنَّكَ أَنْتَ اَلْغَفُورُ اَلرَّحِيمُ
Ya Allah sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah diriku sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (HR Bukhari Muslim).
20- Memberi salam dengan memalingkan kepalanya ke kiri dan kanan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ (حسن صحيح أبو داود والترمذي)
Dari Abdullah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulallah saw memberi salam ke kiri dan ke kanan sehingga terlihat pipi beliau yang putih ”Assalamu ’alaikum warahmatullh, assalamu ’alikum wa rahmatallah” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, hadist hasan shahih)
21. Membaca takbir (Allahu Akbar) pada setiap perpindahan antara rukun
عن أَبَي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ ثُمَّ يَقُولُ : ” سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ” حِينَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ ثُمَّ يَقُولُ وَهُوَ قَائِمٌ : ” رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ” ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَهْوِي سَاجِدًا ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَسْجُدُ ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ثُمَّ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي الصَّلاةِ كُلِّهَا حَتَّى يَقْضِيَهَا (رواه الشيخان)
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulallah saw di waktu shalat ia bertakbir (Allahu Akbar) ketika berdiri begitu pula ia bertakbir ketika ruku’, dan membaca “Sami’allahu liman hamidah” ketika mengangkat pinggangnya dari ruku’, dan membaca “Rabbana wa lakal hadu” kemudian bertakbir “Allahu Akbar” ketika sujud begitu pula ketika mengangkat kepalanya dari sujud. Kedudian bertakbir ketika sujud dan bertakbir ketika mengangkat kepalanya dari sujud. Demikianlah beliau lakukan dalam shalat seluruhnya sehingga selesai” (HR Bukhari Muslim)
22. Melakukan setiap shalat dengan semangat dan mengosongkan hati dari segala kesibukan, begitu pula melakukannya dengan punuh khusyu’ yaitu tidak menghadirkan didalam hati kecuali sesuatu yang ada didalam shalat, dengan sakinah, thuma’ninah, dan tadbbur yaitu menghayati semua bacaan shalat baik bacaan al-Qur’an atau bacaan dzikir dan do’a karena hal itu dapat menyempurnakan kekhusyuan dalam shalat.
Allah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾- المؤمنون 
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,” (Qs Al-Mu’minun ayat: 1-2)
عَنْ عُقْبَةَ بِنْ عَامِر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ: : مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُومُ فَيَرْكَعُ رَكْعَتَيْنِ يُقْبِلُ عَلَيْهِمَا بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ إِلَّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ (رواه مسلم)
Dari Uqbah bin Amir ra, Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seorang muslim berwudhu lalu membaguskan wudhunya kemudian berdiri melakukan shalat dua raka’at dengan ketundukan hati dan wajahnya kecuali wajib baginya surga.” (HR. Muslim)
23. Mengarahkan pandangan ke tempat sujud sepanjang shalat karena hal itu dapat mendekatkan diri kepada kekhusyuan dalam shalat.

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...