Friday, March 31, 2017

Bunuh Diri Menurut Pandangan Islam

Hasil gambar untuk bunuh diriTindakan bunuh diri di dunia berdasarkan data dari WHO, setiap 40 detik ada satu orang yang mati karena bunuh diri. Bahkan bunuh diri ini penyebab kematian terbesar pada urutan keuda di kalangan usia 15 sampai 29 tahun. Penyebab bunuh diri tidak terlepas dari permasalahan asmara, ekonomi, dan keluarga. Orang yang melakukan itu menjadikan bunuh diri sebagai solusi yang paling cepat untuk keluar dari masalah yang sedang dihadapi selama dia hidup.
Di dalam agama Islam, membunuh diri sendiri ialah tindakan yang dilarang dan sangat di benci oleh Allah ta’ala. Ancaman untuk orang yang nekat mengakhiri hidupnya sendiri akan memperoleh dosa yang besar. Karena hidup dan juga matinya seorang manusia itu hanya berada pada keputusan Allah ta’ala dan juga merupakan sebuah karunia dan wewenang Allah ta’ala.
Allah melarang kepada umatnya untuk membunuh atau bunuh diri. Untuk mereka yang tidak mentaati perintah-Nya akan mendapatkan ancaman neraka dan ia akan kekal di dalam neraka.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا , وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. An Nisa’: 29-30)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَىْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula." (HR. Bukhari dan Muslim)
Contoh dari bunuh diri ialah orang yang mati dengan membunuh dirinya dengan cara mencekik lehernya atau mati dengan menusuk dirinya menggunakan benda yang tajam. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wasalm bersabda,
الَّذِى يَخْنُقُ نَفْسَهُ يَخْنُقُهَا فِى النَّارِ ، وَالَّذِى يَطْعُنُهَا يَطْعُنُهَا فِى النَّارِ
“Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan mencekik lehernya, maka ia akan mencekik lehernya pula di neraka. Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara menusuk dirinya dengan benda tajam, maka di neraka dia akan menusuk dirinya pula dengan cara itu." (HR. Bukhari no. 1365)
Orang yang bunuh diri akan mengalami 3 penderitaan, yaitu penderitaan ketika di dunia yang menjadikannya dia untuk melakukan bunuh diri tersebut, penderitaan ketika akan mengalami kematian dan penderitan di akhirat dimana orang yang bunuh diri akan kekal di neraka.
Para ulama membedakan antara berharap kematian datang sebab fitnah atau cobaan duniawi dan berharap kematian datang sebab fitnah ukhrowi atau agama. Untuk yang pertama hukumnya makruh, dan yang keduaa hukumnya boleh. Diperbolehkan juga untuk meminta mati sahid.
Jadi, hukum dari bunuh diri itu hukumnya haram, sebab ancamannya sudah dipaparkan di atas. Sebgaia tamabahan berikut hadits tentang bunuh diri dan azab yang akan diperolah di akhirat untuk orang yang melakukan bunuh diri:
“Barangsiapa bunuh diri dengan besi, maka di neraka jahanam nanti besi itu selalu di tangannya, ia menusuk-nusukkannya ke perutnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan minum racun, maka di neraka jahanam nanti ia akan terus meminumnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka di neraka jahanam nanti, ia akan menjatuhkan (dirinya) selama-lamanya." (HR. Muslim, 109)
Demikian bahasan tentang hukum bunuh diri dalam Islam. Semoga saja kita bisa mengambil pelajaran dari artikel inii, selaku umat Islam kita harus selalu menjadikan Al Qur’an dan Hadits yang sahih menjadi tuntunan kita dan juga yakin bahwasannya Allah ta’ala tidak akan pernah memberi cobaan lebih dari kemampuan hamba-Nya. Kita harus percaya bahwa setiap masalah atau ujian yang kita hadapi pasti ada solusinyua.

Wednesday, March 29, 2017

Hukum Meninggalkan Shalat

Hasil gambar untuk sholat
Para ulama kaum muslimin telah bersepakat bahwa shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang baligh, berakal, suci yaitu tidak dalam keadaan haidh maupun nifas, tidak dalam keadaan gila atau kehilangan kesadaran. Shalat adalah ibadah badaniyah yang tidak ada penggantinya, maka tidak boleh seseorang melakukan shalat untuk orang lain..
Orang yang meninggalkan shalat maka wajib atasnya hukuman baik di akherat maupun di dunia. Adapun hukum di akherat, sebagaimana firman Allah swt :
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ ﴿٤٢﴾
قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ ﴿٤٣﴾
Artinya “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS. Al Mudatsir : 42 – 43)
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ ﴿٤﴾
الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ ﴿٥﴾
Artinya : “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Ma’un : 4 – 5)
Sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang meninggalkan shalat secara sengaja maka telah lepas tanggung jawab Allah dan Rasul-Nya atas dirinya.” (HR. Ahmad)
Adapun hukuman di dunia bagi orang yang meninggalkan shalat dikarenakan malas atau meremehkannya maka berikut penuturan para ulama :
1. Para ulama Hanafi mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dikarenakan malas maka dia adalah fasiq dan harus dipenjara serta dipukul dengan satu pukulan hingga mengalirkan darah sampai orang itu mau melaksanakan shalat dan bertaubat atau meninggal di penjara, begitu juga terhadap orang yang meninggalkan puasa ramadhan.
Orang itu tidaklah dibunuh kecuali apabila dia mengingkari kewajiban dari keduanya (shalat maupun puasa ramadhan) atau menganggap enteng salah satu dari keduanya seperti orang yang menampakkan berbuka tanpa adanya halangan dengan maksud meremehkan, berdasarkan sabda Rasulullah saw,”Tidaklah halal darah seorang muslim kecuali salah satu dari tiga : seorang janda (tidak perawan) yang berzina, jiwa dengan jiwa dan meninggalkan agamanya memisahkan dirinya dari jamaah (kaum muslimin).” (Muttafaq Alaihi)
2. Pendapat para imam lainnya bahwa orang yang meniggalkan shalat tanpa suatu uzur walaupun dia hanya meninggalkan satu kali shalat maka orang itu diminta untuk bertaubat selama tiga hari seperti seorang yang murtad dan jika tidak mau bertaubat maka dibunuh. Ia dibunuh, menurut para ulama Maliki dan Syafi’i sebagai suatu hukuman dan tidak dianggap kafir. Sesungguhnya ia dihukum sebagaimana hukuman yang lainnya seperti kemaksiatan pezina, menuduh orang berzina, mencuri atau lainnya. Setelah orang itu meninggal maka ia dimandikan dan dishalatkan serta dimakamkan di pemakaman kaum muslimin, dalil bahwa mereka tidaklah kafir dikarenakan meninggalkan shalat adalah firman Allah
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisaa : 48)
Juga berbagai hadits, diantaranya hadits Ubadah bin ash Shamit,”Shalat lima waktu telah diwajibkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Barang siapa yang mengerjakanya dan tidak meninggalkannya sedikit pun hak-haknya (shalat itu) maka baginya disisi Allah janji untuk dimasukkan Allah ke surga. Dan barang siapa yang tidak mengerjakannya maka tidaklah ada baginya disisi Allah janji (itu), dan jika Dia swt berkehendak maka mengadzabnya dan jika Dia swt berkehendak maka mengampuninya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasai dan Ibnu Majah)
Sedangkan Imam Ahmad mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh disebabkan pengingkarannya, sebagaimana firman Allah swt :
فَإِذَا انسَلَخَ الأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُواْ الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُواْ لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِن تَابُواْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ فَخَلُّواْ سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya : “Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At Taubah 5)
Maka barangsiapa meninggalkan shalat dan tidak ada persyaratan untuk membebaskannya maka yang ada hanyalah dibolehkannya dibunuh, untuk itu tidak ada pembebasan bagi orang yang tidak menegakkan shalat.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR Jama’ah kecuali Bukhori dan an Nasai) dan ini merupakan dalil bahwa meninggalkan shalat dapat menjadikannya kafir. Atau seperti hadits Buraidah,”Perjanjian yang ada antara kami dengan kalian adalah shalat. Maka barangsiapa yang meninggalkannya sungguh ia telah kafir.” (HR. Imam yang lima, Ibnu Majah dan al Hakim) dan hadits ini adalah dalil bahwa yang meniggalkan shalat adalah kafir.
DR Wahbah lebih cenderung kepada pendapat yang pertama yaitu bahwa (orang yang meninggalkan shalat) tidaklah dihukum dengan kafir, berdasarkan dalil-dalil qoth’i yang banyak dan juga orang itu tidaklah kekal di neraka setelah dia mengucapkan dua kalimat syahadat, sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah dan mengingkari segala yang disembah selain Allah maka terpelihara harta dan darahnya dan perhitungannya ada pada Allah swt.” (HR. Muslim) juga sabda Rasulullah saw,”Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengatakan Laa Ilaha Illallah yang dihatinya masih ada kebaikan sebesar gandum. Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengatakan Laa Ilaha Illallah yang dihatinya masih ada kebaikan seberat atom.” (HR. Bukhori)
Dan cara melakukan pembunuhan terhadap orang yang meninggalkan shalat menurut jumhur ulama selain para ulama Hanafi apabila dipenggal lehernya dengan menggunakan pedang apabila orang itu tidak mau bertaubat. (al Fiqhul Islami wa Adillatuhu juz I hal 659 – 661)
Mengqadha Shalat Yang Ditinggalkan
Sebagaimana telah diketahui bahwa shalat merupakan rukun terbesar didalam islam setelah dua kalimat syahadat dan telah disiapkan hukuman yang sangat keras bagi orang yang meninggalkannya.
Untuk itu tidak ada kata lain bagi seorang yang meninggalkannya dengan sengaja baik dikarenakan malas atau menganggapnya remeh agar segera bertaubat kepada Allah swt dengan taubat nasuha dan menyesali semua perbuatannya serta menutupi kesalahan besar tersebut dengan melakukan qadha terhadap seluruh shalat yang ditinggalkannya sebagaimana pendapat jumhur ulama.
Wajib bagi seorang yang meninggalkan shalat untuk mengqadhanya sejumlah shalat yang pernah dittinggalkannya. Akan tetapi apabila ia tidak mengetahui jumlah shalat-shalat yang ditingalkkannya itu maka wajib baginya untuk mengqadha shalat-shalat yang ditinggalkannya itu sehingga meyakini bahwa diatas lehernya sudah tidak ada lagi kewajiban itu (qadha), sebagaimana dikatakan imam yang empat.
Adapun cara melakukan qadhanya adalah dengan bersegera orang itu melakukan shalat-shalat yang ditinggalkannya sesuai dengan kemampuannya di waktu apa pun, bisa malam atau siang dengan tetap memperhatikan tertib shalat-shalat yang ditinggalkannya itu, seperti shalat shubuh kemudian zhuhur kemudian ashar dan seterusnya. Dan dalil dari diwajibkannya untuk bersegera adalah firman Allah swt
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Artinya : “Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” (QS. Thaha : 14) dikarenakan mengakhirkan shalat dari waktunya adalah kemaksiatan untuk itu diwajibkan bersegera.
Hal diatas apabila jumlah shalat yang ditinggalkannya masih memungkinkan bagi dirinya untuk mengqadhanya akan tetapi jika jumlahnya sudah terlalu banyak, misalnya bertahun-tahun dirinya tidak melaksanakan shalat, sehingga memberatkan baginya untuk mengqadhanya maka cukup baginya untuk bertaubat kepada Allah dengan taubat nashuha dan tidak mengulangi perbuatannya meninggalkan shalat di waktu-waktu berikutnya.
Wallahu A’lam.

Tuesday, March 28, 2017

Menikah Membuka Pintu Rezeki?

Hasil gambar untuk Menikah Membuka Pintu Rezeki?
Kita seringkali mendengar pernyataan bahwa menikah bisa membuka pintu rezeki. Namun, benarkah begitu? Ternyata Allah berikan kelapangan setelah kesempitan kepada hamba-hamba-Nya yang telah menjaga kesucian dirinya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Ada tiga orang yang akan mendapatkan pertolongan Allah: (1) orang yang berjihad di jalan Allah, (2) orang yang menikah demi menjaga kesucian dirinya, (3) budak mukatab yang ingin membebaskan dirinya.” (HR. An-Nasa’i, no. 3218; Tirmidzi, no. 1655; Ibnu Majah, no. 2518. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Apalagi rezekinya dijamin pula oleh Allah jika ia rajin menafkahi istri dan anaknya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi nafkah).” (HR. Bukhari, no. 1442; Muslim, no. 1010) 

Siapa yang beri nafkah pada keluarga, pada kerabat, dan rajin pula mengeluarkan sedekah sunnah, maka malaikat akan mendoakan supaya orang tersebut mendapatkan ganti. Hal ini serupa seperti yang disebutkan dalam ayat Al Qur’an,
“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).

Dalam hadits qudsi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, berinfaklah, Allah akan mengganti infakmu.” (HR. Bukhari, no. 4684; Muslim, no. 993)
Maka dari itu, jangan pernah khawatir setelah menikah kita akan kekurangan rezeki. Karena Allah sendirilah yang akan menjamin rezeki setiap hamba-Nya. Wallahu ‘alam.



Sunday, March 26, 2017

Laki-laki Yang Layak Jadi Imam Hidup

Hasil gambar untuk imam sejati
Bagaimanakah Nabi memberikan petunjuk bagi para keluarga muslim soal memilih laki-laki yang layak menjadi kepala rumah tangga, sekaligus pendidik keluarga, suami dan ayah. Kriteria serta  tolok ukur yang keliru dalam memilih laki-laki, pernah terjadi pada masa Rasulullah. Jangan hanya melihat dari luar saja, maka, peluang untuk kita hari ini berbuat kesalahan lebih besar lagi.

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, dikisahkan dari Sahal, “Seorang laki-laki melewati Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau berkata (kepada para shahabat), Bagaimana menurut kalian orang ini?
Mereka menjawab, Jika ia melamar diterima, jika merekomendasikan diterima dan jika bicara didengar.
Kemudian beliau diam.

Berikutnya lewat lagi seorang laki-laki dari kalangan orang-orang miskin. Beliau kembali bertanya, Bagaimana menurut kalian orang ini?
Mereka menjawab, Jika ia melamar, tidak akan diterima. Jika merekomendasikan tidak diterima dan jika bicara tidak didengar.
Rasulullah bersabda, Yang ini lebih baik dari sepenuh bumi orang seperti yang tadi (pertama),” (HR. Bukhari). Ya, karena shahabat hanya melihat penampilan. Hanya karena miskin dengan penampilan seadanya dan tidak menarik, kemudian dianggap tidak layak. Jadi, semoga kisah ini tidak membuat kita mengulangi kesalahan yang sama.
Yaitu, melihat hanya dari penampilan dan kekayaan saja. Kalimat Nabi menjungkalkan penilaian para shahabat, “Yang ini lebih baik dari sepenuh bumi orang seperti yang tadi (pertama)”. Tak tanggung-tanggung, satu berbanding sepenuh bumi.
Maka, kita harus melihat lebih dalam langsung dari sabda Nabi. Laki-laki dengan ciri seperti apa yang layak menjadi suami, ayah sekaligus menantu. Berikut ini hadits-hadits Nabi tentang memilih laki-laki yang layak :
“Wahai pemuda, siapa yang memiliki Baah, menikahlah karena bisa lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Siapa yang belum sanggup, maka puasalah karena akan menjadi benteng baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Jika ada yang datang kepada kalian yang telah kalian ridhoi akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia karena jika tidak akan menimbulkan fitnah di bumi ini dan kerusakan yang luas. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Tirmidzi berkata: Hasan Ghorib)
“Nabi shallallahu alaihi wasallam suatu saat dalam sebuah perjalanan. Seorang yang ahli menggiring unta dengan langgamnya, melakukan hal tersebut. Nabi berkata: Berlaku lembutlah wahai Anjasyah terhadap kaca.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Berpesanlah yang baik terhadap wanita. Karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Yang paling bengkok dari rusuk adalah yang paling atas. Jika kamu meluruskannya, kamu bisa mematahkannya. Jika kamu biarkan, akan terus bengkok. Maka berpesanlah yang baik terhadap wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari beberapa petunjuk Nabawi di atas, kita mendapatkan kejelasan kriteria laki-laki yang layak menjadi pemimpin rumah tangga :
1. Al Baah
An Nawawi menjelaskan,
“Al Baah mempunyai 4 cara membacanya sebagaimana yang disampaikan oleh Al Qodhi ‘Iyadh. Yang paling terkenal: al Baah. Yang kedua: al Bah. Yang ketiga: Al Ba’. Dan yang keempat: Al Bahah.
Aslinya dalam bahasa berarti: Jima’(senggama). Diambil dari kata al Mubaah yang artinya rumah.
Para ulama berbeda pendapat tentang arti Al Baah. Pertama yang paling benar: Jima’…
Yang kedua: Beban tanggung jawab pernikahan. (Al Minhaj)
Jadi, dalam kata ini terdapat 2 arti:
Laki-laki harus mempunyai kemampuan menafkahi batin istrinya.
Laki-laki harus mempunyai harta membiayai kebutuhan rumah tangganya.
2. Akhlak dan Agama
Dalam riwayat lain disebutkan lebih jelas: Jika ada yang datang melamar.
Dalam riwayat lain pula disebutkan: agama dan amanahnya.
Sementara akhlak diterjemahkan oleh para ulama lebih spesifik: muasyarah (memperlakukan istri dengan baik)
Muhammad Abdurrahman al Mubarakfuri dalam kitabnya yang menjelaskan Sunan Tirmidzi berkata,
“Jika Anda tidak menikahkan orang yang kalian ridhoi agama dan akhlaknya, semen-tara kalian memilih sekadar keturunan, ketampanan dan harta. (Kerusakan yang luas) yaitu jika kalian tidak menikahkan sang putri kecuali hanya kepada yang punya harta dan kehormatan, akan banyak wanita tanpa suami dan laki-laki tanpa istri. Muncullah banyak fitnah zina. Dan berikutnya para orangtua menanggung aib dan mencuatlah fitnah dan kerusakan, yang berefek pemutusan nasab, krisis kebaikan dan penjagaan diri.” (Tuhfah al Ahwadzi)
Suatu saat, seseorang berkata kepada Al Hasan al Bashri: Kepada siapa saya nikahkan putriku?
Al Hasan berkata: Kepada yang bertakwa kepada Allah. Jika ia mencintainya, akan memuliakannya. Jika ia membencinya, tidak akan mendzaliminya.
Masya Allah kalimat yang sederhana tetapi dengan target agung.
Asy’ Sya’bi pernah berkata: Siapa yang menikahkan putrinya dengan orang yang fasik, sungguh telah memutuskan silaturahimnya. (Lihat: Al Aba’ madrasah al Abna’, Fahd Muhammad)
Dengan demikian, syarat dalam poin ini adalah : laki-laki harus menjaga agama, amanah dan akhlaknya terhadap istrinya dan memperlakukannya dengan baik.
3. Kelembutan
Kata pemimpin tidak boleh disalah artikan. Memimpin bukan berarti kasar. Justru seorang pemimpin harus memiliki kelembutan. Masalah besar pun harus selesai dengan kalimat lembut yang membalut ketegasannya.
Apalagi Nabi menyamakan wanita dengan kaca. Semakin jelas, laki-laki yang seperti apa yang harus dipilih. Mereka yang sabar, telaten, lembut sebagaimana perlakukan kita terhadap kaca yang rawan pecah jika salah dan tidak hati-hati dalam membawanya.
4. Mampu meluruskan tanpa harus mematahkan
Ini memerlukan ilmu memimpin istri dan rumah tangga yang tidak sederhana. Karena ada orang yang lembut tetapi tidak mampu meluruskan istri dalam pendidikan keluarga. Karena terlalu lembut dan tidak mau menyakiti. Di sisi lain ada yang mampu meluruskan tetapi dengan cara memaksa dan kasar. Yang dinginkan Nabi adalah laki-laki yang kaya ilmu dan cara sesuai dengan petunjuk Nabi, di mana dia mampu mendidik istrinya tetapi tak ada yang patah. Tidak mudah memang, justru di sinilah fungsi seorang pemimpin.
Mendidik dan mengevaluasi. Tetapi tetap penuh sentuhan kelembutan; baik pada sikap ataupun kalimat. Membandingkan dengan kriteria wanita, ternyata kriteria laki-laki tidak sebanyak wanita. Karena memang berbeda perannya.
Jika seorang laki-laki:
1. Mampu menafkahi secara batin
2. Mampu menafkahi secara harta
3. Istiqomah dalam agama
4. Memegang teguh amanah
5. Akhlak yang mulia
6. Mampu mendidik dan meluruskan kesalahan
7. Membalut kepemimpinan dengan kelembutan
Maka sesuai dengan posisi dan tugas laki-laki di rumah tangga, inilah syarat yang telah ditetapkan oleh petunjuk nabawi.


Tuesday, March 21, 2017

Jenis Nafsu Dalam Islam

Hasil gambar untuk amarah
ketahuilah Ada 7 jenis nafsu dalam islam :
Nasfu Amarah
Nafsu Lawamah
Nafsu Marhamah
Nafsu Mutmainah
Nafsu Raudiah
Nafsu Kamaliah
Nafsu Mardiah
Itulah kilasan tentang 7 jenis nafsu di dalam islam, kesempurnaan hanya milik Allah S.W.T dan tidak ada dalam diri manusia, akan tetapi kita memiliki akal dan pikiran yang dapat memilih serta memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Semoga kita selalu mendapatkan perlindungan dan petunjuk Allah S.W.T untuk selalu melawan hawa nafsu yang tidak baik,baik dunia dan akhirat agar senantiasa selalu mendapatkan keridhoan dalam perjalanan kehidupan sehari-hari.

AMARAH
Amarah adalah martabat nafsu yang paling rendah dan kotor di sisi Allah. Segala yang lahir darinya adalah tindakan kejahatan yang penuh dengan perlakuan mazmumah (kejahatan/keburukan). Pada tahap ini hati nurani tidak akan mampu untuk memancarkan sinarnya kerana hijab-hijab dosa yang melekat tebal, lapisan lampu makrifat benar-benar terkunci. Dan tidak ada usaha untuk mencari jalan menyucikannya. Kerana itulah hatinya terus kotor dan diselaputi oleh pelbagai penyakit

Lawamah
adalah nafsu yang menyadari apabila melakukan suatu kemungkaran.
golongan ini beramal tetapi masih ada riya, hasut, dengki dan sebagainya.nafsu mereka tetap dilakukan walau mereka tahu itu salah.

Marhamah
adalah nafsu yang telah dapat membuang sifat tercela.walaupun begitu, mereka masih mengkritik diri sendiri.

Mutmainah
adalah nafsu yang lemah lembut. mereka mendapat ketenangan dan menghilangkan gelisah di jiwa. mereka adalah orang yang sholeh.

Raudiah
adalah nafsu yang berusaha untuk melatih diri untuk mencintai Allah sepenuhnya..mereka bergaul dengan orang banyak tetapi hatinya semata-mata hanya kepada Allah.

Kamaliah
adalah nafsu yang sempurna, nafsu yang hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul.

Mardiah
adalah nafsu yang terbaik dan yang paling dicintai dan nafsu yang paling di ridhai Allah. Keridhaan tersebut terlihat pada anugrah yang diberikan-Nya berupa senantiasa berdzikir, ikhlas, mempunyai karomah, dan memperoleh kemuliaan, sementara kemuliaan yang diberikan Allah SWT itu bersifat universal, artinya jika Allah memuliakannya, siapa pun tidak akan bisa menghinakannya, demikian pula sebaliknya orang yang dihinakan oleh Allah SWT, siapa pun tidak bisa memuliakannya.
nah..

bicara soal nafsu lawamah..
Antara sifat nafsu lawwamah adalah:
1. Mencela diri sendiri (tak pandai bersyukur)
2. Bertafakur dan berfikir ( ini nilai plusnya)
3. Membuat kebajikan krn ria (pengen di puji )
4. Kagum pada diri sendiri yakni 'ujub
5. Membuat sesuatu dengan sum'ah -agar dipuji ( cari cari sensasi / nyeleneh..misalnya..rambut..gaya funky.pake anting padahal laki laki.dandanan berlebihan. Ganti ganti nama biar dianggap keren.pake baju ketat ketat biar dianggap body oke, padahal perut buncit)
6. Takjub pada diri sendiri (sombong)

Thursday, March 16, 2017

Arti dan Makna Kesabaran

Hasil gambar untuk sabar
Sabar, sebuah kata yang sering kita ucapkan sebagai penghibur hati dan penenang jiwa, saat ada masalah ataupun cobaan yang menghampiri. Banyak dari kita sering kali tidak bisa merasakan kebahagiaan dalam menjalani hidup, mungkin karena kurangnya rasa syukur dan sabar. Padahal, suatu kebahagiaan itu dibangun dengan 2 landasan, yaitu syukur dan sabar. Namun, tahukah kamu arti dari kata sabar yang sebenarnya?

Sabar yang dimaksud di sini bukan diam tanpa kata, bukan diam menunggu berlalunya sesuatu, dan bukan pula sikap pasrah dalam menghadapi sesuatu. Namun, sabar yang sebenarnya adalah sifat istiqomah yang disertai dengan keimanan dan ketaqwaan saat menjalani rangkaian cobaan dalam menjalani kehidupan, baik itu sebuah kesedihan maupun kebahagiaan. Mungkin banyak dari kita belum bisa memahami apa itu arti sebuah kesabaran, sehingga terkadang kita mengatakan bahwa “Sabar itu ada batasnya”. Namun, tahukah kamu bahwasanya sabar itu tanpa batas. Kesabaran kita akan terus bertambah seiring dengan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Hal ini pernah dicontohkan oleh rasulullah. Disaat beliau berjuang menyebarkan agama islam banyak orang-orang kafir yang memusuhinya. Tak jarang juga beliau diancam, dicacimaki , diludahi, bahkan dilempar dengan kotoran sekalipun. Namun beliau tetap tersenyum dan tidak pernah menaruh rasa dendam sedikitpun, sehingga beliau mendapatkan gelar “Ulul Azmi” yaitu orang yang mempunyai tingkat kesabaran dan ketabahan yang sangat luar biasa.
Sekarang mari kita bertanya pada diri kita masing-masing. Saat segelintir cobaan datang menerpa, biasanya kita langsung mengeluh dan putus asa. Padahal, tahukah kamu? Bahwasanya cobaan yang kita hadapi itu belum ada apa-apanya, dibandingkan dengan cobaan yang diberikan kepada para nabi dan rasul. Karena sesungguhnya cobaan dan ujian yang paling berat adalah cobaan dan ujian yang dialami oleh para nabi dan rasul.
Sa’ad bin Abi Waqqash berkata; Aku bertanya kepada Rasulullah SAW. “Ya rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?” Rasulullah menjawab; “Para nabi, kemudian yang menyerupai mereka dan yang menyerupai mereka. Seseorang akan diuji menurut kadar keimanannya. Jika imannya tipis (lemah) dia akan diuji dengan ringan dan bila imannya kokoh dia akan diuji sesuai itu (keras). Seseorang akan diuji terus-menerus hingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa- dosa.” (HR. Bukhari)
Rasulullah pun bersabda, “Ketahuilah, apa yang luput dari kamu adalah sesuatu yang pasti tidak mengenaimu, dan apa yang akan mengenaimu pasti tidak akan meleset dari kamu. Kemenangan (keberhasilan) hanya dapat dicapai dengan kesabaran. Kelonggaran bersamaan dengan kesusahan dan datangnya kesulitan bersamaan dengan kemudahan.” (HR. Tirmidzi)
Allah juga berfirman dalam Q.S Al Anfaal; 66.
Al-anfal ayat 66

“Jika ada diantaramu 100 orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan 200 orang, dan jika diantaramu ada 1000 orang (yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan 2000 orang, dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang- orang yang sabar.”
Bahkan Allah akan memberikan penghargaan yang luar biasa kepada orang-orang yang sabar dalam firmannya;
Ar-Ra'd ayat 24
“Selamat atasmu karena kesabaranmu, maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (Q.S Ar Ra’d: 24)
Sabar itu merupakan kunci kesuksesan dalam mengarungi perjalanan hidup kita di dunia. Karena sabar adalah senjata kita untuk meraih datangnya pertolongan Allah SWT.
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang- orang yang sabar.” (Q.S Al Baqarah: 153)
Lalu bagaimana dengan kamu? Masihkah kamu mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya? Dan sudahkah kamu menjadi manusia-manusia yang tangguh, yang mempunyai kesabaran yang tanpa batas? Mumpung kita masih diberi kesempatan oleh Allah, mari kita berbenah diri, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Ingat bahwa hidup ini tidak hanya sekali, masih ada kehidupan lagi setelah kematian kita, kehidupan yang kekal. Jadi jangan sampai kita menyesal dikemudian hari karena kebodohan-kebodohan yang kita lakukan selama ini. Amiin.




Saturday, March 11, 2017

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Hasil gambar untuk mendekatkan diri kepada allah
Dalam Surat Al-Fatihah ayat 1-5 Allah berfirman:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
“Dengan nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.”
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
“Segala puji bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam.”
الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
“Yang Maha Pengasih lagi Penyayang.”
ملِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
“Raja di hari pembalasan.”
إَيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
“Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”

Dari ayat pertama sampai ayat kelima surat Al-Fatihah, kita mendapatkan hikmah yang bisa diungkapkan dengan “tak kenal maka tak sayang”. Ungkapan itu memang merupakan pepatah Nusantara yang baru saja adanya, namun pepatah biasanya lahir dari sebuah penalaran fitrah manusia, sedangkan fitrah manusia berasal dari Allah SWT. Makanya, ketika Rasulullah SAW ditanya tentang kebaikan, beliaupun menjawab:
اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ فَإِنَّ الْبِرَّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ
“Tanyakan saja pada hatimu, sesungguhnya kebaikan itu adalah sesuatu yang jiwa merasa nyaman dengannya dan hati merasa tenang kepadanya.” [HR. Ahmad]

Yang dimaksud hati itu adalah nurani atau fitrah manusia. Maka apapun yang ditemukan oleh fitrah manusia pasti ditemukan juga dalam Al-Qur’an, karena keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu hikmah Allah SWT.
“Tak kenal maka tak sayang” adalah konsep untuk memudahkan interaksi dan hubungan. Kita akan sulit menerima kehadiran orang baru yang tidak kita kenal, maka konsep ini mengarahkan kita untuk berkenalan terlebih dulu, setelah kenal dan ternyata dia sesuai dengan yang kita inginkan maka dengan sendirinya kita akan nyaman bersamanya. 

Nah, konsep ini sebenarnya murni konsep Al-Qur’an, bahkan konsep ini diisyaratkan oleh lima ayat pertama dari surat pertama Al-Qur’an, yaitu ketika ayat pertama hingga keempat menjelaskan sifat-sifat Allah SWT dan ayat kelima adalah isyarat cinta kepada Allah. 

Dalam ayat pertama hingga keempat, Allah SWT memperkenalkan diri sebagai Pencipta kita, Pemelihara kita, Penyayang dan Pengasih kepada kita. Setelah kita mengenal Allah SWT maka dengan sendirinya kita akan menyembah Allah SWT, tanpa disuruh apalagi dipaksa. Makanya ayat kelima bukan perintah menyembah, tapi ungkapan menyembah. 

Kesimpulannya, dari lima ayat pertama surat Al-Fatihah itu, kita mendapat pelajaran dari Allah SWT berkaitan dengan ilmu psikologi, yaitu kalau kita mau orang menyembah Allah, maka perkenalkan Allah SWT pada orang itu, kalau ia sudah mengenal Allah SWT dengan baik maka dengan sendirinya ia akan mecintai Allah SWT dan menyembah-Nya. Kalau kita mau anak kita meneladani Rasulullah SAW, maka perkenalkan beliau pada anak kita, kalau ia sudah mengenal beliau dengan baik maka dengan sendirinya ia akan mencintai dan meneladani beliau. Kalau Anda mau orang lain membeli produk anda yang bagus, maka perkenalkan produk anda pada orang itu, kalau ia sudah mengenal produk anda dengan baik maka dengan sendirinya ia akan menyukai dan membelinya.

Konsep ini adalah konsep yang cerdas dengan hasil memuaskan serta aman. Bila kita pandai memperkenalkan, untuk bisa diterima, kita tidak perlu memaksa atau merengek untuk menawarkan apapun -yang memang baik- kepada siapapun, termasuk menawarkan agama. Makanya Allah SWT berfirman:
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ
“Tidak ada paksaan dalam agama.” [QS. Al-Baqarah : 256]

Da’wah Islam Adalah Kenalkan Islam
Walaupun Allah SWT menghendaki (menyuruh) semua manusia kembali pada Islam, namun Allah SWT tidak perlu memaksa, karena Islam adalah agama fitrah yang asalkan dikenali dengan benar maka pasti akan disukai oleh siapapun. Maka tugas kita sebagai penda’wah adalah memperkenalkan Islam, asalkan kita berhasil memperkenalkan Islam dengan baik kepada pihak yang kita inginkan, maka kita tidak perlu ngotot agar mereka mau menerima Islam.

Konsep inilah yang digunakan dengan baik oleh Walisongo. Ketika Walisongo mendambakan sebuah komunitas yang menjadikan Islam sebagai asas bernegara, mereka menggiring masyarakat Jawa melalui proses pengenalan tentang Islam. Bagi mereka, da’wah adalah memperkenalkan, sama dengan presentasi yang harus lengkap dengan praktek untuk meyakinkan calon konsumen. Maka ketika mereka mau masyarakat Jawa memeluk Islam dan menjadikan Islam sebagai asas bernegara, merekapun berupaya untuk memperkenalkan Islam dengan detail dan membuktikan bahwa Islam memang solusi nyata bagi kebutuhan dan problematika mereka. 

Walisongo memperkenalkan Islam dan membuktikan kemampuan Islam didalam mengatasi problem masyarakat ketika itu, sekaligus kemampuan Islam didalam mengangkat martabat mereka. Ketika Sunan Ampel baru masuk ke Jawa, keluarga Kerajaan Majapahit memberlakukan sistem pembagian kasta yang mendiskriditkan dan menimbulkan ketidak-adilan sosial bagi rakyat jelata. Itulah problem bangsa Jawa yang saat itu amat membutuhkan solusi nyata. Dengan konsep Islam, Sunan Ampel berhasil merubah tatanan sosial, berkat kedekatannya dengan para bengsawan dan berkat kepiawaian beliau dalam mempengaruhi hati yang keras. Sungguh luar biasa, pandangan umum sesuai pembagian kasta yang sudah berabad-abad mengakar di antara para bangsawan dan rakyat jelata, dalam waktu yang singkat dapat dihapus oleh seorang Sunan Ampel. Yang dimaksud pandangan umum adalah kesadaran semua orang bahwa pembagian kasta itu tidak sesuai dengan nurani manusia. Begitu berhasilnya Sunan Ampel mempengaruhi pemikiran kaum bangsawan, sehingga walaupun masih banyak bangsawan yang merasa berat bersanding dengan rakyat jelata, setidaknya mereka merasa malu untuk berkata “kita tidak sederajat”, karena kalimat itu telah dianggap identik dengan “tidak berpendidikan”. 

Berangkat dari perubahan tatanan sosial dan membaiknya moral kaum bangsawan, maka perubahan tatanan ekonomi kemudian menyusul, karena tidak ada lagi monopoli usaha yang selama ini dilakukan oleh kapitalis dari kaum bangsawan.

Seiring dengan membaiknya tatanan sosial dan majunya ekonomi, Walisongo juga membawa bangsa Jawa pada kemajuan di bidang budaya. Ketika Ampel Denta berhasil menjadi Lembaga Pendidikan bergengsi dan dikenal di seantero Nusantara, otomatis Jawa menjadi pusat kunjungan para ulama, ilmuan dan sarjana dari berbagai negeri Nusantara. Hal itu membangkitkan semangat belajar orang Jawa dari kalangan bangsawan hingga rakyat biasa. Sungguh luar biasa, dulu seorang bangsawan bahkan tidak mau dekat-dekat dengan rakyat biasa, namun di Ampel Denta, seorang pangeran Majapahitpun duduk bersanding dengan seorang abdi dalem, baik di Masjid ketika sholat maupun di Pesantren ketika belajar.

Begitulah cara Walisongo memperkenalkan Islam dengan konsep Al-Fatihah ayat satu sampai lima, atau konsep “tak kenal maka tak sayang”, sehingga setelah masyarakat Jawa mengenal Islam dengan baik dan merasakan manfaat Islam bagi kehidupan mereka, maka Walisongo tidak perlu memaksa mereka dengan perintah “u’budullah” (sembahlah Allah), tapi Walisongo cukup berkata “iyyaka na’budu” kemudian diikuti oleh hampir semua masyarakat Jawa. Jangankan hanya mengajak ummat untuk membangun masjid, Walisongo bahkan dengan mudah mengajak ummat membagun Negara Islam, yaitu Kesultanan Demak. Sungguh, tak ada yang lebih dahsyat dari konsep Al-Fatihah, konsep “tak kenal maka tak sayang”.

Ketika Dirundung Masalah

Hasil gambar untuk masalah
Yang namanya hidup tidak selalu berjalan lancar, mulus dan menyenangkan. Pasti selalu saja ada masalah. Selain berbagai nikmat yang Allah berikan, kita juga akan diuji oleh bermacam masalah dan cobaan dalam kehidupan kita.

Ingatlah Sahabat, apapun yang kita terima, alami dan jalani adalah atas kehendak Allah SWT. Musibah atau masalah mungkin saja cara-Nya menyayangimu dan membuatmu menjadi pribadi yang lebih dewasa. Meski begitu, tetap saja kita sebagai manusia berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki diri dan membuat hidup lebih disyukuri.
Ada 5 ayat Al-Qur’an yang akan memotivasi kita dalam menghadapi setiap masalah. Yuk simak!: 

1. Anda bisa berubah, jika Anda mau mengubah diri Anda
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11).
Apa pun kondisimu saat ini, jika kamu mau berubah, maka kamu harus mengubah diri sendiri. Dengan begitu, Allah pun akan mengubahmu. Inilah yang sering dilupakan, banyak yang berharap orang lain atau yang di luar berubah, tetapi melupakan diri sendiri yang diubah.

2. Kebaikan di balik yang tidak kita sukai
“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui,“ (QS. Al-Baqarah: 216).
Sering kali, saat seseorang mendapati sesuatu yang tidak dia sukai, maka dia marah, kecewa, sedih, ngomel, dan akhirnya putus asa. Padahal, bisa jadi apa yang tidak dia sukai itu malah baik baginya.
Jangan kecewa saat kamu tidak diterima di sebuah perusahaan untuk menjadi karyawannya. Bisa jadi itu yang terbaik bagimu. Bisa jadi kamu akan mendapatkan pekerjaan lebih baik. atau justru akan mendapatkan hal buruk jika diterima di perusahaan itu. Syukuri apa yang ada saat ini.

3. Anda pasti sanggup
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” (QS. Al-Baqarah: 286).
Jika Anda mengatakan, “saya tidak akan sanggup”, sebenarnya Anda sudah mendahului Allah. Kata siapa? Itu hanya pemikiran negatif Anda. Bisa karena malas, manja, atau cengeng. Padahal jelas, dalam ayat di atas bahwa kita tidak akan dibebani beban apa pun kecuali sesuai dengan kesanggupan kita. Jangan kalah oleh pikiran negatif Anda yang dengan mudah mengatakan tidak sanggup.

4. Kemudahan bersama kesulitan
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (QS. Al-Insyirah: 5-6).
Kebanyakan orang, saat menghadapi kesulitan, dia berhenti alias menyerah, mengeluh, atau berharap bantuan dari orang lain. Jika kamu menghindari kesulitan, Anda tidak akan mendapatkan kemudahan. Jika kamu berharap orang lain yang mengatasi kesulitan, maka kemudahan akan menjadi milik orang lain. Kamu tidak akan mendapatkan kemudahan dari kematangan, keterampilan, dan pengalaman yang didapatkan.

5. Takwa dan tawakal
“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya,” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
Sedang menghadapi masalah atau tantangan besar? Butuh jalan keluar? Maka bertakwalah, Allah akan memberikan jalan keluar juga rezeki yang tidak ia sangka.
Jika kekuatan tawakal, Anda akan dicukupkan, termasuk dicukupkan segalanya untuk menghadapi rintangan, halangan, tantangan, dan juga masalah. Semoga kita menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur dan bersabar..Aamiin

Wednesday, March 8, 2017

Jangan Anggap Remeh Dosa Kecil

Hasil gambar untuk dosa kecil
Ada banyak orang yang tanpa sadar tengah meremehkan dosa. Mungkin kita berpikir dosa yang kecil tidaklah mengapa. Padahal, dari dosa kecil itulah akan tercipta dosa yang besar. 

Disebutkan hadits dalam Shahih Bukhari, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya kalian melakukan suatu amalan dan menyangka bahwa itu lebih tipis dari rambut. Namun kami menganggapnya di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sesuatu yang membinasakan,” (HR. Bukhari no. 6492).

Jika disebutkan bahwa ia sangka suatu dosa itu lebih tipis dari rambut, itu tanda meremehkan dosa. Padahal sesuatu yang dianggap sepele seperti ini di sisi Allah begitu besar.
Disebutkan dari jalur Ibrahim bin Al Hajjaj dari Mahdi, “Kami menganggapnya sebagai dosa kala bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Ibnu Batthol mengatakan, “Sesuatu dosa yang dianggap remeh bisa menjadi dosa besar, ditambah lagi jika terus menerus melakukan dosa.” 

Abu Ayyub Al Anshori berkata, “Sesungguhnya seseorang melakukan kebaikan dan terlalu percaya diri dengannya dan meremehkan dosa-dosa, maka ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan ia penuh dengan dosa. Sesungguhnya seseorang melakukan kejeleken dalam keadaan terus merasa bersalah, maka ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan aman.” []

Sunday, March 5, 2017

Baca 3 do'a Bermanfaat ini Ketika Sujud Terakhir dalam Sholat

Hasil gambar untuk sujud

1. Mintalah Diwafatkan Dalam Keadaan Khusnul Khotimah

اللهم إني أسألك حسن الخاتمة
Allahumma inni as’aluka husnal khotimah

Artinya: “Ya Allah aku meminta kepada-MU husnul khotimah”


2. Mintalah Agar Kita Diberikan Kesempatan Taubat Sebelum Wafat

اللهم ارزقني توبتا نصوحا قبل الموت
Allahummarzuqni taubatan nasuha qoblal maut

Artinya: “Ya Allah berilah aku rezeki taubat nasuha (atau sebenar-benarnya taubat) sebelum wafat”

3. Mintalah Agar Hati Kita Ditetapkan di Atas Agamanya

اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Allahumma yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘ala diinika

Artinya: “Ya Allah wahai sang pembolak balik hati, tetapkanlah hatiku pada agama-MU”

Kemudian saya sampaikan, jika kau sebarkan perkataan ini, dan kau berniat baik denganya, maka semoga menjadikan mudah urusan urusanmu di dunia dan akhirat.

Lakukanlah kebaikan walau sekecil apapun itu, karena tidaklah kau ketahui amal kebaikan apakah yang dapat menghantarkanmu ke Surga Allah.

Tombo Ati

Hasil gambar untuk tombo ati

Syair “Tombo Ati” alias obat hati yang berjumlah lima amalan ibadah adalah syair berbahasa Jawa yang populer secara turun-temurun. Syair yang berisi nasihat ini semakin booming setelah masuk ke dunia rekaman yang dilantunkan seniman Muslim Emha Ainun Najib dan dilanjutkan oleh penyanyi Opick dengan versi bahasa Indonesianya.
Ada pihak yang menyebutkan bahwa syair Tombo Ati ini berasal dari Sunan Bonang salah satu ulama shalih penyebar Islam di tanah Jawa, di mana beliau menggunakan syair itu dalam sebagai media dakwah.
Meski demikian, apakah bisa dikatakan bahwa otomatis beliau perumus Tombo Ati? Bisa jadi, namun kemungkinan hal itu kecil, karena Wali Songo adalah ulama yang dikenal menganut metode sanad dalam ajarannya hingga kemungkinan besar ajaran yang disampaikan merujuk kepada ulama sebelumnya.
Jika seandainya bukan Sunan Bonang, lalu siapa ulama sebelum beliau yang merumuskannya?
Pertanyaan itu terjawab oleh kitab Shifat Ash Shafwah karya Ibnu Al Jauzi (597 H) ulama besar madzhab Hanbali, di mana saat beliau menulis biografi Yahya Bin Muadz Ar Razi ulama yang wafat di Naishabur tahun 258 H, beliau menuliskan bahwa Yahya menyampaikan 5 obat hati (lihat, Shifat Ash Shafwah, 4/92).
Dalam kitab itu Yahya bin Muadz menyatakan, ”dawa’ al qalb khomsah asya’” (obat hati ada 5 perkara), yang dalam bahasa Jawa, ”tombo ati iku limo perkarane” (obat hati ada 5 perkara).
Dari lima perkara itu Yahya bin Muadz merinci, ”qira’ah Al Qur’an bi at tafakkur” (membaca Al Qur’an dengan perenungan), yang dalam bahasa Jawa, ”moco Quran angen-angen sakmaknane”.
Yang kedua adalah “khala’ al bathn” (kosongkan perut atau berpuasa), yang dalam bahasa jawa, ”weteng siro kudu luwe”.
Obat hati selanjutnya adalah, ”qiyam al lail” kalau dijawakan menjadi, ”sholat wengi lakonono”.
Selanjutnya adalah, ”tadzarru’ indza as sahr” (merendahkan diri saat waktu sahur) kalau dalam versi Jawa, ”dzikir wengi ingkang suwe”.
Sedangkan obat hati yang terakhir yang disebut Yahya bin Mu’adz adalah, ”mujalasah as shalihin” (bermajelis dengan orang-orang shalih) yang dalam versi Jawanya, ”wong kang sholeh kumpulono.”
Jika demikian, maka hal ini merupakan salah satu indikator bahwa ajaran Walisongo bersumber kepada ulama terdahulu, tinggal generasi Islam saat ini, tidak hanya bisa manghafal, namun juga dituntut untuk mengamalkan 5 perkara yang amat dianjurkan itu, hingga hati menjadi tenang.

https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2012/12/05/2157/siapa-perumus-tombo-ati-limang-perkoro.html 

Thursday, March 2, 2017

Kisah Lelaki Yang Memiliki 4 Istri

Hasil gambar untuk amal perbuatan
Dalam hidup ini terkadang kita lupa dan masih disibukan dengan beberapa macam hiruk pikik urusan dunia, namun tak sedikit yang lupa akan kehidupan setelah ini, kehidupan yang sejatinya adalah hidup yang kekal dan selamanya. Ada suatu cerita hikmah kehidupan dibawah ini yang berjudul “Kisah Lelaki Yang Memiliki 4 Istri” semoga cerita pendek ini dapat memberikan sedikit inspirasi dan menambah khasanah untuk kehidupan kita

Istri ke-1 : Tua dan jelek, biasanya tidak diperhatikan.
Istri ke-2 : Agak cakep, agak diperhatikan.
Istri ke-3 : Lumayan cakep dan cukup diperhatikan.
Istri ke-4: Sangat cakep, sangat diperhatikan dan disanjung-sanjung serta diutamakan!
Waktu pun berlalu begitu cepat dan tibalah saat sang lelaki (suami) tersebut mau meninggal, lalu dipanggilah 4 orang istrinya. Dipanggilah istri ke-4 yang paling cakep dan ditanya, “Maukah ikut menemaninya ke alam kubur?”
Si istri menjawab :
Sorry, cukup sampai di sini saja saya ikut dengan mu…”
Saat dipanggil istri ke-3 dan ditanya hal yang sama, dia pun menjawab…
Sorry, saya hanya akan mengantarmu sampai di kamar mayat dan paling jauh sampai di rumah duka.”
Kemudian dipanggil istri ke-2 dan ditanya hal yang sama… Maka dia pun menjawab,
Baik, saya akan menemanimu tapi hanya sampai ke liang kubur, setelah itu Good Bye.”
Si Suami sungguh kecewa mendengar semua itu… Tetapi inilah kehidupan dan menjelang kematian…
Lalu dipanggil lah istri ke-1 dan ditanya hal yang sama, si suami tak menyangka akan jawabannya…
Saya akan menemani ke manapun kamu pergi dan akan selalu mendampingimu…”
Siapa istri ke-1 sampai ke-4 itu?
Istri ke-4 adalah “harta dan kekayaan“.
Mereka akan meninggalkan jasad kita seketika saat kita meninggal.
Istri ke-3 adalah “teman-teman” atau sahabat kita.
Mereka hanya akan mengantar jasad kita hanya sampai di saat disemayamkan.
Istri ke-2 adalah “keluarga“. Saudara dan teman dekat kita.
Mereka akan mengantar kita sampai dikuburkan, dan akan meninggalkan kita setelah mayat kita dimasukkan dalam liang kubur dan ditutup dengan tanah.
Istri ke-1 adalah “amal perbuatan” kita selama hidup di dunia. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya
 

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...