Thursday, August 30, 2018

Manusia Yang Dicintai Allah SWT

Hasil gambar untuk Manusia Yang Dicintai Allah SWT
Setiap hamba Allah Subhanallahu wa Ta’alla menginginkan dirinya dicintai oleh Sang Pencipta. Hamba mana yang tidak berharap akan rahmat dan ampunan-Nya. Setiap hamba yang dicintai Allah Subhanallahu wa Ta’alla maka sudah pasti dengan mudah meraih ridha-Nya, diberikan ampunan-Nya, dikabul do’a-Nya, lebih lagi mendapat surga-Nya di akhirat kelak.
Untuk meraih harapan dicintai Allah tersebut, setiap umat Islam melakukan berbagai macam cara yang diperintahkan-Nya, dan tak lupa menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari setiap larangan-Nya.
Setelah berusaha dan tetap istiqomah untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Mari kita cari tahu apakah kita termasuk kedalam ciri-ciri atau golongan orang yang dicintai oleh Allah.
Berikut ini ciri-ciri dan golongan orang yang dicintai Allah.
Dicintai Penduduk Langit dan Bumi
Sabda Rasulullah: “Bila Allah mencintai seorang hamba maka Dia menyeru Jibril: Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah ia, maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril menyeru penduduk langit: Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah ia, maka merekapun mencintainya, lalu ditentukan baginya sikap menerima (dan cinta dari penduduk) dibumi”. (HR Bukhari).
Selalu Dijauhkan dari Fitnah Dunia
Qatadah bin Nu’man berkata: “Bila Allah mencintai seseorang maka Dia menghalanginya dari (fitnah) dunia”. (HR Al-Hakim).
Baca Juga : Memahami Makna Toleransi dalam Islam yang Bukan Integrasi
Senang Bertaubat
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri”. (QS Al-Baqarah: 222)
Senantiasa Sabar dalam Ujian dan Cobaan
“Bila Allah mencintai suatu kaum maka Dia memberikan mereka ujian (dengan berbagai musibah)”. (HR Ahmad).
“Orang-orang yang sabar ALLAH menyukai orang-orang yang sabar.”
(Ali ‘Imran [3]: 146)
Senantiasa Menjaga Kesucian Diri
… Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
Adil sebagai Pemimpin
… sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang adil. (QS. Al-Maa’idah [5]: 42)
Istiqomah dalam Takwa
… maka sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Imran [3]: 76)
Senantiasa Berbuat Baik
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali ‘Imran [3]: 134)
Senantiasa Berserah Diri pada Allah
“Orang-orang yang bertawakal kepada Allah Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-NYA. (QS. Ali ‘Imran [3]: 159)
Senantiasa mengikuti Rasul
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai ALLAH, ikutilah aku, niscaya ALLAH mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Ali ‘Imran[3]:31)
Jihad fi Sabilillah
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-NYA dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
(QS. Ash-Shaff [61]: 4)
Menjaga Lisan dan Rajin Ibadah
Imam al-Baqir as berkata, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang yang (apabila) bersenda gurau tidak mengeluarkan kata-kata yang keji, yang berpikir mandiri, selalu bersabar (apabila) sendirian, dan suka melakukan shalat malam”
Senantiasa Muhasabah Diri dan Bersyukur
Imam Ali Zainal ‘Abidin as berkata, ”Sesungguhnya Allah mencintai setiap hati yang selalu merasa sedih, dan setiap hamba yang selalu bersyukur”
Memelihara Sifat Malu dan Berakhlak Mulia
Rasulullah saw. bersabda, ”Sesungguhnya Allah mencintai orang yang memiliki sifat malu, orang yang senantiasa santun, orang yang selalu menjaga kesucian dirinya (‘afif) , dan orang yang enggan berbuat keji (muta’afiffah)”
Gemar Bersedekah
Rasulullah saw bersabda, ”Tiga macam orang yang Allah ‘Azza wa Jalla mencintai mereka yakni mereka yang senantiasa bangun di malam hari (untuk mengerjakan shalat malam) lalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an), mereka yang senang bersedekah dengan tangan kanannya sambil menyembunyikannya dari tangan kirinya, dan mereka yang mengalahkan dan mengusir musuhnya dalam perang sementara kawan-kawannya menyerahkan diri kepada musuh”
Senantiasa Menjaga Tali Silaturahmi
Di dalam hadits Mi’raj diriwayatkan bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, ”Wahai Muhammad! Wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling mencintai di jalan-KU, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang saling berkasih sayang di jalan-KU, dan wajib bagi-Ku mencintai orang-orang yang suka bersilatur-rahim di jalan-Ku, dan wajib bagi-KU mencintai orang-orang yang senantiasa bertawakkal kepada-KU…”
Mencintai Perintah Allah
Allah Tabaraka Ta’ala berfirman, ”Tiada yang lebih Aku cintai dari seorang hamba-KU daripada kecintaan sang hamba kepada apa yang telah Aku wajibkan baginya”
Mampu Menahan Amarah
Rasulullah saw bersabda, ”Wajiblah kecintaan ALLAH atas orang yang marah tetapi ia mampu meredam kemarahannya dengan santun”
Senantiasa Mengingat Kematian
Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa yang banyak mengingat kematian niscaya Allah mencintainya”
Mencintai Perintah Allah, dan Membeci Segala Hal yang Haram
Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah saw, ”Aku ingin sekali menjadi orang yang dicintai Allah dan Rasul-NYA”.
Rasulullah saw pun berkata, ”Cintailah apa yang dicintai Allah dan Rasul-NYA, dan bencilah apa yang dibenci oleh Allah dan Rasul-NYA”
Mudah-mudahan kita termasuk di dalam golongan yang dicintai Allah SWT.

Sunday, August 19, 2018

Gempa Lombok, Antara Musibah dan Peringatan Allah SWT

Hasil gambar untuk gempa lombok
Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun, belum usai Gempa NTB di Bulan Juli yang lalu, Gempa susulan dengan skala 7,0 SR kembali menimpa bumi NTB, tepatnya kawasan Lombok dan sekitarnya, hingga terasa di Pulau Bali.
Kita harus kembali terhenyak saat mengetahui jumlah korban hingga rabu delapan Agustus, sudah 347 jiwa melayang sia-sia dan 1.477 jiwa luka berat. Sementara tercatat yang hidup di pengungsian 156.003 jiwa serta 42.239 unit rumah rusak dan 458 bangunan sekolah rusak (cnnindonesia.com)
"Diperkirakan jumlah korban meninggal akan terus bertambah karena masih ada korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh," kata Sutopo melalui pesan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu,11/08/2018 (Antaranews Sumbar) -Selain korban yang diduga tertimbun longsor dan bangunan roboh, Sutopo mengatakan kemungkinan juga masih ada korban meninggal yang belum didata dan dilaporkan.
Selain itu 6 jembatan rusak, 3 rumah sakit rusak, 10 puskesmas rusak, 15 masjid rusak, 50 unit mushola rusak, dan 20 unit perkantoran rusak
Semua itu  baru kerugian fisik ekonomis, belum memperhitungkan kerugian atau dampak psikologis dan mental yang tak dapat diangkakan, seperti hilangnya rasa aman, makin meningkatnya rasa cemas atau tertekan dan tekanan kesulitan hidup sebgai dampak lanjutan musibah yang terjadi. Musibah yang bertubi-tubi dan menimbulkan kerugian begitu besar ini harus kita renungkan dan maknai untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di dunia dan terutama di akhirat.
Musibah yang melanda itu baik itu berupa gempa, banjir, tsunami, gunung meletus dan berbagai musibah lainnya, harus kita imani sebagai ketetapan (Qadha’) Allah SWT, Allah berfirman “Katakanlah:’ Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk Kami. Dia lah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang beriman harus bertaqwa (TQS. At-Taubah:51).
Sebagai ketetapan (Qadha’) maka musibah itu harus dilakoni dengan lapang dada, perasaan ridha, disertai kesabaran dan tawakal kepada Allah (Qs. Al-Baqarah: 155-157).
Dengan sikap itu, musibah yang datang akan menjadi kebaikan diantaranya akan mendapat apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW” Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah tinggikan dia satu derajat atau Allah hapuskan darinya satu kesalahan “ ( HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ahmad).
Hanya saja, kesabaran yang harus dibangun bukan hanya kesabaran posif dan kepasrahan melainkan kesabaran positif dan aktif. Yaitu kesabaran yang disertai perenungan untuk menarik pelajaran guna membangun sikap, tindakan dan aksi ke depan demi membangun kehidupan yang lebih baik di dunia dan akherat.
Ketika suatu musibah melanda, kita sebagai makhluk yang memilik akal tentu akan berusaha mencari penyebab terjadinya musibah tersebut atau hukum kausalitas. Misal musibah banjir kita mengetahui bahwa bencana banjir terlepas dari ketetapan Allah tapi juga ada penyebabnya yang disebabkan perbuatan manusia seperti membuka lahan serampangan, kesalahan dalam tata ruang, penggundulan hutan tanpa pertanggung jawaban, kebiasaan membuang sampah ke sungai, pembukaan perumahan tak ramah alam dan lain sebagainya. Semua itu bisa terjadi karena dibiarkan atau lebih buruk karena dibingkai oleh kebijakan.
Dalam peristiwa gempa yang menyesakan dada kita ini, kita lihat saat ini mereka sibuk mencari dan meneliti faktor ilmiah atau kauni kenapa terjadi bencana, dan banyak manusia ketika terjadi bencana hanya terfokus untuk meniliti factor penyebab bencana dari sisi ilmu pengetahuan, namun mereka lupa faktor penyebab bencana dari sisi syar’i, sehingga dengan bencana itu mereka tidak semakin taqarrub namun malah semakin jauh dari Syariat Allah Ta’ala.
Padahal lebih dari itu, melalui bencana Allah ingin menunjukan kekuasaan-Nya kepada manusia. Dengannya Allah juga mengingatkan bahwa manusia itu lemah, akalnya terbatas dan membutuhkan bantuan Allah. Sehingga tidak sepatutnya sombong di hadapan kekuasaan Allah atau menyangka telah sanggup menguasai dan mengatur dunia seraya meninggalkan petunjuk dari Allah yang MahaBijaksana.
Allah memutuskan perkara-perkara yang berlaku pada makhluknya, hukum-hukum-Nya berlaku pada hamba-hambaNya terkadang sesuai dengan kebijaksanaan-Nya dan karunianya, dan terkadang sesuai dengan kebijaksanaan-Nya dan keadilan-Nya, dan Tuhanmu tidak akan berbuat dzalim kepada siapapun. “Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri” (QS. 43:76)
Oleh karena itu, sudah sepatutnya setiap hamba merenungkan hal ini. Ketahuilah bahwa setiap musibah yang menimpa kita dan datang menghampiri negeri ini, itu semua disebabkan karena dosa dan maksiat yang kita perbuat.
Betapa banyak kesyirikan merajalela di mana-mana, dengan bentuk tradisi ngalap berkah, memajang jimat untuk memperlancar bisnis dan karir, mendatangi kubur para wali untuk dijadikan perantara dalam berdoa, kebijakan yang selalu mendzholimi rakyat, kriminalisasi islam dan ulama, menjadikan orang-orang kafir sebagai teman dan yang paling parah adalah tidak mau berhukum dengan hukum Allah.
Jadi, musibah yang Allah timpakan ini pada dasarnya untuk memberi peringatan dan mengembalikan kesadaran pada diri manusia terhadap KemahaKuasaan Alla, pencipta alam semesta. Mengingatkan dan mengembalikan kesadaran betapa  lemahnya manusia dan betapa terbatasnya pengetahuan manusia.
Mengembalikan kesadaran sebagai makhluk ciptaan dan sebagai hamba dari Al-Khaliq yang tidak layak bermaksiat kepada-Nya dan menyimpang atau menyalahi peringatan yakni wahyu-Nya serta mendustakan-Nya.
Kesadaran spritual yang dikembalikan oleh musibah itu haruslah mmbangkitkan energi penghambaan kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan. Energi untuk makin meningkatkan ibadah kepada Allah SWT dalam arti yang luas.
Selain itu, kesadaran spiritual itu haruslah juga membangkitkan enegi untuk melakukan perbaikan, meluruskan penyimpangan, melakukan ketaatan dan kembali menempuh jalan dan menerapkan sistem yang benar, jalan dan sistem yang bersumber dari wahyu Allah SWT. Kesadaran nalar ini harus muncul, sebab pada dasarnya semua musibah yang terjadi didalamnya selalu ada peran dan keterlibatan manusia.
Alllah SWT berfirman:” “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
Ibnu Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.”
Hal ini selaras dengan perkataan Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu, “Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.”(Al Jawabul Kaafi, 74)
Terus apa yang harus kita lakukan ? Tobat? Betul semua pihak di negeri ini memang harus bertobat. Tobat tentu harus dilakukan dalam bentuk tawbat(an) nashuha secara menyeluruh dan dilakukan bersama-sama oleh umat ini.
Ali bin Abi Thalib ra menjelaskan bahwa tobat harus menghimpun enam hal : 1. Menyesali atas dosa yang telah dilalui, 2. Kembali melaksanakan kewajiban, 3. Menolak atau mengembalikan kezaliman (mengembalikan hak kepada yang berhak), 4. Mengurangi persengketaan, 5. Berazzam tidak akan mengulangi kemaksiatan itu, 6. Mengiatkan diri dalam ketaatan.
Enam hal tersebut harus kita lakukan, kita harus menyesali dosa yang telah kita lakukan. Dosa telah bermaksiat, melalaikan shalat, terlibat riba, membiarkan zina dimana-mana, menyekutukan Allah dan yang paling parah yaitu pangkal dari segala maksiat adalah tidak menerapkan hukum Allah.
Tugas kita selanjutnya adalah menjalankan kewajiban yaitu menerapkan hukum Allah dalam kehidupan bernegara secara menyeluruh dengan begitu kita menolak atau mengembalikan kezaliman, mengurangi persengketaan dan ketika hukum islam diterapkan secara menyeluruh kita akan dipermudah dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.
Karena ketika hukum islam diterapkan secara menyeluruh itu adalah bentuk ketaatan totalitas dari seorang hamba kepada sang Khalik yang telah menciptakan dan sang Maha Pengatur.
Inilah tugas kita semua saat ini agar bencana tidak terus menimpa negeri kita karena kemaksiatan yang kita lakukan ”Telah nampak kerusakan di darat dan di bumi karena olah tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagiaan dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (TQS. Ar-Ruum :41)
Saatnya kita kembali ke pangkuan Allah, dengan penyerahan diri secara total. Totalitas dalam melaksanakan seluruh perintah Allah dan larangan-Nya dengan menerapkan seluruh hukum Allah dalam kehidupan.
Karena Allah telah berjanji kepada kita “....Dan dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa....”(TQS. An-Nur:1).

Friday, August 3, 2018

Diet Pisang ala Admin

Hasil gambar untuk pisang ambon
Program diet yang akan saya bahas adalah pengalaman pribadi saya sendiri. Memiliki tubuh langsing dan sehat memang keinginan banyak orang, teritama kaum hawa. Namun, untuk mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan, tentu perlu usaha yang terbilang sulit. Mulai dari olahraga rutin hingga pola makan yang baik atau melakukan diet ketat.

Tapi jika terbiasa dengan minuman berkarbonasi, makanan ringan atau permen, maka akan menjadi tantangan sulit jika bertekad mendapatkan tubuh ideal.

Itu baru gula. Belum disuruh untuk menjaga kebiasaan olahraga seminggu sekali dan untuk makan makanan bergizi.

Di sini saya ingin berbagi tentang pengalaman diet yang pernah saya lakukan. tentu semuanya diawali dengan tekad kuat. Tanpa niat kuat, niscaya bakal gagal program diet.

Maaf, berkaca dari monyet yang hobi makan pisang tapi tetap lincah dan punya energi melimpah... saya mencoba mengikuti kebiasaannya. Tapi tentu harus melihat dulu kandungan dalam pisang agar tidak salah dalam mempraktekannya.


Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...