Saturday, January 28, 2017

Ciri Orang Baik

Hasil gambar untuk erdogan
Dasarnya setiap manusia itu sama. Hanya saja, memiliki sifat dan karakter yang beda. Ada yang baik dan tidak baik. Nah, jika kita ingin termasuk orang yang baik, maka kita harus bergabung dengan kumpulan orang-orang baik pula. Masalahnya, di antara kita masih sulit membedakan mana orang baik dan tidak. Lantas, harus bagaimana?

Nah, Anda tak perlu khawatir. Kita bisa tahu kok mana orang baik dan tidak. Ada cara bagi kita untuk mengetahui seseorang itu baik atau tidak.

Pertama, orang baik cenderung lebih banyak tersenyum. Percaya atau tidak, kebaikan seseorang bisa ditunjukkan dari cara dia tersenyum. Mengapa? Karena semakin banyak orang tersenyum, maka hawa positif akan bertebaran di sekitarnya. Selain itu, dengan tersenyum, orang akan terkesan lebih ramah dan bisa dipercaya. Walaupun tidak dapat dijadikan patokan, karena ada orang yang dapat menutup perilakunya dengan senyuman.

Kedua, pikiran-pikiran negatif jarang menghinggapi orang baik, sedangkan orang jahat biasanya diliputi iri hati dan dengki. Orang baik akan selalu menanamkan pikiran positif dalam hidupnya. Bahkan saat dia mengalami masa-masa sulit sekalipun. Berbeda dengan orang jahat, saat kita berbicara dengannya akan banyak pikiran-pikiran atau gagasan buruk yang dia tebarkan. Bahkan dia bisa menyebar hawa iri dengki di sekitar kita.

Ketiga, lihat seberapa sering dia mengganti nomor handphone. Orang baik, jarang mengganti nomorhandphonenya. Mungkin pada awalnya terdengar konyol dan main-main, tapi percayalah orang baik jarang mengganti nomor handphonenya. Mereka beranggapan jika suatu saat orang membutuhkan mereka, gonta-ganti nomor handphone menjadi petaka tersendiri. Orang akan kesulitan mencari nomor kita dan kita kehilangan satu kesempatan menolong orang. Jika ada sebagian orang yang beralasan mengganti nomor ponsel untuk menghindari gangguan, orang baik tidak akan merasa dirugikan dengan apa pun yang orang lain lakukan padanya.

Keempat, orang baik biasanya lebih sering menyapa duluan. Orang baik tidak akan keberatan untuk menyapa semua orang, bahkan orang yang berbuat jahat padanya sekalipun. Orang baik selalu terhindar dari rasa ingin dicari dan dibutuhkan. Dia biasanya tidak membutuhkan pengakuan orang atas kinerjanya selama ini.


Kelima, orang baik selalu pintar mengendalikan emosi.Kelima, orang baik tidak ingin menunjukkan dia baik. Tapi orang jahat akan membangun citra baik untuk dirinya.


Keenam, orang baik akan bercerita/membagikan hal-hal yang bermanfaat dengan tujuan memberi tahu. Bukan untuk menggiring opini publik bahwa hanya dirinyalah yang benar.

Ketujuh, orang baik punya kebiasaan mengucapkan 3 kata sakti. Yaitu maaf, tolong, dan terima kasih.

Kedelapan, orang baik tidak akan keberatan untuk mengakui kelebihan orang lain. Apalagi jika dia merasa salah. Mereka tidak akan segan-segan untuk meminta maaf dan memperbaiki kesalahannya. Berbeda dengan orang jahat yang memiliki gengsi tinggi dan menganggap dirinya benar. Alamak jangankan mengaku salah, menganggap orang lain berprestasi saja gengsinya minta ampun. Ada saja alasannya untuk menjatuhkan orang lain.

Friday, January 27, 2017

5 Fase Kehidupan

akhir zaman 
 
Kita merasa bahwa hidup ini sama saja. Padahal tidak! Dunia ini terus berputar. Begitu pula dengan apa yang ada di dalamnya. Peradaban manusia pun silih berganti. Bahkan, orang yang menempati bumi ini juga berganti. Dan tahukah Anda, bahwa perjalanan hidup ini, menurut Rasulullah ﷺ terbagi atas 3 fase. Apakah itu? 

“Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. 

Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam,” (HR. Imam Ahmad). Hadis diatas diriwayatkan Ahmad, 4/273, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 5). Dari hadis tersebut, jelas dijelaskan bahwa fase hidup manusia dibagi atas lima zaman. Pertama, zaman Nubuwwah. Yakni, zaman kenabian. Diawali dari zaman Nabi Adam Alaihis Salam sampai baginda Nabi Muhammad ﷺ. 

Kedua, zaman Khilafah l. Yakni, pada masa ini kepemimpinan dipegang oleh sahabat-sahabat Nabi. Yaitu, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra.

Ketiga, zaman Al-Mulk (kerajaan). Pada masa ini ditandai dengan berakhir/ runtuhnya Dinasti Utsmani di Turki. Jika di Indonesia Majapahit, Sriwijaya, Galu dan sebagainya. 

Keempat, zaman Jababiro. Yakni, zaman kebebasan maksiat dimana-mana. Fitnah-fitnah bertebaran untuk melemahkan kaum Muslimin. Orang-orang yang tidak cakap/dzalim menjadi penguasa (pemimpin). Jumlah ummat Islam banyak tetapi bagaikan buih di atas laut (sedikit yang berjihad untuk membela Islam). 

Kelima, zaman Khilafah ll. Zaman yang mana suasana seperti pada zaman Rasulullah ﷺ. Nanti umat Islam akan dipimpin Imam Mahdi. Tetapi, hanya berlangsung lebih kurang 9 tahun. Pada zaman ini pula Dajjal muncul, Nabi Isa Alaihis Salam juga muncul ditugaskan untuk membunuh Dajjal dan meng-Islamkan orang-orang Nashrani.

Saturday, January 21, 2017

Hati-Hati Tanda Hitam di Jidat

Hasil gambar untuk tanda hitam di jidat

Perbanyaklah sujud namun jagalah wajahmu supaya tetap tampak bagus dan hindari munculnya tanda hitam di dahi atau jidatmu karena dikhawatirkan timbul riya’, ujub (bangga diri) dan kesombongan Apabila cara sujud benar, maka tidak akan memburukkan wajah melainkan sebaliknya, menjadi bercahaya dan berseri-seri.

Adapun jika jidat menjadi ‘kapalan’ maka artinya harus memperbaiki gerakan shalat. Sebab yang menjadi penopang utama adalah kedua tangan, saat sujud, bukan kepala.

Abdullah bin Umar bin Khattab RA. salah seorang shahabat terkemuka tidak menyukai adanya bekas hitam di dahi seorang muslim.

عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟ 

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ رَأَى أَثَرًا فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنَّ صُورَةَ الرَّجُلِ وَجْهُهُ ، فَلاَ تَشِنْ صُورَتَكَ.

Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!”(Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).

عَنْ أَبِى عَوْنٍ قَالَ : رَأَى أَبُو الدَّرْدَاءِ امْرَأَةً بِوَجْهِهَا أَثَرٌ مِثْلُ ثَفِنَةِ الْعَنْزِ ، فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا بِوَجْهِكِ كَانَ خَيْرًا لَكِ.

Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).

Thursday, January 19, 2017

Pemimpin Bejat dan Hina di Akhir Zaman

Hasil gambar untuk siluet jokowi

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah memberikan kekuasaan untuk memegang urusan masyarakat kecuali kepada orang paling baik dan paling mengerti, demikian pula yang dilakukan para khalifah sesudahnya.

Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Hudzaifah rahimahullaah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada penduduk Najran,

لَأَبْعَثَنَّ إِلَيْكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ فَاسْتَشْرَفَ لَهَا أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ

“Sungguh aku akan mengirim kepada kalian orang kepercayaan yang betul-betul dapat dipercaya.” Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa mulia (berkeinginan) dengan hal itu. Lalu beliau mengutus Abu Ubaidah.” (HR. Bukhari  dan Muslim)

Ini berbeda dengan kondisi di akhir zaman, banyak sekali orang yang bejat lagi hina, tidak berilmu dan tidak bertakwa menduduki posisi penting di tengah-tengah umat dan menentukan kebijakan untuk umum. Dan ini merupakan sebagian dari tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ

“Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan orang yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab, ‘Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).” (HR. Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir dalam ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad menyatakan isnadnya hasan dan matannya shahih. Syaikh Al-Albani juga menshahihkannya dalam al-Shahihah no. 1887)

Dan dalam hadits Jibril yang panjang, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan tentang dekatnya kiamat yang ditandai dengan banyaknya pemimpin yang hina,

وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا وَإِذَا كَانَتْ الْعُرَاةُ الْحُفَاةُ رُءُوسَ النَّاسِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا

“Tetapi akau akan sampaikan kepadamu tentang tanda-tandanya, yaitu apabila budak wanita melahirkan tuannya, maka itu bagian dari tanda-tandanya. Dan apabila orang-orang yang tidak berpakaian dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin manusia, maka itu bagian dari tanda-tandanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ أَسْعَدَ النَّاسِ بِالدُّنْيَا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ

“Hari kiamat tidak terjadi hingga manusia yang paling bahagia dia dunia ialah Luka’ bin Luka’.” (al-Tirmidzi dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, no. 2365 dan Shahih al-Jami’, no. 7431)

Dalam Shahih Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik, “Dunia tidak akan habis hingga ada pada Luka’ bin Luka’.”

Dan dalam riwayat Thabrani, dari hadits Abu Dzar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْلِبَ عَلَى الدُّنيا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ

“Hari kiamat tidak akan terjadi hingga yang berkuasa di dunia ialah Luka’ bin Luka’.”

Luka’ menurut bangsa Arab artinya budak. Ada juga yang mengartikan kotoran. Kemudian kata ini digunakan untuk menunjukkan kebodohan dan kehinaan orang jahil dan tercela. Kadang-kadang kata Luka’ juga digunakan untuk anak kecil. Dan jika digunakan untuk orang dewasa, maka yang dimaksud adalah orang yang kecil ilmu dan akalnya. (Lihat: Nihayah fi Gharib al-Hadits, Ibnu Atsir: 4/268)

Menurut Syaikh Yusuf al-Wabil dalam Asyratus Sa’ah, kondisi seperti yang disebutkan di atas sudah terjadi di zaman sekarang. Dan dalam realita sekarang kita saksikan banyak pemimpin-pemimpin yang gemar membangun pencitraan sehingga banyak rakyat yang tertipu dengannya dan memujinya, “Alangkah hebatnya!, alangkah baiknya!, alangkah amanahnya!, alangkah bagus akhlaknya!,” dan pujian-pujian lainnya. Padahal pemimpin-pemimpin tersebut adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. Bahkan, ia sebenarnya orang yang sangat tidak amanah dan suka berdusta. Tidak memikirkan rakyat kecil dan tidak menunaikan hak-hak mereka. Malah sebaliknya, ia gemar menumpuk kekayaan dan membangun istananya. Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.

Maka tepatlah hadits yang dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim dalam shahih keduanya, dari Hudzaifah mengenai hadits diangkatnya amanat,

لَا يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الْأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ إِنَّ فِي بَنِي فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ مَا أَجْلَدَهُ مَا أَظْرَفَهُ مَا أَعْقَلَهُ وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ

“Hampir-hmapir tak ada seorangpun yang melaksanakan amanat sehingga dikatakan, ‘sesungguhnya di tengah-tengah Bani fulan ada seorang laki-laki yang sangat amanat’ sehingga dikatakan kepada seseorang, ‘alangkah sabarnya, alangkah cermatnya, alangkah pandainya,’ padahal di dalam hatinya tidak ada iman walaupun seberat biji sawi.” Laa haula walaa quwwata Illaa billah.

    Pemimpin-pemimpin bejat suka membangun pencitraan dan menipu rakyat, padahal -sebenarnya- mereka adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. . .

    . . . Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.

Pemimpin Bejat: Menyesatkan Umat Manusia dan Menghancurkan Islam

Keberadaan para pemimpin bejat zalim lagi jahil seperti yang diberitakan di atas sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ

“Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no. 1773 dan 2316)

Menurut penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr (pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan khawatir terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.

Bahkan fitnah yang ditimbulkannya lebih menakutkan daripada fitnah Dajjal. Abu Dzar radhiyallahu 'anhu pernah pertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ

“Wahai Rasulullah, apa yang lebih engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau menjawab, “Para pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”.” (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk hafalannya.)

AL-AIMMAH AL-MUDHILLIN (para pemimpin penyesat umat) masuk di dalamnya para umara (pemimpin pemerintahan), ulama, dan ahli ibadah. Para umara tersebut adalah mereka yang menerapkan hukum dengan selain hukum Islam, bertindak dzalim, dictator dan kejam, dan tidak menunaikan hak-hak rakyat.

Para ulama yang menjadi pemimpin menyesatkan karena mereka menyembunyikan ilmu dan merubah-rubahnya. Suka mengakali dalil untuk kepentingan syahwatnya atau kepentingan para pemimpinnya.

Sedangkan para ahli ibadah yang menjadi pemimpin menyesatkan, karena mereka suka membuat tata cara ibadah baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka ditiru dan diidolakan. Apalagi kalau mereka sampai memotifasi umat untuk melaksanakannya. Akibatnya, dia sesat dan menyesatkan manusia. Keberadaan mereka itulah yang menyebabkan Islam akan roboh. Dari Ziyad bin Hudair berkata. Umar radhiyallahu 'anhu berkata kepadaku, “Apakah engkau tahu apa yang akan menghancurkan Islam?” Aku (Ziyad) menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Yang akan menghancurkannya adalah menyimpangnya ulama, gugatan orang munafik terhadap Al-Kitab, dan hukum para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. al-Daarimi. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Takhrij al-Misykah (1/89), “sanadnya shahih.”)

Penutup

Jika kita mau jujur menimbang pemerintahan yang ada sekarang, rasa-rasanya keburukan dan kejahatannya sudah tersiratkan oleh hadits-hadits di atas. Dan jika pemimpin dan penguasa seperti itu sifatnya, maka semua urusan akan jungkir balik. Akibatnya, pembohong dipercaya, orang jujur didustakan, penghianat diberi amanat, orang terpercaya dihianati dan didustakan, orang bodoh berbicara, orang alim dipenjara dan dilarang bicara. Kondisi ini persis seperti yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu diangkat dan tersebarnya kebodohan.” (Muttafaq ‘Alaih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)

Semoga Allah memberikan kepada kita para pemimpin yang takut kepada Allah dan memiliki sifat amanah, mengasihi rakyat dan tidak suka hidup mewah, menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan, cinta syariat dan anti khianat. Amiin, yaa Rabbal ‘alamin.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah memberikan kekuasaan untuk memegang urusan masyarakat kecuali kepada orang paling baik dan paling mengerti, demikian pula yang dilakukan para khalifah sesudahnya.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Hudzaifah rahimahullaah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada penduduk Najran,
لَأَبْعَثَنَّ إِلَيْكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ فَاسْتَشْرَفَ لَهَا أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ
Sungguh aku akan mengirim kepada kalian orang kepercayaan yang betul-betul dapat dipercaya.” Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa mulia (berkeinginan) dengan hal itu. Lalu beliau mengutus Abu Ubaidah.” (HR. Bukhari  dan Muslim)
Ini berbeda dengan kondisi di akhir zaman, banyak sekali orang yang bejat lagi hina, tidak berilmu dan tidak bertakwa menduduki posisi penting di tengah-tengah umat dan menentukan kebijakan untuk umum. Dan ini merupakan sebagian dari tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan orang yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab, ‘Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).” (HR. Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir dalam ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad menyatakan isnadnya hasan dan matannya shahih. Syaikh Al-Albani juga menshahihkannya dalam al-Shahihah no. 1887)
Dan dalam hadits Jibril yang panjang, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan tentang dekatnya kiamat yang ditandai dengan banyaknya pemimpin yang hina,
وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا وَإِذَا كَانَتْ الْعُرَاةُ الْحُفَاةُ رُءُوسَ النَّاسِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا
Tetapi akau akan sampaikan kepadamu tentang tanda-tandanya, yaitu apabila budak wanita melahirkan tuannya, maka itu bagian dari tanda-tandanya. Dan apabila orang-orang yang tidak berpakaian dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin manusia, maka itu bagian dari tanda-tandanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ أَسْعَدَ النَّاسِ بِالدُّنْيَا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
Hari kiamat tidak terjadi hingga manusia yang paling bahagia dia dunia ialah Luka’ bin Luka’.” (al-Tirmidzi dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, no. 2365 dan Shahih al-Jami’, no. 7431)
Dalam Shahih Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik, “Dunia tidak akan habis hingga ada pada Luka’ bin Luka’.
Dan dalam riwayat Thabrani, dari hadits Abu Dzar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْلِبَ عَلَى الدُّنيا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
Hari kiamat tidak akan terjadi hingga yang berkuasa di dunia ialah Luka’ bin Luka’.
Luka’ menurut bangsa Arab artinya budak. Ada juga yang mengartikan kotoran. Kemudian kata ini digunakan untuk menunjukkan kebodohan dan kehinaan orang jahil dan tercela. Kadang-kadang kata Luka’ juga digunakan untuk anak kecil. Dan jika digunakan untuk orang dewasa, maka yang dimaksud adalah orang yang kecil ilmu dan akalnya. (Lihat: Nihayah fi Gharib al-Hadits, Ibnu Atsir: 4/268)
Menurut Syaikh Yusuf al-Wabil dalam Asyratus Sa’ah, kondisi seperti yang disebutkan di atas sudah terjadi di zaman sekarang. Dan dalam realita sekarang kita saksikan banyak pemimpin-pemimpin yang gemar membangun pencitraan sehingga banyak rakyat yang tertipu dengannya dan memujinya, “Alangkah hebatnya!, alangkah baiknya!, alangkah amanahnya!, alangkah bagus akhlaknya!,” dan pujian-pujian lainnya. Padahal pemimpin-pemimpin tersebut adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. Bahkan, ia sebenarnya orang yang sangat tidak amanah dan suka berdusta. Tidak memikirkan rakyat kecil dan tidak menunaikan hak-hak mereka. Malah sebaliknya, ia gemar menumpuk kekayaan dan membangun istananya. Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Maka tepatlah hadits yang dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim dalam shahih keduanya, dari Hudzaifah mengenai hadits diangkatnya amanat,
لَا يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الْأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ إِنَّ فِي بَنِي فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ مَا أَجْلَدَهُ مَا أَظْرَفَهُ مَا أَعْقَلَهُ وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ  
Hampir-hmapir tak ada seorangpun yang melaksanakan amanat sehingga dikatakan, ‘sesungguhnya di tengah-tengah Bani fulan ada seorang laki-laki yang sangat amanat’ sehingga dikatakan kepada seseorang, ‘alangkah sabarnya, alangkah cermatnya, alangkah pandainya,’ padahal di dalam hatinya tidak ada iman walaupun seberat biji sawi.” Laa haula walaa quwwata Illaa billah.
Pemimpin-pemimpin bejat suka membangun pencitraan dan menipu rakyat, padahal -sebenarnya- mereka adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. . .
. . . Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Pemimpin Bejat: Menyesatkan Umat Manusia dan Menghancurkan Islam
Keberadaan para pemimpin bejat zalim lagi jahil seperti yang diberitakan di atas sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no. 1773 dan 2316)
Menurut penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr (pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan khawatir terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.
Bahkan fitnah yang ditimbulkannya lebih menakutkan daripada fitnah Dajjal. Abu Dzar radhiyallahu 'anhu pernah pertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
Wahai Rasulullah, apa yang lebih engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau menjawab, “Para pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”.” (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk hafalannya.)
AL-AIMMAH AL-MUDHILLIN (para pemimpin penyesat umat) masuk di dalamnya para umara (pemimpin pemerintahan), ulama, dan ahli ibadah. Para umara tersebut adalah mereka yang menerapkan hukum dengan selain hukum Islam, bertindak dzalim, dictator dan kejam, dan tidak menunaikan hak-hak rakyat.
Para ulama yang menjadi pemimpin menyesatkan karena mereka menyembunyikan ilmu dan merubah-rubahnya. Suka mengakali dalil untuk kepentingan syahwatnya atau kepentingan para pemimpinnya.
Sedangkan para ahli ibadah yang menjadi pemimpin menyesatkan, karena mereka suka membuat tata cara ibadah baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka ditiru dan diidolakan. Apalagi kalau mereka sampai memotifasi umat untuk melaksanakannya. Akibatnya, dia sesat dan menyesatkan manusia. Keberadaan mereka itulah yang menyebabkan Islam akan roboh. Dari Ziyad bin Hudair berkata. Umar radhiyallahu 'anhu berkata kepadaku, “Apakah engkau tahu apa yang akan menghancurkan Islam?” Aku (Ziyad) menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Yang akan menghancurkannya adalah menyimpangnya ulama, gugatan orang munafik terhadap Al-Kitab, dan hukum para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. al-Daarimi. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Takhrij al-Misykah (1/89), “sanadnya shahih.”)
Penutup
Jika kita mau jujur menimbang pemerintahan yang ada sekarang, rasa-rasanya keburukan dan kejahatannya sudah tersiratkan oleh hadits-hadits di atas. Dan jika pemimpin dan penguasa seperti itu sifatnya, maka semua urusan akan jungkir balik. Akibatnya, pembohong dipercaya, orang jujur didustakan, penghianat diberi amanat, orang terpercaya dihianati dan didustakan, orang bodoh berbicara, orang alim dipenjara dan dilarang bicara. Kondisi ini persis seperti yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu diangkat dan tersebarnya kebodohan.” (Muttafaq ‘Alaih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)
Semoga Allah memberikan kepada kita para pemimpin yang takut kepada Allah dan memiliki sifat amanah, mengasihi rakyat dan tidak suka hidup mewah, menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan, cinta syariat dan anti khianat. Amiin, yaa Rabbal ‘alamin.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/01/31/13032/sinyalemen-nabi-banyak-pemimpin-bejat-dan-hina-di-akhir-zaman/;#sthash.prKtHRWY.dpuf
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah memberikan kekuasaan untuk memegang urusan masyarakat kecuali kepada orang paling baik dan paling mengerti, demikian pula yang dilakukan para khalifah sesudahnya.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Hudzaifah rahimahullaah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada penduduk Najran,
لَأَبْعَثَنَّ إِلَيْكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ فَاسْتَشْرَفَ لَهَا أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ
Sungguh aku akan mengirim kepada kalian orang kepercayaan yang betul-betul dapat dipercaya.” Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa mulia (berkeinginan) dengan hal itu. Lalu beliau mengutus Abu Ubaidah.” (HR. Bukhari  dan Muslim)
Ini berbeda dengan kondisi di akhir zaman, banyak sekali orang yang bejat lagi hina, tidak berilmu dan tidak bertakwa menduduki posisi penting di tengah-tengah umat dan menentukan kebijakan untuk umum. Dan ini merupakan sebagian dari tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan orang yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab, ‘Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).” (HR. Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir dalam ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad menyatakan isnadnya hasan dan matannya shahih. Syaikh Al-Albani juga menshahihkannya dalam al-Shahihah no. 1887)
Dan dalam hadits Jibril yang panjang, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan tentang dekatnya kiamat yang ditandai dengan banyaknya pemimpin yang hina,
وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا وَإِذَا كَانَتْ الْعُرَاةُ الْحُفَاةُ رُءُوسَ النَّاسِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا
Tetapi akau akan sampaikan kepadamu tentang tanda-tandanya, yaitu apabila budak wanita melahirkan tuannya, maka itu bagian dari tanda-tandanya. Dan apabila orang-orang yang tidak berpakaian dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin manusia, maka itu bagian dari tanda-tandanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ أَسْعَدَ النَّاسِ بِالدُّنْيَا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
Hari kiamat tidak terjadi hingga manusia yang paling bahagia dia dunia ialah Luka’ bin Luka’.” (al-Tirmidzi dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, no. 2365 dan Shahih al-Jami’, no. 7431)
Dalam Shahih Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik, “Dunia tidak akan habis hingga ada pada Luka’ bin Luka’.
Dan dalam riwayat Thabrani, dari hadits Abu Dzar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْلِبَ عَلَى الدُّنيا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
Hari kiamat tidak akan terjadi hingga yang berkuasa di dunia ialah Luka’ bin Luka’.
Luka’ menurut bangsa Arab artinya budak. Ada juga yang mengartikan kotoran. Kemudian kata ini digunakan untuk menunjukkan kebodohan dan kehinaan orang jahil dan tercela. Kadang-kadang kata Luka’ juga digunakan untuk anak kecil. Dan jika digunakan untuk orang dewasa, maka yang dimaksud adalah orang yang kecil ilmu dan akalnya. (Lihat: Nihayah fi Gharib al-Hadits, Ibnu Atsir: 4/268)
Menurut Syaikh Yusuf al-Wabil dalam Asyratus Sa’ah, kondisi seperti yang disebutkan di atas sudah terjadi di zaman sekarang. Dan dalam realita sekarang kita saksikan banyak pemimpin-pemimpin yang gemar membangun pencitraan sehingga banyak rakyat yang tertipu dengannya dan memujinya, “Alangkah hebatnya!, alangkah baiknya!, alangkah amanahnya!, alangkah bagus akhlaknya!,” dan pujian-pujian lainnya. Padahal pemimpin-pemimpin tersebut adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. Bahkan, ia sebenarnya orang yang sangat tidak amanah dan suka berdusta. Tidak memikirkan rakyat kecil dan tidak menunaikan hak-hak mereka. Malah sebaliknya, ia gemar menumpuk kekayaan dan membangun istananya. Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Maka tepatlah hadits yang dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim dalam shahih keduanya, dari Hudzaifah mengenai hadits diangkatnya amanat,
لَا يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الْأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ إِنَّ فِي بَنِي فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ مَا أَجْلَدَهُ مَا أَظْرَفَهُ مَا أَعْقَلَهُ وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ  
Hampir-hmapir tak ada seorangpun yang melaksanakan amanat sehingga dikatakan, ‘sesungguhnya di tengah-tengah Bani fulan ada seorang laki-laki yang sangat amanat’ sehingga dikatakan kepada seseorang, ‘alangkah sabarnya, alangkah cermatnya, alangkah pandainya,’ padahal di dalam hatinya tidak ada iman walaupun seberat biji sawi.” Laa haula walaa quwwata Illaa billah.
Pemimpin-pemimpin bejat suka membangun pencitraan dan menipu rakyat, padahal -sebenarnya- mereka adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. . .
. . . Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Pemimpin Bejat: Menyesatkan Umat Manusia dan Menghancurkan Islam
Keberadaan para pemimpin bejat zalim lagi jahil seperti yang diberitakan di atas sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no. 1773 dan 2316)
Menurut penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr (pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan khawatir terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.
Bahkan fitnah yang ditimbulkannya lebih menakutkan daripada fitnah Dajjal. Abu Dzar radhiyallahu 'anhu pernah pertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
Wahai Rasulullah, apa yang lebih engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau menjawab, “Para pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”.” (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk hafalannya.)
AL-AIMMAH AL-MUDHILLIN (para pemimpin penyesat umat) masuk di dalamnya para umara (pemimpin pemerintahan), ulama, dan ahli ibadah. Para umara tersebut adalah mereka yang menerapkan hukum dengan selain hukum Islam, bertindak dzalim, dictator dan kejam, dan tidak menunaikan hak-hak rakyat.
Para ulama yang menjadi pemimpin menyesatkan karena mereka menyembunyikan ilmu dan merubah-rubahnya. Suka mengakali dalil untuk kepentingan syahwatnya atau kepentingan para pemimpinnya.
Sedangkan para ahli ibadah yang menjadi pemimpin menyesatkan, karena mereka suka membuat tata cara ibadah baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka ditiru dan diidolakan. Apalagi kalau mereka sampai memotifasi umat untuk melaksanakannya. Akibatnya, dia sesat dan menyesatkan manusia. Keberadaan mereka itulah yang menyebabkan Islam akan roboh. Dari Ziyad bin Hudair berkata. Umar radhiyallahu 'anhu berkata kepadaku, “Apakah engkau tahu apa yang akan menghancurkan Islam?” Aku (Ziyad) menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Yang akan menghancurkannya adalah menyimpangnya ulama, gugatan orang munafik terhadap Al-Kitab, dan hukum para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. al-Daarimi. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Takhrij al-Misykah (1/89), “sanadnya shahih.”)
Penutup
Jika kita mau jujur menimbang pemerintahan yang ada sekarang, rasa-rasanya keburukan dan kejahatannya sudah tersiratkan oleh hadits-hadits di atas. Dan jika pemimpin dan penguasa seperti itu sifatnya, maka semua urusan akan jungkir balik. Akibatnya, pembohong dipercaya, orang jujur didustakan, penghianat diberi amanat, orang terpercaya dihianati dan didustakan, orang bodoh berbicara, orang alim dipenjara dan dilarang bicara. Kondisi ini persis seperti yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu diangkat dan tersebarnya kebodohan.” (Muttafaq ‘Alaih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)
Semoga Allah memberikan kepada kita para pemimpin yang takut kepada Allah dan memiliki sifat amanah, mengasihi rakyat dan tidak suka hidup mewah, menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan, cinta syariat dan anti khianat. Amiin, yaa Rabbal ‘alamin.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/01/31/13032/sinyalemen-nabi-banyak-pemimpin-bejat-dan-hina-di-akhir-zaman/;#sthash.prKtHRWY.dpuf
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah memberikan kekuasaan untuk memegang urusan masyarakat kecuali kepada orang paling baik dan paling mengerti, demikian pula yang dilakukan para khalifah sesudahnya.
Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahihnya, dari Hudzaifah rahimahullaah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada penduduk Najran,
لَأَبْعَثَنَّ إِلَيْكُمْ رَجُلًا أَمِينًا حَقَّ أَمِينٍ فَاسْتَشْرَفَ لَهَا أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ
Sungguh aku akan mengirim kepada kalian orang kepercayaan yang betul-betul dapat dipercaya.” Para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam merasa mulia (berkeinginan) dengan hal itu. Lalu beliau mengutus Abu Ubaidah.” (HR. Bukhari  dan Muslim)
Ini berbeda dengan kondisi di akhir zaman, banyak sekali orang yang bejat lagi hina, tidak berilmu dan tidak bertakwa menduduki posisi penting di tengah-tengah umat dan menentukan kebijakan untuk umum. Dan ini merupakan sebagian dari tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipu daya. Para pendusta dipercaya sedangkan orang jujur dianggap berdusta. Penghianat diberi amanah sedangkan orang yang amanat dituduh khianat. Dan pada saat itu, para Ruwaibidhah mulai angkat bicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa itu Ruwaibidhah?’ Beliau menjawab, ‘Orang dungu yang berbicara tentang urusan orang banyak (umat).” (HR. Ahmad, Syaikh Ahmad Syakir dalam ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad menyatakan isnadnya hasan dan matannya shahih. Syaikh Al-Albani juga menshahihkannya dalam al-Shahihah no. 1887)
Dan dalam hadits Jibril yang panjang, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan tentang dekatnya kiamat yang ditandai dengan banyaknya pemimpin yang hina,
وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا وَإِذَا كَانَتْ الْعُرَاةُ الْحُفَاةُ رُءُوسَ النَّاسِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا
Tetapi akau akan sampaikan kepadamu tentang tanda-tandanya, yaitu apabila budak wanita melahirkan tuannya, maka itu bagian dari tanda-tandanya. Dan apabila orang-orang yang tidak berpakaian dan tidak beralas kaki menjadi pemimpin manusia, maka itu bagian dari tanda-tandanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ أَسْعَدَ النَّاسِ بِالدُّنْيَا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
Hari kiamat tidak terjadi hingga manusia yang paling bahagia dia dunia ialah Luka’ bin Luka’.” (al-Tirmidzi dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, no. 2365 dan Shahih al-Jami’, no. 7431)
Dalam Shahih Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik, “Dunia tidak akan habis hingga ada pada Luka’ bin Luka’.
Dan dalam riwayat Thabrani, dari hadits Abu Dzar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَغْلِبَ عَلَى الدُّنيا لُكَعُ بْنُ لُكَعٍ
Hari kiamat tidak akan terjadi hingga yang berkuasa di dunia ialah Luka’ bin Luka’.
Luka’ menurut bangsa Arab artinya budak. Ada juga yang mengartikan kotoran. Kemudian kata ini digunakan untuk menunjukkan kebodohan dan kehinaan orang jahil dan tercela. Kadang-kadang kata Luka’ juga digunakan untuk anak kecil. Dan jika digunakan untuk orang dewasa, maka yang dimaksud adalah orang yang kecil ilmu dan akalnya. (Lihat: Nihayah fi Gharib al-Hadits, Ibnu Atsir: 4/268)
Menurut Syaikh Yusuf al-Wabil dalam Asyratus Sa’ah, kondisi seperti yang disebutkan di atas sudah terjadi di zaman sekarang. Dan dalam realita sekarang kita saksikan banyak pemimpin-pemimpin yang gemar membangun pencitraan sehingga banyak rakyat yang tertipu dengannya dan memujinya, “Alangkah hebatnya!, alangkah baiknya!, alangkah amanahnya!, alangkah bagus akhlaknya!,” dan pujian-pujian lainnya. Padahal pemimpin-pemimpin tersebut adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. Bahkan, ia sebenarnya orang yang sangat tidak amanah dan suka berdusta. Tidak memikirkan rakyat kecil dan tidak menunaikan hak-hak mereka. Malah sebaliknya, ia gemar menumpuk kekayaan dan membangun istananya. Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Maka tepatlah hadits yang dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim dalam shahih keduanya, dari Hudzaifah mengenai hadits diangkatnya amanat,
لَا يَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي الْأَمَانَةَ حَتَّى يُقَالَ إِنَّ فِي بَنِي فُلَانٍ رَجُلًا أَمِينًا حَتَّى يُقَالَ لِلرَّجُلِ مَا أَجْلَدَهُ مَا أَظْرَفَهُ مَا أَعْقَلَهُ وَمَا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ  
Hampir-hmapir tak ada seorangpun yang melaksanakan amanat sehingga dikatakan, ‘sesungguhnya di tengah-tengah Bani fulan ada seorang laki-laki yang sangat amanat’ sehingga dikatakan kepada seseorang, ‘alangkah sabarnya, alangkah cermatnya, alangkah pandainya,’ padahal di dalam hatinya tidak ada iman walaupun seberat biji sawi.” Laa haula walaa quwwata Illaa billah.
Pemimpin-pemimpin bejat suka membangun pencitraan dan menipu rakyat, padahal -sebenarnya- mereka adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Tuhannya, minim pemahaman agama dan penerapannya. . .
. . . Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Pemimpin Bejat: Menyesatkan Umat Manusia dan Menghancurkan Islam
Keberadaan para pemimpin bejat zalim lagi jahil seperti yang diberitakan di atas sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no. 1773 dan 2316)
Menurut penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr (pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan khawatir terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.
Bahkan fitnah yang ditimbulkannya lebih menakutkan daripada fitnah Dajjal. Abu Dzar radhiyallahu 'anhu pernah pertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ
Wahai Rasulullah, apa yang lebih engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau menjawab, “Para pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”.” (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk hafalannya.)
AL-AIMMAH AL-MUDHILLIN (para pemimpin penyesat umat) masuk di dalamnya para umara (pemimpin pemerintahan), ulama, dan ahli ibadah. Para umara tersebut adalah mereka yang menerapkan hukum dengan selain hukum Islam, bertindak dzalim, dictator dan kejam, dan tidak menunaikan hak-hak rakyat.
Para ulama yang menjadi pemimpin menyesatkan karena mereka menyembunyikan ilmu dan merubah-rubahnya. Suka mengakali dalil untuk kepentingan syahwatnya atau kepentingan para pemimpinnya.
Sedangkan para ahli ibadah yang menjadi pemimpin menyesatkan, karena mereka suka membuat tata cara ibadah baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka ditiru dan diidolakan. Apalagi kalau mereka sampai memotifasi umat untuk melaksanakannya. Akibatnya, dia sesat dan menyesatkan manusia. Keberadaan mereka itulah yang menyebabkan Islam akan roboh. Dari Ziyad bin Hudair berkata. Umar radhiyallahu 'anhu berkata kepadaku, “Apakah engkau tahu apa yang akan menghancurkan Islam?” Aku (Ziyad) menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Yang akan menghancurkannya adalah menyimpangnya ulama, gugatan orang munafik terhadap Al-Kitab, dan hukum para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. al-Daarimi. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Takhrij al-Misykah (1/89), “sanadnya shahih.”)
Penutup
Jika kita mau jujur menimbang pemerintahan yang ada sekarang, rasa-rasanya keburukan dan kejahatannya sudah tersiratkan oleh hadits-hadits di atas. Dan jika pemimpin dan penguasa seperti itu sifatnya, maka semua urusan akan jungkir balik. Akibatnya, pembohong dipercaya, orang jujur didustakan, penghianat diberi amanat, orang terpercaya dihianati dan didustakan, orang bodoh berbicara, orang alim dipenjara dan dilarang bicara. Kondisi ini persis seperti yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, “Sesungguhnya di antara tanda-tanda kiamat ialah ilmu diangkat dan tersebarnya kebodohan.” (Muttafaq ‘Alaih dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)
Semoga Allah memberikan kepada kita para pemimpin yang takut kepada Allah dan memiliki sifat amanah, mengasihi rakyat dan tidak suka hidup mewah, menegakkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan, cinta syariat dan anti khianat. Amiin, yaa Rabbal ‘alamin.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/01/31/13032/sinyalemen-nabi-banyak-pemimpin-bejat-dan-hina-di-akhir-zaman/;#sthash.prKtHRWY.dpuf

Wednesday, January 11, 2017

Jawaban atas Pertanyaan Misionaris (5)

Hasil gambar untuk Yesus disalib

Pertanyaan Kelima

“Apakah Nabimu Muhammad sekarang secara fisik meninggal atau hidup?”

“Meninggal”

“Apakah Yesus (Isa) sekarang meninggal atau masih hidup?”

“Masih hidup”

“Mana yang lebih hebat, yang sudah meninggal atau yang masih hidup hingga sekarang?”

Jawaban atas Pertanyaan Kelima

Pertanyaan ini justru akan meruntuhkan doktrin terbesar Kristen.

Dalam Al Quran memang dinyatakan bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam tidak disalib. Yang disalib adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa.

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا

Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (QS. An Nisa’: 157)

Jika orang Kristen mengatakan Yesus masih hidup, berarti yang disalib bukan Yesus. Sama seperti firman Allah dalam Al Quran tersebut. Namun jika Yesus tidak mati disalib, tidak ada konsep penebusan dosa sebagaimana yang dijadikan pijakan gereja saat ini.

Jadi Anda meyakini yang mana? Yesus masih hidup karena tidak disalib atau Yesus mati disalib? Anda pasti akan bingung sendiri.

Adapun pertanyaan siapa yang lebih hebat, orang yang meninggal atau orang yang masih hidup, bukanlah pertanyaan yang tepat. Anda masih hidup, Nabi Musa telah meninggal. Siapa yang lebih hebat?

Khusus untuk Nabi Isa yang diangkat Allah dan nanti akan diturunkan menjelang hari kiamat, itu bukanlah kehebatan Nabi Isa atas Nabi Muhammad namun semata-mata atas kehendak Allah dalam rangka menegaskan kesalahan orang-orang yang menganggapnya sebagai Tuhan.

لَيْسَ بَيْنِى وَبَيْنَهُ نَبِىٌّ – يَعْنِى عِيسَى – وَإِنَّهُ نَازِلٌ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَاعْرِفُوهُ رَجُلٌ مَرْبُوعٌ إِلَى الْحُمْرَةِ وَالْبَيَاضِ بَيْنَ مُمَصَّرَتَيْنِ كَأَنَّ رَأْسَهُ يَقْطُرُ وَإِنْ لَمْ يُصِبْهُ بَلَلٌ فَيُقَاتِلُ النَّاسَ عَلَى الإِسْلاَمِ فَيَدُقُّ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ

“Tidak ada nabi (yang hidup) antara masaku dan Isa. Sungguh, kelak ia akan turun, jika kalian melihatnya maka kenalilah. Ia adalah seorang laki-laki yang sedang (tidak tinggi dan tidak terlalu pendek), berkulit merah keputih-putihan, beliau memakai di antara dua kain berwarna sedikit kuning. Seakan rambut kepala beliau menetes meski tidak basah. Beliau akan memerangi manusia hingga mereka masuk ke dalam Islam, beliau akan menghancurkan salib, membunuh babi dan menghapus jizyah” (HR. Abu Daud; shahih)

Monday, January 9, 2017

Jawaban atas Pertanyaan Misionaris (4)

Hasil gambar untuk misionaris

Berikut ini pertanyaan keempat dan jawabannya:

Pertanyaan Keempat

“Apakah Nabi Muhammad memiliki mukjizat?”

“Ya”

“Apakah Nabi Muhammad bisa menghidupkan orang mati?”

“Tidak” (Karena dalam Al Quran dan hadits tidak disebutkan mukjizat itu)

“Apakah Isa bisa menghidupkan orang mati?”

“Ya” (salah satu mukjizat Nabi Isa, dengan izin Allah, bisa menghidupkan orang mati)

“Mana yang lebih hebat, yang tidak bisa menghidupkan orang mati atau yang bisa menghidupkan orang mati?”

Jawaban atas Pertanyaan Keempat


Salah satu mukjizat Nabi Isa ‘alaihis salam adalah menghidupkan orang mati. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآَيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

"Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (dia Isa berkata), "Aku datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritakan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman." (QS. Ali Imran: 49)

Namun ingat, yang menghidupkan orang mati itu adalah Allah. Nabi Isa mengakuinya sendiri.
Demikian pula dalam Injil, Yesus mengakui bahwa yang menghidupkan orang mati adalah Allah. Bukan dirinya.

Sahabatku Lazarus mati, maka kembalikanlah ruh kepadanya Tuhan “. Allah memperkenankan doanya dan berfirman, “Mintalah, sesungguhnya engkau akan memperoleh apa yang engkau minta”. Ketika Yesus menyeru Lazarus agar keluar kepadanya, ia berkata, “Bapa, Aku mengucap syukur kepadamu, karena engkau telah mendengarkan aku. Aku tahu, bahwa engkau selalu mendengarkan aku” (Yohanes 11: 41-42)

Lalu besar mana mukjizat Nabi Isa dengan mukjizat Nabi Muhammad? Jika dikatakan bahwa menghidupkan orang mati adalah mukjizat terbesar Nabi Isa, ternyata dalam Injil disebutkan ada lima orang yang bisa menghidupkan orang mati. Selain Nabi Isa (Yesus), mereka adalah Nabi Ilyas (Elia), Nabi Ilyasa (Elisa), Yehezkiel (seorang nabi di kalangan Nabi Israel menurut Injil), dan Petrus.

Apakah dengan begitu, mereka semua juga dianggap sebagai Tuhan karena menurut Injil bisa menghidupkan orang mati? Sungguh lucu.

Nah, berbeda dengan Nabi-Nabi sebelumnya yang mukjizatnya kadang serupa dengan Nabi yang lain, Rasulullah Muhammad memiliki banyak mukjizat dan yang terbesar adalah Al Qur’an. Jika mukjizat yang lain sudah tidak bisa dilihat lagi bekasnya, Al Quran tetap ada hingga hari kiamat.

Dan Al Quran sendiri menantang siapapun di dunia ini untuk menandinginya, dan hingga saat ini tidak ada yang bisa menerima tantangan ini.

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ . فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ

“Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’ân yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’ân itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allâh, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, (neraka itu) telah disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 23-24)

Anda berani menerima tantangan ini, Pak Misionaris?

Sunday, January 8, 2017

Jawaban atas Pertanyaan Misionaris (3)

Hasil gambar untuk misionaris

Pertanyaan Ketiga

“Apakah Nabi Muhammad punya ayah dan punya ibu?”

“Ya”

“Apakah Isa (Yesus) dilahirkan dengan ibu dan ayah?”

“Isa memiliki ibu tetapi tidak memiliki ayah”

“Mana yang lebih hebat, orang yang dilahirkan dengan cara biasa dengan adanya ibu dan ayah atau yang terlahir tanpa ayah?”

Jawaban atas Pertanyaan Ketiga

Nabi Isa memang tidak memiliki ayah. Namun, bukan berarti lebih hebat daripada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Apalagi jika kemudian dijadikan tuhan, sama sekali keliru.

Sekarang saya tanya, mana yang lebih hebat, Isa yang lahir tanpa ayah atau Adam yang tanpa ayah dan tanpa ibu? Jika Isa lahir tanpa ayah kemudian dijadikan tuhan, seharusnya Adam lebih berhak untuk dijadikan tuhan karena tidak memiliki ayah dan tidak memiliki ibu.

Al Quran menjelaskan penciptaan Isa dan Adam sebagai berikut:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آَدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

“Sesungguhnya misal (penciptaan Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seoang manusia), maka jadilah ia” (QS. Ali Imran: 59)

Karena lahir tanpa ayah, orang Kristen juga menyebut Yesus anak Tuhan. Dalam Yohanes 6:67-69, Yesus disebut anak tuhan oleh Petrus. Karena disebut anak tuhan, lantas dituhankan. Padahal ada banyak orang yang disebut “anak Tuhan” dalam Injil. Adam adalah anak Tuhan, Efraim adalah anak Tuhan, Ezra adalah anak Tuhan. Semua orang yang dituntun Tuhan adalah anak-anak Tuhan. Jadi anak Tuhan adalah kata yang digunakan dalam Injil yang artinya seseorang yang mengikuti ajaran Tuhan.

Jika orang Kristen masih ngotot menjadikan Yesus sebagai Tuhan, carilah di Injil pernyataan Yesus yang mengatakan “Akulah Tuhan” atau “Sembahlah aku.” Niscaya tidak akan pernah ketemu.

Jawaban atas Pertanyaan Misionaris (2)

Hasil gambar untuk misionaris

Pertanyaan Kedua

“Berapa banyak nama Nabimu (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) disebutkan dalam Al Quran?”

Muslim yang tahu akan menjawab, “Lima kali. Empat kali dengan nama Muhammad dan satu kali dengan nama Ahmad”

“Berapa banyak nama Yesus Kristus (Isa ‘alaihi salam) disebutkan dalam Al Quran?”

Muslim yang tidak tahu, akan diberitahu oleh misionaris yang mempelajari Al Quran itu. Bahwa Isa disebutkan 25 kali.

“Mana yang lebih besar, Muhammad yang disebutkan lima kali atau Yesus yang disebutkan 25 kali dalam Al Quran?” demikian pertanyaan misionaris berikutnya.

Jawaban atas Pertanyaan Kedua

Nabi Isa ‘alaihis salam memang disebutkan dalam Al Quran lebih banyak daripada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun, penyebutan yang lebih banyak itu tidak menunjukkan siapa yang lebih besar atau lebih agung.

Nabi Musa, bahkan disebutkan lebih banyak lagi. Nama Nabi Musa disebutkan sebanyak 124 kali dalam Al Quran. Di Surat Al Baqarah 13 kali, di Surat Ali Imran 1 kali, di Surat An Nisa’ 2 kali, di Surat Al Maidah 3 kali, di Surat Al An’am 2 kali, di Surat Al A’raf 18 kali, di Surat Yusuf 7 kali, di Surat Hud 3 kali, di Surat Ibrahim 3 kali, di Surat Al Isra’ 2 kali, di Surat Al Kahfi 2 kali, di Surat Maryam 1 kali, di Surat Thaha 16 kali, di Surat AL Anbiya’ 1 kali, di Surat Al Hajj 1 kali, di Surat Al MU’minun 2 kali, di Surat Asy Syu’ara’ 8 kali, di Surat An Naml 3 kali, di Surat Al Qashash 17 kali, di Surat AL Ankabut 1 kali, di Surat As Sajdah 1 kali, di Surat Al Ahzab 1 kali, di Surat Ash Shafat 2 kali, di Surat Ghafir 5 kali, di Surat Fushilat 1 kali, di Surat Az Zukhruf 1 kali, di Surat AL Ahqaf 2 kali, di Surat Adz Dzariyat 1 kali, di Surat An Najm 1 kali, di Surat Ash Shaf 1 kali, dan di Surat An Naziat 1 kali.

Nah, jika karena disebutkan lebih banyak dalam Al Quran kemudian otomatis lebih agung, apakah orang-orang Nasrani mau mengakui bahwa Nabi Musa lebih agung daripada Nabi Isa?

Bahkan, jika karena disebutkan lebih banyak dalam Al Quran kemudian dianggap menjadi Tuhan, apakah orang-orang Nasrani mau mengakui bahwa Musa adalah Tuhan?

Satu hal lagi, Al Quran hampir selalu menyebut Nabi Isa lengkap dengan bin Maryam. Hanya 4 kali nama Nabi Isa disebut sendirian tanpa bin Maryam yaitu pada Surat Ali Imran ayat 52, Ali Imran ayat 55, Ali Imran ayat 59, dan Az Zukhruf ayat 63. Selebihnya selalu disebut Isa bin Maryam. Untuk menegaskan bahwa Isa adalah anak Maryam, bukan anak Tuhan sebagaimana klaim kaum Nasrani.

Jawaban atas Pertanyaan Misionaris (1)

Hasil gambar untuk misionaris
Dr Zakir Naik membeberkan lima pertanyaan utama yang biasa dipakai para misionaris. Berikut ini pertanyaan tersebut dan jawabannya:

Pertanyaan Pertama

“Apakah dijelaskan dalam Al Quran bahwa Injil adalah firman Tuhan?”

Biasanya muslim yang ditanya demikian akan langsung menjawab, “Ya, disebutkan”

“Kalau begitu mengapa engkau tidak mengikuti Injil?”

Jawaban atas Pertanyaan Pertama

Al Quran memang mengatakan Injil adalah kitab Allah sebagaimana Taurat juga kitab Allah. Al Quran membenarkan keduanya, sebagaimana tercantum dalam Surat Ali Imran ayat 3.

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ

“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil” (QS. Ali Imran: 3)

Jadi Injil dibenarkan Al Quran sebagai kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Bukan berarti harus diikuti, sebagaimana Taurat juga dibenarkan sebagai kitab yang telah diturunkan sebelumnya tetapi tidak untuk diikuti.

Bahkan seharusnya, orang yang percaya pada Taurat dan Injil, mereka mengikuti Al Quran sebagaimana orang yang berpegang pada sesuatu akan mengikuti update terbaru dari sesuatu itu.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آَمِنُوا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَى أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا

“Hai orang-orang yang telah diberi Alkitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Quran) yang membenarkan kitab yang ada pada kamu...” (QS. An Nisa’: 47)

Selain itu, Injil yang dibenarkan Al Quran adalah Injil yang otentik. Injil pada zaman Nabi Isa sebelum diubah oleh para pemalsu. Adapun Injil yang ada sekarang, telah beberapa kali mengalami perubahan, misalnya pada Persidangan Nicea pada tahun 325 M. Pada tahun 1881 dirilis Injil King James Version (KJV) yang merevisi beberapa hal yang dianggap bertentangan. Pada tahun 1952 dirilis Revised Standard Version (RSV) atas dasar ditemukannya beberapa cacat pada KJV.

Misionaris dan 5 Pertanyaannya untuk Memurtadkan Umat Islam

Hasil gambar untuk misionaris
Dr Zakir Naik mengungkapkan bahwa jumlah misionaris saat ini mencapai satu juta orang. Di antara mereka, ada yang tugasnya berkeliling untuk mendangkalkan aqidah umat Islam.

Salah satu caranya, memulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini.

Pertanyaan Pertama

“Apakah dijelaskan dalam Al Quran bahwa Injil adalah firan Tuhan?”

Biasanya muslim yang ditanya demikian akan langsung menjawab, “Ya, disebutkan”

“Kalau begitu mengapa engkau tidak mengikuti Injil?”

Pertanyaan Kedua

“Berapa banyak nama Nabimu (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) disebutkan dalam Al Quran?”

Muslim yang tahu akan menjawab, “Lima kali. Empat kali dengan nama Muhammad dan satu kali dengan nama Ahmad”

“Berapa banyak nama Yesus Kristus (Isa ‘alaihi salam) disebutkan dalam Al Quran?”

Muslim yang tidak tahu, akan diberitahu oleh misionaris yang mempelajari Al Quran itu. Bahwa Isa disebutkan 25 kali.

“Mana yang lebih besar, Muhammad yang disebutkan lima kali atau Yesus yang disebutkan 25 kali dalam Al Quran?” demikian pertanyaan misionaris berikutnya.

Pertanyaan Ketiga

“Apakah Nabi Muhammad punya ayah dan punya ibu?”

“Ya”

“Apakah Isa (Yesus) dilahirkan dengan ibu dan ayah?”

“Isa memiliki ibu tetapi tidak memiliki ayah”

“Mana yang lebih hebat, orang yang dilahirkan dengan cara biasa dengan adanya ibu dan ayah atau yang terlahir tanpa ayah?”

Pertanyaan Keempat

“Apakah Nabi Muhammad memiliki mukjizat?”

“Ya”

“Apakah Nabi Muhammad bisa menghidupkan orang mati?”

“Tidak” (Karena dalam Al Quran dan hadits tidak disebutkan mukjizat itu)

“Apakah Isa bisa menghidupkan orang mati?”

“Ya” (salah satu mukjizat Nabi Isa, dengan izin Allah, bisa menghidupkan orang mati)

“Mana yang lebih hebat, yang tidak bisa menghidupkan orang mati atau yang bisa menghidupkan orang mati?”

Pertanyaan kelima

“Apakah Nabimu Muhammad sekarang secara fisik meninggal atau hidup?”

“Meninggal”

“Apakah Yesus (Isa) sekarang meninggal atau masih hidup?”

“Masih hidup”

“Mana yang lebih hebat, yang sudah meninggal atau yang masih hidup hingga sekarang?”

Pertanyaan-pertanyaan itu membuat banyak muslim yang tidak memahami Al Quran menjadi bingung. Namun, sebenarnya semuanya hanya pertanyaan licik misionaris. Jawabannya sudah ada dalam Al Quran.

http://www.tarbiyah.net/2016/03/5-pertanyaan-ini-sering-diajukan.html

Pengin Waras Apa Gila?

Hasil gambar untuk orang gila

Orang Gila Masuk Surga Atau Masuk Neraka ?


Banyak Yang bingung nih nanya , Orang Gila bakal masuk apa yah nanti di akherat ?

Masuk Surga Atau Masuk Neraka ?
Saya juga sempet bingung sebelum mencari dalil dan bertanya , ternyata islam itu memudahkan dalam segala hal . Semua sudah ada jawaban nya .
Simak Yuk.
Orang Gila adalah orang yang sudah hilang akal nya , Dan orang gila di bagi menjadi empat kelompok.
1. Gila Selama Hidupnya
2. Waras Sebelum Gila
3. Gila Sebelum Waras
4. Kadang Gila Kadang Waras
Dalil Tentang Orang Gila :
dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu a’laihi wasallam :
(رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَالْمَجْنُوْنِ حَتَّى يُفِيْقَ، وَالصَّغِيْرِ حَتَّى يَبْلُغَ. (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ دَاوُوْدَ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَه
“Diangkat pena dari tiga orang:. Orang tidur hingga dia bangun, Orang gila hingga dia sadar, Anak-anak sampai ia baligh.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa-i, dan Ibnu Majah).
Adapun hukum orang gila di Akhirat hukumnya seperti anak kecil yaitu di serahkan sepenuhnya kepada Allah subhamahu wata’la


Pengertian :

1.Gila Selama Hidup Adalah Orang gila yang benar-benar gila selama hidupnya dari dia lahir hingga dia mati, ini termasuk golongan yang tidak di pertanggung jawabkan semua amal perbuatan nya di dunia dan di kategorikan menjadi katergori anak-anak sehingga semua perbuatan nya di tanggung oleh ALLAH SWT  dan Akan dimasukan ke dalam syurga Allah SWT .

Contohnya : Lemih Sudah gila dari dia lahir hingga dia tutup usia selama hidupnya dia mengalami kehilangan akal dan menjadi
gila.

Kesimpulan : Lemih tidak akan di hitung semua amal perbuatan nya selama didunia dan dikategorikan sebagai anak-anak di mata ALLAH SWT , sehingga orang tersebut akan di tempatkan di syurga nya ALLAH SWT.





2.Waras Sebelum Gila Adalah Orang gila yang sebelumnya waras dan menggunakan akal fikiran nya selama hidup didunia dan jika sudah berusia akil balik (Dewasa) Maka amal perbuatan yang di hitung dan akan di pertanggung jawabkan nanti di akhirat sebelum orang tersebut mengalami kegilaan, setelah orang tersebut menjadi gila maka amal perbuatan orang tersebut tidak di hitung lagi.

Contohnya : Riski Umur 30 tahun , setelah di umur 31 tahun dia depresi dan menjadi gila sampai akhir hayatnya di usia 60 tahun.

kesimpulan : Riski Dihitung amal perbuatan nya dari dia akhil balik (Dewasa) sampai umur 30 tahun saja, setelah umur 31 sampai dia meninggal di umur 60 tahun amal perbuatan nya sudah tidak di catat lagi oleh malaikat karna sudah kehilangan akal .


3.Gila Sebelum Waras Adalah Orang Yang dulu nya pernah gila yang kehilangan akal sehat dan fikiran nya selama beberapa lama sampai dia waras pada waktu tertentu dan mengalami kesadaran apa yang dia perbuat dan di lakukan selama hidupnya sampai akhir hayat.

Contohnya : Yono Dari Lahir Dia mengalami kegilaan Tetapi Setelah Diobati dan menjalani terapi ,Dia Akhirnya waras di usia 20 tahun dan dapat menjalankan hidup normal sampai akhir hayat nya di usia 50 tahun.

Kesimpulan : Yono Tidak dihitung semua amal perbuatan nya dari dia akhil Balik (Dewasa) Sampai usia si yono 20 tahun ,  dan barulah setelah di usia 21 tahun sampai dia meninggal di usia 50 tahun semua amal dan perbuatan nya di catat dan di pertanggung jawabkan di akherat kelak.




4.Kadang Gila Kadang Waras Adalah orang yang kadang-kadang mengalami kegilaan dan kehilangan akal fikiran nya , kadang-kadang juga kembali waras  kadang gila lagi , kadang waras lagi  selama hidupnya amal dan perbuatan nya di hitung sejak dia waras saja, jadi pas dia lagi gila amal perbuatan nya di putus sementara dan disaat dia waras lagi amal perbuatan nya di hitung lagi.

Contohnya : Beges orang yang sehat dan berakal sehat, tetapi di saat dia sedang galau dia sering mengalami kegilaan dan kehilangan akal sehingga siapa saja yang di dekatnya akan di pukuli , tetapi kadang setelah galaunya reda , dia tahu apa yang dia perbuat dan tidak menjadi galak setelah dia tidak galau , tapi kalau galau lagi dia gila lagi dan seterusnya.

Kesimpulan : Beges hanya di itung amal dan perbuatan nya ketika dia mengalami kesadaran saja, sewaktu dia gila amal perbuatan nya di putus sementara , tetapi jika dia sehat lagi amal perbuatan nya di hitung kembali dan seterusnya .



Setelah membaca artikel ini jujur kalian dari awal ingin menjadi 

ORANG GILA ATAU ORANG WARAS ???


Tuesday, January 3, 2017

Pembagian Al-Qur’an Menjadi Juz dan Hizb

Hasil gambar untuk juz alquran
Mungkin bukan cuman saya yang bertanya atas dasar apa pembagian mushaf menjadi (beberapa) juz dan (beberapa) hizb? Kenapa seperempat hizb (ada yang) sedikit, sementara hizb lainnya ada yang banyak?

Pembagian mushaf menjadi juz, hizb dan pembagian rubu (seperempat) adalah pembagian yang bersifat istilah dan ijtihad. Oleh karena itu orang-orang berbeda dalam pembagiannya. Semua sesuai dengan apa yang tepat dan pilihannya. Sesuai dengan apa yang dilihatnya lebih bermanfaat dan lebih dekat. Kecuali pembagian hizb yang terkenal dari para shahabat radhiallahu anhum yang diriwayatkan oleh Aus bin Huzaifah berkata:
سَأَلْتُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ يُحَزِّبُونَ الْقُرْآنَ ؟ قَالُوا : ثَلَاثٌ ، وَخَمْسٌ ، وَسَبْعٌ ، وَتِسْعٌ ، وَإِحْدَى عَشْرَةَ ، وَثَلَاثَ عَشْرَةَ ، وَحِزْبُ الْمُفَصَّلِ وَحْدَهُ (رواه أبو داود، رقم 1393)
“Aku bertanya kepada para shahabat Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, bagaimana mereka membagi-bagi Al-Qur’an?" Mereka menjawab, “Dibagi menjadi tiga, lima, tujuh, sembilan, sebelas, tiga belas dan hizb mufashol tersendiri.” (HR. Abu Daud, no. 1393)
Maksudnya tiga surat adalah setelah Al-Fatihah, Surat Al-Baqarah, Ali Imran dan An-Nisa.
Lima surat adalah Al-Maidah, Al-An’am, Al-A’raf, Al-Anfal dan At-Taubah.
Tujuh surat adalah Yunus, Hud, Yusuf, Ar-Ra’du, Ibrohim, Al-Hijr dan An-Nahl
Sembilan surat adalah surat Al-Isra, AL-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya, AL-Hajj, Al-Mukminun. An-Nur, dan Al-Furqan.
Sebelas surat adalah As-Syu’ara. An-Naml, Al-Qashash, AL-Ankabut, Ar-Rum, Luqman, As-Sajdah, Al-Ahzab, Saba, Fatir dan Yasin.
Tiga belas surat adalah As-Shafaat, Shad, Az-Zumar, tujuh surat (yang dimulai dengan) Haamim, Muhammad, Al-Fath, dan Al-hujurat.
Kemudian sisa surat dari surat Qaf sampai An-Nas (termasuk hizb mufasol).
Az-Zarqani berkata di kitab ‘Manahilul Irfan Fi Ulumil Qur’an, 1/283 dengan judul ‘Pembagian Al-Qur’an': “Dahulu mushaf Ustmaniyah tidak ada pembagian seperti yang kita sebutkan. Sebagaimana juga tidak terdapat titik dan harokah. Setelah sekian lama, mereka mulai menghiasi Al-Qu’an dan membagi menjadi beberapa bagian yang berbeda sesuai dengan  tema. Di antara mereka ada yang membagi menjadi tiga puluh bagian dan memberi nama pada setiap bagian dengan nama juz. Sehingga  kalau ada orang yang mengatakan, saya telah membaca satu juz, maka yang segera terlintas di pikiran adalah bahwa dia telah membaca satu juz dari tigapuluh bagian yang telah dibagi dalam mushaf. Di antara mereka ada yang membagi menjadi dua bagian. Di antara mereka ada yang membagi satu Hizb menjadi empat juz. Pada setiap hizb dinamakan rubu. Diantara mereka ada yang menaruh kata ‘Khums’ pada setiap lima ayat di setiap surat. Dan kata ‘usyur pada akhir di setiap sepuluh ayat. Ketika telah selesai lima belas ayat lain. Mereka memulai dengan kata ‘Khums’ ketika telah sampai sepuluh maka diulangi dengan (menaruh kata) ‘usyur’. Dan begitulah sampai akhir surat. 


Sebagian menulis pada tempat seperlimaan dengan menulis huruf ‘Kho’ sebagai pengganti kata ‘Khumus’ dan menulis pada tempat sepuluh (ayat) dengan huruf ‘’Ain’ pengganti kata ‘usyur’.
Sebagian lagi memberi tanda pada awal ayat dengan nomor ayat pada setiap surat, atau tanpa nomor. Sebagian menulis pada pembuka setiap surat seperti judul dengan menulis nama surat, berapa ayatnya dan Makkiyah atau Madaniyah, dan seterusnya.
Tentang hal ini, para ulama telah membicarakan panjang lebar antara yang membolehkan dengan memakruhkan dan membolehkan tanpa memakruhkan. Akan tetapi sebenarnya  masalahnya mudah selagi tujuannya adalah untuk mempermudah dan selagi masalahnya jauh dari kerancauan, tidak masalah ada penambahan dan memasukkan (sesuatu) dan hanya kepada Allah maksud yang akan dicapainya."
Kedua, sementara pembagian hizb yang ada sekarang di dalam mushaf, maka disana tidak ada kepastian siapa yang pertama kali menaruhnya dan memilihnya. Akan tetapi sebagian ahli ilmu menukilkan bahwa orang yang menaruhnya adalah Hajaj bin Yusuf At-Tsaqofi wafwa tahun (110 H). Standar pembagiannya berdasasrkan bilangan huruf.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu Fatawa, (13/409) mengatakan, “Telah diketahui bahwa pembagian Al-Qur’an dengan huruf dibagi menjadi duapuluh delapan, tiga puluh, dan enam puluh yang terdapat pada permulaan setiap juz dan hizb disela-sela surat dan disela-sela kisah dan semisal itu. Hal itu terjadi pada masa Hajaj dan setelahnya. Diriwayatkan bahwa Hajjaj yang memerintahkan hal itu. Di Iraq hal itu telah dikenal, sementara penduduk Madinah tidak mengenalnya. Meskipun pembagian mushaf berdasarkan huruf termasuk sesuatu yang baru pada masa Hajjaj di Iraq, akan tetapi diketahui bahwa para shahabat sebelum itu, pada masa Nabi sallallahu alaihi wa sallam dan setelahnya, telah membaginya juga. Terkadang mereka memperkirakan dengan ayat dan mengatakan limapuluh ayat, enampuluh ayat. Terkadang dengan surat.Akan tetapi pembagian sepertujuh dengan ayat (maksudnya pembagian Al-QUr’an menjadi tujuh bagian dengan ayat) tidak ada seorang pun yang mengatakannya. Maka ditentukan pembagiannya dengan surat."
Ibnu Timiyah rahimahullah mengatakan juga dalam Majmu Al-Fatawa, 13/410-416: “Apa yang dilakukan oleh para shahabat ini lebih bagus karena beberapa sebab, salah satunya; Bahwa hizb yang baru (dibuat) mengandung wukuf (berhenti) pada sebagian kalimat yang bersambung setelahnya. Bahkan (terkadang) mengandung wukuf (berhenti) di ma’tuf (yang disifati) tanpa yang mensifati. Sehingga pembaca memulai di hari kedua dengan yang disifati. Seperti firman Ta’ala
 وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاء إِلاَّ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ  (سورة النساء: 24)
"24. dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki." (QS. An-Nisa: 24)
dan Firman-Nya,
 وَمَن يَقْنُتْ مِنكُنَّ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ   (سورة الأحزاب: 31)
"Dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya ." (QS. Al-Ahzab: 31)
dan yang semisal itu.
Kedua: Sesungguhnya Nabi saallallahu’alaihi wa sallam dan para shahabat biasanya membaca dalam shalat satu surat seperti surat Qaaf dan semisal itu. Sementara bacaan diakhir dan pertengahan surat, tidak terbiasa bagi mereka. Sehingga mereka mengambil sikap kehati-hatian dengan memakruhkan hal itu. Dalam masalah ini terdapat perbedaan dalam mazhab Ahmad dan lainnya. Di antara pendapat yang moderat adalah pendapat yang mengatakan ‘Dimakruhkan bagi yang membiasakan hal itu, dan tidak dimakruhkan kalau sesekali melakukannya. Agar tidak keluar dari sunnah dan kebiasaan para salaf dari kalangan para shahabat dan tabiin.
Jika hal itu telah diketahui, maka pembagian menjadi hizb dan juz lebih besar menyalahi sunnah daripada membaca akhir dan pertengahan surat dalam shalat. Kesimpulannya, tidak diragukan lagi bahwa pembagian menjadi hizb dan juz yang sesuai pada umumnya dalam bacaan itu yang lebih bagus. Maksudnya bahwa pembagian menjadi hizb berdasarkan satu surat lengkap lebih utama dari pada pembagian hizb menjadi beberapa bagian.
Ketiga:
Pembagian dengan cara yang baru, tidak mungkian dengan menyamakan jumlah huruf dalam setiap juz. Hal itu karena huruf dalam pengucapan berbeda dengan huruf dalam tulisan. Baik bertambah maupun berkurang. Masing-masing bertambah dengan lain dari satu sisi dengan sisi yang lain. Dan hurufnya berbeda pada sisi lainnya. Kalau pembagian hizb dengan huruf itu sekedar perkiraan bukan penentuan, begitu juga pembagian juz dengan surat dengan perkiraan. Karena sebagian pembagian sepertujuh terkadang lebih banyak hurufnya dari yang lainnya. Oleh karena itu, termasuk maslahat yang besar membaca kalimat yang bersambung satu dengan lainnya dan mengawali dengan apa yang Allah awali dalam surat dan mengakhiri dengan apa yang diakhirinya. Dan menyempurnakan maksud pada setiap surat yang tidak ada pada dalam pembagian hizb.
Para ulama yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Ifta ditanya, “Apakah dibolehkan membagi hizb dalam Al-Qur’an –maksudnya dalam membacanya- karena hal itu ada perubahan dalam firman-Nya Ta’ala. Diantaranya ada tambahan dan pengurangan. Hal ini yang telah kami saksikan di sebagian wilayah Maroko Barat, apakah hal itu dibolehkan?
Mereka menjawabnya, “Kami belum mengetahui sedikitpun yang menunjukkan pembagian hizb yang telah ditetapkan dalam catatan kaki di mushaf yang ada di tangan orang-orang sekarang. Yang ada adalah pembagian para shahabat radhiallahu anhum tentang hal itu, sebagaimana  diriwayatkan oleh Aus bin Huzaifah berkata,
سألت أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم : كيف يحزبون القرآن ؟ فقالوا : ثلاث ، وخمس ، وسبع ، وتسع ، وإحدى عشرة ، وثلات عشرة ، وحزب المفصل وحده
“Aku bertanya kepada para shahabat Rasulullah sallallahu alaihi wa salla, bagaimana mereka membagi hizb dalam Al-Qur’an? Mereka menjawab, “Membagi menjadi tiga, lima, tujuh, Sembilan, sebelas, tiga belas, dan hizb al-Mufassol tersendiri.”
(Fatawa AL-Lajnah Ad-Daimah, 4/30)
Kesimpulannya bahwa pembagian hizb mushaf yang ada sekarang bersandar pada bilangan huruf, dan hal itu berbeda dengan pembagian hizb yang dilakukan oleh para shahabat radhiallahu anhum yang mengikuti surat. Masalah ini sifatnya mudah (bukan prinsip).
Wallahua'lam .

https://islamqa.info/id/109885

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...