Sunday, June 25, 2017

Fakta Seputar Idul Fitri

Fakta Lebaran Atau Hari Raya Yang Unik di Indonesia

Tak terasa bulan Ramadhan tahun ini akan segera berakhir. Setelahnya kita akan menyambut Idul Fitri. Namun taukah anda bahwa Idul Fitri di Indonesia memiliki fakta-fakta yang menarik  untuk diketahui. Berikut adalah 10 Fakta Unik Tentang Lebaran Di Indonesia.

Idul Fitri 1 Syawal

Idul Fitri yang jatuh pada tanggal 1 Syawal, namun di Indonesia pelaksanaannya selalu berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain, ada yang duluan ada yang belakangan. Hal ini berlaku juga untuk 1 Ramadhan.

Baju Baru
Hasil gambar untuk baju baru


Lebaran di Indonesia indentik dengan Beli baju baru paling tidak sendal baru, sehingga di hari lebaran ini seluruh orang tampak dengan hal-hal yang baru.

THR

lensaterkini.web.id - Setiap Karyawan selalu menantikan lebaran, yang mana disaat-saat itulah para karyawan akan menerima THR yang lumayan dari bos juga dari dinas pemerintahan.

Banyaknya SMS /WA Masuk di HP
Hasil gambar untuk whatsapp

Menjelang Lebaran inbox handphone penuh dengan sms yang isinya "saya bla bla bla dan keluarga mengucapkan selamat idul fitri mohon maaf salah kirim"

Takbiran

lensaterkini.web.id - Malam Lebaran adalah saat dimana orang-orang berkeliling kota, atau paling tidak kampung  (takbiran).


Pulang Kampung

Lebaran di Indonesia identik dengan pulang kampung atau mudik.

Saling Bermaafan

lensaterkini.web.id - Bermaaf--maafan menjadi tradisi di Indonesia saat berlebaran, walaupun tidak ada dalil khusus yang menunjukan bahwa Rasulullah SAW melakukan saling bermaafan menjelang Lebaran, tetapi tidak ada salahnya bila setiap orang melakukannya.

Ketupat

Ketupat jadi trademark Lebaran di Indonesia.

Iklan Pejabat

lensaterkini.web.id - Iklan pejabat atau calon pejabat yang mengucapkan selamat Idul Fitri berjamur.

Berakhirnya Kejayaan Jualan Sirup

Berakhirnya Ramadhan juga berarti berakhrirnya saat-saat kejayaan iklan sirup untuk tahun ini. Nah, itulah 10 Fakta Unik Tentang Lebaran Di Indonesia, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1435 H Mohon Maaf Lahir Batin.

Wednesday, June 21, 2017

Macam Sujud

Hasil gambar untuk sujud

Sujud adalah bagian yang tak terpisahkan dari ibadah wajib shalat. Dengan bersujud kita menyerahkan secara total kepasrahan kita hanya kepada Allah SWT. Dalam Islam, sujud dibagi menjadi 3 macam. Kontek dan pelaksanannya berbeda-beda bergantung keadaan. Berikut adalah penjelasannya.A) SUJUD SAHWI
Sahwi artinya lupa. Sesuai dengan namanya, sujud ini dilakukan apabila kita lupa atau keliru didalam menghitung jumlah rekaat shalat (wajib atau sunah) yang telah kita lakukan. Berikut adalah sejumlah sebab yang mengharuskan kita melakukan sujud Sahwi.
1) Kelebihan Rakaat
Misalnya, shalat Maghrib. Shalat Maghrib adalah 3 rakaat. Namun ternyata kita mengakhiri salam di rakaat ke 4. Sadar kira salah dan baru menyadarinya, atau juga bisa makmum yang baru saja memberitahu kita, maka lakukanlah sujud Sahwi. Sujud ini dilakukan sebanyak 2 kali. Perlu untuk diketahui, shalat Maghrib kita yang berrakaat 4 tetaplah sha, tidak perlu mengulanginya lagi.
2) Kekurangan Rekaat.
Sama seperti poin 1, hanya kali ini shalat Maghrib hanya kita lakukan sebanyak 2 rakaat dari yang seharusnya 3 rakaat. Hanya kekurangan 1 rakaat harus kita bayar, dengan segera berdiri dan shalat 1 rakaat lagi. Kemudian lakukan sujud Sahwi 2 kali sujud.
3) Lupa Tasyahud
Misalnya pada shalat Zuhur. Sewaktu dapat 2 rakaat, langsung berdiri dan lupa melakukan tasyahud. tasyahud adalah duduk untuk membaca tahiyat, ini dilakukan setelah sujud dan sebelum berdiri untuk melakukan rakaat ketiga. Maka lakukanlah sujud Sahwi yang dilakukan sebelum salam. Bagaimana kalau ktia baru menyadarinya sesudah salam? Tetap tdak mengapa untuk melakukan sujud Sahwi setelah salam.
4) Ragu Dalam Jumlah Rakaat
Misalnya dalam shalat Zuhur. Kita ragu apakah sudah dapat 2 atau 3 rakaat? Dalam kebimbangan seperti itu, mantapkan hati untuk mengambil hitungan terkecil, yaitu 2 rakaat, dan lanjutkan 2 rakaat sisanya.
B) Sujud Tilawah
Sujud Tilawah kita lakukan apabila mendengar ayat-ayat Sajdah. Apakah ayat-ayat sajdah itu? Adalah ayat-ayat yang mengandung kata 'sujud ' didalamnya. Sujud Tilawah bisa kita lakukan didalam shalat (ketika sedang shalat) ataukah diluar shalat (sedang beraktivitas biasa selain shalat).
Cara sujud Tilawah sama seperti sujdu dalam shalat wajib. Setelah bertakbir sambil bersujud kemudian membaca doa
"Sajada wajhii lilladzii khalaqahu wasyaqqa sam'ahu wabasharahu bihaulihi waquuwatihi".
Adapun yang termasuk ayat-ayat sajdah bisa dilihat disini.
C) Sujud Syukur
Sujud Syukur dilakukan apabila kita mendapatlan kebahagiaan, baik itu lahir maupun batin. Sujud Syukur hukumnya Sunah, artinya berpahala apabila dilakukan, tidak berdosa apabila ditinggalkan. Untuk mengetahui bermacam hukum dalam Islam, silakan klik disini.
Semoga kita senantiasa ingat untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita. Amin

Saturday, June 17, 2017

Menguap dan Bersin serta Adabnya

Gambar terkait
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‎
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ العُطَاسَ، وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ، فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ، فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ، وَأَمَّا ‏التَّثَاؤُبُ: فَإِنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ
‎”Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Jika ada di antara kalian yang bersin lalu ‎mengucap hamdalah, maka setiap Muslim yang mendengarnya wajib menjawabnya. Sedangkan menguap ‎sesungguhnya berasal dari setan, maka tahanlah semampunya. Dan bila ia mengatakan ‘haaahh’, maka setan ‎akan tertawa.” (HR. Bukhari No. 6223).  ‎
Mengapa Allah menyukai bersin dan membenci menguap? Al-Khatthabi mengatakan, sifat suka dan ‎benci terpulang kepada sebabnya. Bersin disebabkan oleh kondisi tubuh yang enteng, terbukanya ‎pori-pori, dan perut yang tidak kenyang. Sebaliknya, menguap terjadi karena kondisi tubuh yang ‎berat akibat konsumsi makanan yang berlebihan dan beraneka ragam. Kondisi yang pertama ‎menjadikan pelakunya bersemangat dalam ibadah, sedangkan kondisi yang kedua sebaliknya.‎
Adapun menurut kedokteran modern, menguap terjadi karena otak dan tubuh memerlukan oksigen ‎dan nutrisi. Hal ini dipicu menurunnya kinerja sistem pernapasan dalam menyuplai oksigen ke otak ‎dan tubuh. Sama halnya dengan orang yang mengantuk, pingsan, dan sekarat.‎
Menguap adalah tarikan napas yang dalam melalui rongga mulut. Sedangkan mulut sendiri tidak ‎diciptakan sebagai alat pernapasan alami. Hal ini karena mulut tidak dilengkapi dengan sistem ‎penyaring udara sebagaimana pada hidung. Jika mulut terbuka lebar saat menguap, masuklah ‎berbagai mikroba, debu, dan polutan bersama udara yang terhirup. Jadi, pantaslah bila menguap ‎dinisbatkkan kepada setan, karena ia membawa madharat bagi manusia.‎
Sebab itulah, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menahannya sebisa mungkin. ‎Atau menutup mulut dengan tangan saat menguap. (HR. Tirmidzi dengan derajat hasan sahih)‎
Sedangkan bersin adalah kebalikan dari menguap. Serangannya yang bersifat kuat dan mendadak, ‎menghembuskan udara bertekanan tinggi dari paru-paru melalui hidung dan mulut. Hembusan tadi ‎ikut menyeret mikroba, debu, dan polutan yang sempat masuk ke sistem pernapasan. Manfaat lain ‎dari bersin ialah sebagai refreshing. Kejutan yang dirasakan saat bersin akan menyegarkan urat-urat ‎syaraf dan memulihkan konsentrasi. Sebab itulah, pantas sekali jika bersin dinisbatkan kepada Allah, ‎karena ia mengandung manfaat bagi badan.‎
Berangkat dari sini, kita diperintahkan untuk bersyukur dengan mengucap hamdalah setelah bersin. ‎Dan bagi yang mendengar ucapan tersebut hendaklah menjawabnya dengan kata yarhamukallaah ‎‎(semoga Allah merahmatimu). Lalu yang bersin membalasnya dengan ucapan yahdiikumullaah wa ‎yushlihu baalakum (semoga Allah memberimu hidayah dan memperbaiki keadaanmu). Demikian ‎menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam sahihnya.‎
Hikmah di Balik Doa Bagi yang Bersin
Dalam kitabnya yang terkenal, Miftaah Daaris Sa’aadah, Ibnul Qayyim mengatakan, orang-orang ‎jahiliyah, biasanya jika mendengar bersin dari orang yang mereka sukai, mereka mengatakan, umran ‎wa syabaaban! (semoga panjang umur dan awet muda). Namun bila yang bersin adalah orang yang ‎mereka benci, mereka mengatakan waryan wa quhaaban! (semoga batuk dan sakit hati). Bila mereka ‎mendengar bersin yang dianggap membawa sial, mereka mengatakan bika, laa bii. Inni as-alullaaha an ‎yaj’ala syu’ma ‘uthaasika bika, laa bii (semoga mengenaimu dan tidak mengenaiku. Aku berharap ‎kepada Allah agar kesialan bersinmu mengenaimu dan tidak mengenaiku).‎
Menurut Ibnul Qayyim, orang jahiliyah menganggap bahwa makin keras bersin yang terdengar, ‎makin besar pula kesialan yang dibawanya. Dikisahkan, seorang raja sedang asyik mengobrol dengan ‎teman bicaranya. Tiba-tiba teman bicara raja bersin dengan keras sekali sehingga membuat raja ‎ketakutan. Raja pun murka kepadanya.‎
Namun temannya berkata, “Demi Allah, ini bukanlah kesengajaan, namun memang seperti itulah ‎bersinku.”‎
‎”Demi Allah, jika engkau tidak bisa mendatangkan saksi bagimu, maka kau akan kubunuh!” kata ‎Sang Raja.‎
‎”Baiklah, izinkan aku keluar menemui orang-orang. Semoga ada di antara mereka yang bersaksi ‎untukku.”‎
Maka Raja menyuruhnya keluar dengan pengawalan sejumlah pasukan. Ia berjumpa dengan ‎seseorang dan langsung bertanya, “Wahai tuanku, kuminta engkau dengan nama Allah. Bila engkau ‎pernah mendengarku bersin, bersaksilah di hadapan Raja.”‎
‎”Baiklah, aku akan bersaksi untukmu,” jawab orang itu. Ia pun berangkat bersamanya dan berkata di ‎hadapan Raja, “Wahai Raja, aku bersaksi bahwa pada suatu hari orang ini pernah bersin hingga gigi ‎gerahamnya lepas satu!”‎
Sang Raja berkata kepada teman bicaranya, “Baiklah kalau begitu. Kembalilah ke majelismu dan ‎lanjutkan pembicaraanmu.”‎
Ibnul Qayyim lantas mengatakan, “Nah, ketika Islam datang, Allah membatalkan semua tradisi ‎jahiliyah yang sesat tadi melalui sunah Nabi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas melarang ‎umatnya untuk beranggapan sial dan mengaitkan kemujuran atau kesialan dengan bersin. Beliau ‎mengajarkan agar doa jelek bagi orang yang bersin diganti dengan doa agar mendapat rahmat. Beliau ‎juga mengajarkan agar yang bersin mendoakan orang yang mendengar bersinnya supaya mendapat ‎hidayah dan keadaan yang baik. Yaitu dengan mengatakan yahdiikumullaahu wa yush-lihu baalakum.‎
Hikmahnya, yang mendengar bersin meninggalkan tradisi jahiliyah dan mengamalkan sunah Nabi ‎dengan mengatakan yarhamukallaah. Ia pantas didoakan agar tetap istiqomah dan mendapat hidayah ‎serta diperbaiki keadaannya. Ini merupakan doa agar Allah memperbaiki seluruh keadaannya. Baik di ‎dunia maupun di akhirat. Jadi, doa yang terakhir ini merupakan rasa syukur terhadap saudaranya se-‎Islam yang telah mendoakan rahmat baginya.‎
Jadi, sangat tepat bila yang bersin kembali mendoakan saudaranya agar Allah memperbaiki ‎keadaannya,” lanjut Ibnul Qayyim.‎
Bagaimana Jika Lupa Membaca “Hamdalah”
Menurut Ibnul Qayyim, tidak perlu diingatkan, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga tidak ‎mengingatkan orang yang bersin di samping beliau, lalu tidak membaca hamdalah. Sedangkan ‎menurut Imam Nawawi, perlu diingatkan. Sebab termasuk tolong-menolong dalam kebajikan.‎
Adapun Imam Ahmad bin Hambal memiliki cara unik dalam hal ini. Dikisahkan oleh Al-Marudzi, ‎ada seseorang yang bersin di samping Imam Ahmad, namun tidak mengucap hamdalah. Imam Ahmad ‎tetap menunggunya agar mengucap hamdalah supaya beliau bisa menjawabnya. Ketika orang itu ‎hendak bangkit, beliau bertanya, “Apa yang kau ucapankan bila dirimu bersin?”‎
‎”Alhamdulillah,” jawab orang itu.‎
Imam Ahmad pun menukas, “Yarhamukallaah.”‎
Bagaimana Bila Ia Bersin Berulang Kali?‎
Jika yang bersangkutan telah bersin berkali-kali, dan ia selalu mengatakan alhamdulillah, maka yang ‎mendengar wajib menjawab yarhamukallah sebanyak tiga kali. Adapun bila ia bersin lagi, maka ‎cukuplah dijawab anta mazkuum (engkau sedang flu), sebagaimana dalam hadis sahih riwayat ‎Tirmidzi. Imam Tirmidzi lantas menjelaskan, sebagian perawi hadis ini mengatakan bahwa ungkapan ‎anta mazkuum diucapkan saat mendengar bersin yang ketiga, dan sebagian lainnya menempatkannya ‎pada bersin yang keempat. Intinya, yang menjadi ukuran ialah berapa kali ia mengucap hamdalah, dan ‎bukan berapa kali ia bersin. Demikian menurut Imam Ahmad sebagaimana yang dinukil oleh ‎Syaikhul Islam.‎





Friday, June 16, 2017

Mengapa Zina Itu Disebut Hutang?

Hasil gambar untuk zina
Sesungguhnya zina adalah utang, yang sangat mungkin akan menyeret keluarga dan keturunan kita kelak. Apa maksudnya zina adalah utang? Mari kita simak hadits Rasulullah berikut:
Abu Umamah menceritakan, “Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi Shalallahu ‘alaihi wassallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!”

Para sahabatpun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, “Diam kamu, diam!”
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam berkata, “Mendekatlah”. Pemuda tadi mendekati beliau dan duduk di hadapan beliau.

Nabi Shalallahu ‘alaihi wassallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
“Tidak, demi Allah wahai Rasul” sahut pemuda itu.
“Begitu pula orang lain tidak rela kalau ibu mereka dizinai”.
“Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?”. “Tidak, demi Allah wahai Rasul!”. “Begitu pula orang lain tidak rela jika putri mereka dizinai”.
“Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?”
“Tidak, demi Allah wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai”. “Relakah engkau jika bibimu dizinai?”
“Tidak, demi Allah wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka dizinai”
“Relakah engkau jika bibi dari ibumu dizinai?”
“Tidak, demi Allah wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
Lalu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya dan jagalah kemaluannya.”
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina,”(HR. Ahmad).
Dari penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas, kita bisa mengetahui bahwa ketika seorang pria berzina dengan seorang wanita, sama saja pria tersebut tengah menzinahi seorang anak perempuan, seorang adik perempuan, seorang calon istri, bahkan juga seorang calon ibu. Sadarilah bahwa perempuan itu memiliki ayah yang tentu tidak rela anaknya dizinahi, perempuan itu memiliki keluarga yang takkan berkenan dirinya dinodai.
Bayangkan apa rasanya jika kelak engkau memiliki anak perempuan dan anakmu itu dizinahi oleh pemuda yang bermain-main saja dengannya? Bagaimana rasanya? Atau, bayangkan jika engkau menikahi seorang yang kau anggap baik, namun ternyata ia pun pezina seperti dirimu.
Maka berhentilah berzina, kalau tidak ketahuilah bahwa zina itu utang, yang bisa saja mengharuskan keluarga atau keturunanmu untuk membayarnya. Na’udzubillah min dzalik.
Dalam suatu kisah, seseorang datang dan bertanya kepada Imam Syafi’i, “Mengapa hukuman bagi para pezina sedemikian beratnya?”
Maka wajah Imam Syafi’i pun memerah, pipinya merona delima. Lalu beliau berkata, “Karena zina adalah dosa yang bala’ (besar resikonya). Akibatnya akan mengenai keluarganya, tetangganya, keturunannya hingga tikus dirumahnya dan semut di liang sekitar rumahnya.”
Orang itu kembali bertanya, “Mengapa pelaksanaan hukumannya dengan itu? Sebagaimana Allah berfirman, ” Dan janganlah rasa ibamu pada mereka menghalangimu untuk menegakkan agama.”
Maka Imam Syafi’i pun terdiam, ia menunduk lalu menangis. Setelah tangisnya berhenti, beliau berkata, “Sebab zina seringkali datang dari cinta dan cinta selalu membuat seseorang menjadi iba. Kemudian setan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintai-Nya.”
Lalu orang itu bertanya kembali, ” Dan mengapa Allah berfirman, “Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka (pezina) disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman? Bukankah hukuman bagi pembunuh, orang murtad dan pencuri, Allah tidak mensyaratkan menjadikannya tontonan?”
Seketika janggut imam Syafi’i basah, ia terguncang. Lalu beliau berkata, “Agar menjadi pelajaran.” Ucapnya sambil terisak.
“Agar menjadi pelajaran,” Beliau tersedu.
“Agar menjadi pelajaran,” Beliau kembali terisak.
Kemudian ia bangkit dari duduknya dan matanya kembali menyala, ia kembali bersemangat dan berkata, “Sebab ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya zina adalah utang. Dan sungguh utang tetaplah utang. Salah seorang dalam nasab/keturunan pelakunya pasti harus membayarnya.”
Semoga dapat menjadi pengingat bagi kita untuk menjauhi zina.


Saturday, June 3, 2017

Mahar

Hasil gambar untuk mahar yang ringan
Rasulullah bersabda "Seorang wanita yang penuh barokah dan mendapat anugerah Allah adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya dan akhlaknya baik. Namun sebaliknya, wanita yang celaka adalah yang mahal maharnya, sulit menikahinya dan buruk akhlaknya."

"Akan lebih sempurna ketaqwaan seorang mu'min", kata Rasulullah "Jika ia mempunyai seorang istri yang sholihah, jika diperintah suaminya ia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga dirinya dan harta suaminya."

Ada pernikahan yang penuh barokah dan ada yang sedikit barokahnya, dan ada yang sama sekali tidak barokah. Sebagian pernikahan kurang barokah karena niatnya yang tidak tepat. Sebagian disebabkan akhlaknya setelah menikah, tapi perubahan akhlak disebabkan juga karena niat menikah. Sebagian saat pemberian mahar. Rasulullah bersabda, "Wanita yang paling agung kebarokahannya adalah yang paling ringan maharnya."
Mahar (Mas Kawin)
Mahar merupakan suatu hak yang ditentukan oleh syariah untuk wanita sebagai ungkapan hasrat laki-laki pada calon istrinya, dan juga sebagai tanda cinta kasih serta ikatan tali kesucian. Mahar merupakan keharusan tanpa harus ditawar laki-laki. Disebut juga dengan istilah shidaq (kebenaran) yaitu menunjukan kebenaran dan kesungguhan cinta kasih laki-laki yang meminangnya.

Mahar bukanlah atas harga diri wanita, wanita tidak pernah menjual dirinya dengan mahar. Jadi makna mahar lebih dekat kepada syariat agama dalam rangka menjaga kemuliaan peristiwa suci. Mahar adalah syarat syahnya sebuah perkawinan. Juga merupakan penghormatan laki-laki kepada calon istrinya, merupakan tanggung jawab kepada Allah pembuat aturan dan kepada wanita.

Sebaik-baik Mahar
Sebuah kenangan indah dalam sejarah, yaitu mengenai pernikahan Ummu Sulaim. Tsabit berkata "Belum pernah aku mendengar mahar yang lebih mulia daripada mahar Ummu Sulaim. Ia rukun hidup bersamanya dan melahirkan anak". Apa maharnya? Dalam sunah Nasa'I bahwa Abu Thalhah melamar Ummu Sulaim lalu dijawab "Demi Allah Abu Thalhah, orang seperti anda tidak akan ditolak (melamar wanita) akan tetapi anda seorang kafir sedangkan saya seorang muslimah. Tidak halal bagiku kawin dengan anda. Namun jika anda masuk Islam maka yang demikian dapat menjadi maharku. Saya tidak minta selain itu." Kemudian Abu thalhah masuk Islam untuk memenuhi maharnya."

Ada hal yang bisa dicatat bahwa mahar dapat menjadi dakwah. Mahar dapat menjadi pengikat tali kasih sekaligus menjadi syi'ar islam. Barangkali untuk tujuan ini, banyak didapati orang memberikan mahar kepada istri berupa mushaf Al Quran dan mukena. Jika ini tujuannya, kita dapat bertanya kembali apakah mahar jenis ini masih mempunyai kekuatan untuk menegakan syi'ar Islam kalau yang demikian hanya menjadi tradisi? Apalagi tidak jarang mahar hanya sekedar basa-basi formal, sedang mahar yang sesungguhnya bukan itu. Di atas kertas, mahar yang tertulis mushaf Al Quran tapi di belakangnya ada mahar yang tidak disebutkan dan dinyatakan saat itu. Jika ini terjadi, dikhawatirkan mahar bukan menjadi syi'ar Islam. Saat ini kita rasakan, mahar yang dekat dengan nafas agama justru tidak membuat hati kita bergetar, tidak membuat darah kita berdesir terkesip karena tertegun oleh keagungannya di balik yang nampak bersahaja. Apakah mahar yang berupa mushaf Al Quran tidak bisa menjadi syi'ar Islam? Insya Allah, masih mempunyai kekuatan syi'ar Islam jika kita meniatkan betul dan menjaga niat itu ketika menyampaikan mahar.

Dulu mahar berupa perlengkapan shalat mempunyai kekuatan syi'ar yang sangat kuat tapi sekarang hanya bersifat kontekstual. Selanjutnya apa yang perlu diwaspadai? Mahar bisa menjadi syi'ar tetapi juga bisa menjadi saran penilaian sosial. Yang pertama, mengarahkan masyarakat pada suatu kesan baik terhadap agama, dan mudah-mudahan hati mereka tergerak. Yang kedua, mengarahkan penilaian masyarakat mengarahkan kita untuk menentukan mahar yang disebut layak, baik dan pantas. Atau menyebutkan mahar malah dalam rangka menunjukan ketinggian derajat atau kebesaran martabat keluarga wanita yang menikah. Sehingga orang mendapat kesan lebih dari yang sesungguhnya.
Berbeda sekali antara dua hal tersebut, baik dalam makna dan akibatnya. Satu catatan, tidak ada keharusan memberikan bentuk mahar sebagai syi'ar islam. Mahar lebih dekat pada artinya kepada pemberian sebagai bukti kebenaran kasih sayangnya dan ketaatan kepada syariat Islam. Inilah yang lebih penting. Mahar juga tidak harus berupa harta, Musa as diminta menggembala kambing sebagai maharnya.

Tidak Bisa Dinilai Secara Kuantitatif
Mahar tidak bisa diukur dari sedikit banyaknya secara kuantitatif. Pernikahan Fathimah Az Zahra. Seandainya kita sempat mengetahui, yang agak lengkap sedikit tentang bagaimana wanita yang akan pertama masuk surga ini mengatur rumah tangga dan mendidik anak, betapa besar pelajaran yang diperoleh oleh kaum muslimin. Seandainya kita sempat menghayati sedikit saja bagaimana Fathimah menjadi madrasah masjid pertama bagi anak-anaknya, Insya Allah kita mendapatkan kesempurnaan cara mendidik sebaik2nya. Sehingga kelak akan lahir anak yang penuh barokah dan diridhai Allah.
Tetapi sedikit sekali yang kita ketahui, kecuali peristiwa ketika tangan putri pemimpin besar ini melepuh karena memutar gilingan. Itupun sering tidak lengkap. Sangat tinggi keagungan Fathimah Az Zahra. Ayahnya memberi julukan Ummu-Abiha (ibu yang melahirkan ayahnya), karena besar penghormatan dan kebaktian Az Zahra pada ayahnya, yaitu Rasulullah. Setiap Rasulullah datang dari berpergian, beliau singgah ke rumah Fathimah untuk menunaikan shalat 2 rakaat di masjid, baru setelah itu ia menjenguk istrinya. Kalau Fathimah datang Rasulullah segera berdiri menyambut dan menciumnya.

Sebagai istri Az Zahra merupakan teladan yang tak habis-habisnya untuk setiap muslimah. Tidak pernah ia membuat marah suaminya, karena Allah tidak menerima ibadah seorang istri sampai suaminya ridha. Tentang Az Zahra suaminya mengatakan "Ketika aku memandangnya, hilanglah kesusahan dan kesedihanku". Fathimah memang penuh kemuliaan dan kasih sayang. Ketika suaminya pulang dari peperangan dalam keadaan luka, Fathimah merawatnya dengan penuh kasih sayang. Ia bersihkan darah suaminya Ali bin Abi Thalib dengan penuh perhatian.
Dari rahimnya lahir anak-anak yang penuh kemuliaan. Dua puteranya, Hasan dan Husein sudah kita kenal kemuliaan. Putrinya, Zaenab adalah wanita yang tegar dan penuh kehormatan berani mempertahankan diri di hadapan penguasa yang telah menghina dan memenggal leher saudaranya. Ia menyelamatkan puteranya Husein yaitu Ali Ausath yang kelak dikenal sebagai Ali Zaenal Abidin, pemuka ahli ibadah. Dan keturunan lelaki mulia ini banyak dijumpai berjuang untuk keharuman agama dan kehormatan ummat.

Bagaimanakah Fathimah melahirkan keturunan yang penuh barokah? Fathimah mendidik anak-anaknya dengan keteguhan yang mengagumkan. Sebagai gambaran, Nabi melihat Fathimah sedang menggiling dengan tangannya sambil menyusui anaknya. Maka mengalirlah air mata Rasulullah "Anakku, engkau menyegerakan kepahitan dunia untuk kemanisan akhirat."
Mendengar itu Fathimah berkata "Ya, Rasulullah segala puji bagi Allah atas nikmat-Nya dan pernyataan syukur hanyalah untuk Allah atas karunia-Nya."
Begitulah bagian dari pernikahan Fathimah Az Zahra dengan Ali bin Abi Thalib. Apa mahar yang diberikan Ali dalam pernikahan. Kita sudah sering mendengar Ali menjual baju besinya yang dibeli Utsman 400 dirham yang kemudian diberikan lagi kepada Ali sebagai hadiah. Uang inilah mahar dari pernikahannya.

Berapa Ukuran Mahar?
Seorang wanita datang pada Rasulullah "Ya, Rasulullah sesungguhnya aku merelakan diri untuk engkau nikahi."
Wanita itu berdiri lama, kemudiaan seorang laki-laki berdiri "Ya, Rasulullah, nikahkanlah ia denganku, jika engkau tidak berkenan menikahinya."
Kemudian Rasulullah bersabda, "Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memberinya mahar?"
Lelaki itu menjawab "Aku tidak memiliki sesuatu apapun selain kainku ini."
Rasulullah bersabda, "Jika engkau berikan kain mu itu, engkau tidak mempunyai kain lagi. Carilah sesuatu untuk diberikan kepadanya."
Lelaki itu berkata "Aku tidak menemukan apa pun."
Rasulullah bersabda "Carilah sesuatu meskipun hanya sebuah cincin besi."
Diriwayat lain Rasulullah bersabda "Barangsiapa yang membayar dengan satu dirham, maka ia telah sah nikahnya."
"Sesungguhnya termasuk keberuntungan perempuan-perempuan adalah mudah melamarnya, ringan mas kawinnya dan subur rahimnya."

Dari hadits-hadits di atas kita memperoleh kesederhanaan mahar. Hadits di atas mengandung ajaran mahar tidak ditentukan batas minimalnya. Imam An Nawawi mengungkapkan makruh memberi mahar melebihi kemampuan yang dimiliki suami pada saat pernikahan. Jadi berapa ukuran mahar yang layak? Tidak bisa diungkapkan secara kuantitatif cuma tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Sebaiknya kerelaan antara kedua fihak.
Rasulullah bersabda "Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta tetapi kekayaan adalah kaya akan jiwa."

Peringatan Penting
Setiap yang berlebih adalah ketidak wajaran. Setiap ketidak wajaran bisa mendatangkan keburukan dan kerusakan. Mahar yang berlebih bisa menimbulkan permusuhan, tetapi mahar terlalu sedikit menyebabkan wanita merasa tidak dihormati dan dihargai. Untuk itu capailah maslahat dalam ukuran menentukan mahar.

Mempersulit Proses Pernikahan
Aisyah ra. berkata "Pernikahan itu sangat sensitif dan tergantung kepada pribadi masing-masing untuk mendapatkan kemuliaan."
Akibat-akibat mempersulit pernikahan :
Menyebabkan perbandingan
Menimbulkan keraguan
Melemahkan kesediaan untuk berjuang bersama
Mengeraskan hati
Afwan saya copy note diatas di blog orang lain, semoga ia ridho dan mendapatkan pahala, amin.

Nb:Saudariku mari kita tanya didalam diri kita masing-masing apa yang kita cari di dunia ini apakah harta yang banyak, kecantikan, popularitas sehingga banyak laki-laki yang memuja dan memuji kita, gelar, pekerjaan ato hanya ingin mengahabiskan waktu lajang dengan sia-sia dengan menikmati apa yang ada sekarang? Sungguh saya pribadi menyakini itu semua bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya. Karena saya yakin wanita yang baik-baik tidak ingin menghabiskan waktu masa lajangnya dengan sia-sia, hidup dalam pergaulan bebas tanpa arah.
Saya tidak tau kenapa sebagian wanita zaman sekarang banyak melupan sesuatu hal didalam kehidupannya yang disibukkan oleh pekerjaan dunia apalagi dalam bidang pekerjaan sehingga membuatnya lalai untuk menikah. Bukankah umur kita semakin hari semakin berkurang?
Tidak ada yang salah jika koq jika kita sebagai perempuan ingin bekerja selagi kita tahu batas-batasannya dan inget kodrat kita sebagai perempuan, selagi kita mampu untuk melaksanakannya dan bagi yang uda menikah tentunya harus mendapatkan izin dari suaminya.

Apakah saudariku tidak cemburu ketika melihat sepasang ikhwan dan akhwat yang menikah muda sambil bergandengan tangan dengan mesra yang sama sekali tidak penah dilakunya semasa mereka lajang, ato boncengan satu motor sambil pegang pinggang dan ditengahnya ada bayi kecil yang mungil dan lucu banget yang rumah tangganya dihiasi dengan suasana yang islami, subhanallah ingin rasanya menghari masa lajanga ini dengan secepatnya, tentunnya kita harus berhati-hati dalam memilih pendamping hidup, jangan hanya memdahulukan nafsu aja. Inget, Menikah juga butuk ILMU!

Apalagi yang barokah itu ringan maharnya, dikaruniai anak yang sholeh dan sholehah serta muda menikahnya. Afwan buat semuanya jika saya hanya bisa menyarankan saja supaya kita sebagai perempuan lebih baik cepet menikahnya biar tidak memberikan peluang kepada setan untuk menjatuhkan kita dalam kemaksiatan dengan lamanya melajang.

Dalam firman Allah:
“Nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantaramu dan hamba-hamba sahayamu, laki-laki ato perempuan yang saleh dan telah pantas menikah. Jika mereka miskin, Allah akan membuat mereka kaya denga karuniaNya. Allah itu maha luas pemebrian-Nya dan maha mengetahui.” (An Nur: 32)

Subhanallah, kita harus yakin bahwa janji Allah itu pasti!

“Jika telah datang kepadamu orang yang kau sukai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak, akan muncul banyak bahaya dan kerusakan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Jadi apalagi yang menghalagi kita untuk menikah jika telah datang laki-laki yang shalih dan kitapun menyukainya, hem alangkah baiknya disegerakanlah. Jangan ditunda lagi karena kesempata jarang datang kedua kali, sebaik yang kita utamakan itu adalah agamanya dan akhlak baiknya dulu masalah yang lain insyaAllah akan tetep berjalan dengan baik dan selamat dunia dan akhirat.

So….mau tunggu apalagi, betah dalam kesendirian ato dalam dunia kemaksiatan dengan lama-lama berpacaran bahkan orang tersebut belum tentu jadi pendamping hidup kita?

Semoga kita semua bisa menjadi wanita-wanita yang di barokahi Allah.. Mari mulai detik ini kita azamkan didalam hati kita untuk bisa secepatnya menjalankan salah satu sunnah Rosul yang penuh barokah, dengan menikah membentuk keluaraga yang Sakinah mawadah waromah dan dakwah dengan selalu berusaha, doa dan ikhtiar kepada Allah. Semoga niat suci kita semua dipermudahkan Allah. Amin. Jika masi juga belum ketemu dengan jodohnya mari kita bersabar dalam penantian, yakinlah Allah SWT maha mengetahui apa yang terbaik buat hamban-Nya. Semoga kita semua tidak berputus asa dari rahmat dan karunia Allah. Amin

Semoga kita semua semakin termotivasi setealah membaca note ini, tapi bukan untuk pacaran, tapi menyegerakan pernikahan yang SAMARADA. Amin. Insya Allah.

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...