Wednesday, June 27, 2018

Agar Setiap Bulan Sserasa Ramadhan Dan Lebaran

Hasil gambar untuk bulan puasa
Sungguh indah jika 11 bulan ke depan, terasa seperti Ramadhan dan Lebaran. Sekalipun tanpa puasa sunnah setiap hari, sekalipun tanpa tahajjud berjama’ah di masjid. Tapi suasananya, suasana hati kita, Ramadhan dan Lebaran banget gitu. Bagaimana caranya..?????
Tentu saja dengan melanjutkan ketaatan pasca Ramadhan. Jangan justru sebaliknya:
وَلَا تَكُونُوا كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَـٰثًا
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali…” [QS. 16:92]
Sejatinya, setiap hari adalah lebaran, jika kita berada di atas ketaatan pada Allah dan tidak bermaksiat. Ali bin Abi Thalib berkata:
اَلْيَوْمُ عِيْدُ مَنْ قُبِلَ صِيَامَهُ وَقِيَامُهُ، َوعِيْدُ مَنْ غُفِرَ ذَنْبُهُ وَشُكِرَ سَعْيُهُ وَقُبِلَ عَمَلُهُ، اَلْيَوْمُ لَنَا عِيْدٌ َوغَدًا لَنَا عِيْدٌ، وَكُلُّ يَوْمٍ لَا يَعْصِى اللهَ فِيْهِ فَهُوَ لَنَا عِيْدٌ.
“Setiap hari adalah ‘Ied (hari raya) bagi orang-orang yang diterima puasa dan shalatnya oleh Allah juga ‘Ied bagi orang-orang yang diampuni dosa-dosanya dan diterima amal-amalnya. Hari ini adalah ‘Ied bagi kami, begitu juga besok adalah ‘Ied bagi kami. Setiap hari yang padanya tidak dilakukan maksiat kepada Allah, maka itu adalah ‘Ied bagi kami.”
Wahb bin al-Ward pernah melihat sekelompok orang yang tertawa terpingkal-pingkal di hari ‘Ied, lantas beliau mengatakan (sebagaimana dinukil oleh Ibnu Rajab dalam Lathāif al-Ma’ārif: 210):
إِنْ كَانَ هَؤُلَاءِ تُقْبَلُ مِنْهُمْ صِيَامُهُمْ فَمَا هَذَا فِعْلُ الشَّاكِرِيْنَ، وَإِنْ كَانَ لَمْ يُتَقَبَّلْ مِنْهُمْ صِيَامُهُمْ فَمَا هَذَا فِعْلُ الْخَائِفِيْنَ
“Jika mereka adalah orang yang diterima puasanya, maka tidak seperti ini kelakuan orang yang bersyukur. Jika mereka adalah orang yang belum diterima puasanya, maka bukan seperti ini kelakuan orang yang takut (tidak diterima puasanya).”
Ketaatan pasca Ramadhan, adalah tanda diterimanya amal Ramadhan kita. Sebagian salaf mengatakan:
إِنَّ مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ اَلْحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَإِنَّ مِنْ جِزَاءِ السَّيِّئَةِ اَلسَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara ganjaran suatu kebajikan adalah; kebajikan setelahnya. Demikian pula di antara balasan keburukan adalah; keburukan setelahnya.”
Mu’alla bin Fadhl mengatakan:
كَانُوْا يَدْعُوْنَ الله تَعَالَى سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ َرمَضَانَ، وَيَدْعُوْنَهُ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَ مِنْهُمْ
“Mereka (para ulama salaf) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka menemui Ramadhan, dan mereka berdoa selama 6 bulan berikutnya agar Allah menerima puasa mereka.”
Yahya bin Abi Katsir berdo’a
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنِيْ إِلَى َرمَضَانَ وَسَلِّمْ لِيْ َرمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِّيْ مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah sampaikan aku ke Bulan Ramadhan dan sampaikanlah Bulan Ramadhan kepadaku, dan terimalah ibadah Ramadhanku.”
Amalan Setelah Ramadhan

1. Puasa 6 hari Syawwal

Rasulullah bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Siapa yang telah (menyempurnakan) puasa Ramadhan lalu ia lanjutkan dengan puasa 6 hari di bulan Syawwal, maka seakan-akan dia telah puasa setahun penuh.” [Shahih Muslim: 1164]

2. Shalat fardhu berjama’ah di masjid.

Allah ta’ala berfirman
وَأَقِيمُوا ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” [QS. 2:43].
Rasulullah bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ َراحَ، أَعَدَّ اللهَ لَهُ فِي الْجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ َراحَ
“Siapa yang berangkat ke masjid (di waktu fajar) atau di waktu petang (baik untuk datang shalat atau kajian), maka Allah akan menyiapkan untuknya jamuan tamu istimewa untuknya di surga, setiap kali dia ke masjid.” [Muttafaq ‘alaih]

3. Menjaga nafilah (Ibadah Sunnah)

Jika yang sunnah saja bisa dijaga dengan baik, maka yang wajib-wajib pasti akan lebih disiplin. Juga, kecintaan Allah akan diraih. Allah akan bersama kita. Doa kebaikan kita takkan ada yang tertolak.
مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِحَرْبٍ مِنِّيْ، وَمَا تَقَرَّبَ لِيْ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ، مَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
Allah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah memproklamirkan peperangan dengannya. Dan tidaklah ada seorang hambaKu yang mendekatkan dirinya kepada-Ku, dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada amalan yang Aku wajibkan kepadanya. Seorang hamba yang senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan amalan-amalan Sunnah sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya.” [Shahih al-Bukhari]

4. Tadabbur al-Quran

Allah berfirman tentang tujuan utama diturunkannya al-Quran:
كِتَـٰبٌ أَنزَلْنَـٰهُ إِلَيْكَ مُبَـٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا ءَايَـٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُوا ٱلْأَلْبَـٰبِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” [QS. 38:29]

5. Beramal, Sekalipun Sedikit yang Penting Konsisten dan Disiplin

Inilah jenis amalan yang paling dicintai oleh Allah sebagaimana sabda Nabi  dalam hadits ‘Aisyah:
أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang konsisten meskipun sedikit.” [Shahih al-Bukhari]

Amalan Ringan Penghantar Masuk Surga

Hasil gambar untuk surga
Surga adalah negeri yang tentram dan damai, negeri yang dipenuhi dengan berbagai kenikmatan yang tiada henti, negeri dengan kebahagiaan abadi. Kenikmatan Surga adalah kenikmatan yang tidak bisa dijangkau indera manusia. Tidak ada kenikmatan dunia yang setara dengan kenikmatan Surga. Allah Ta’ala telah menggambarkan kenikmatan Surga melalui berbagai macam cara. Terkadang, Allah berfirman dalam hadits qudsi:

(أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ ( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ

Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh, Surga yang (kenikmatannya) tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As Sajdah: 17).” [HR. Bukhari & Muslim].
Jalan menuju Surga memang dipenuhi onak dan duri, akan tetapi sesungguhnya ada banyak amalan-amalan yang mudah dilakukan, namun Allah membalasnya dengan ganjaran yang sangat besar sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba hamba-Nya. Berikut ini beberapa amalan yang insyaAllah ringan diamalkan namun bisa menghantarkan pelakunya ke Surga.

1. Menuntut Ilmu Syar’i

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk  mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga.” [HR Muslim]
Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah mengatakan :

فَإِنَّ الْعِلْمَ يَدُلُّ عَلَى اللَّهِ مِنْ أَقْرَبِ الطَّرِيقِ إِلَيْهِ، فَمَنْ سَلَكَ طَرِيقَةً، وَلَمْ يَعْرُجْ عَنْهُ، وَصَلَ إِلَى اللَّهِ وَإِلَى الْجَنَّةِ مِنْ أَقْرَبِ الطُّرُقِ وَأَسْهَلِهَا فَسَهُلَتْ عَلَيْهِ الطُّرُقُ الْمُوْصِلَةُ إِلَى الْجَنَّةِ

Sesungguhnya ilmu syar’i menunjukkan kepada Allah dari jalan yang paling dekat kepada-Nya, barangsiapa yang menempuh jalannya dan tidak keluar dari jalurnya maka ia akan sampai kepada Allah dan Surga dari jalan terdekat dan termudah. Akan mudah semua jalan yang akan menghantarkannya menuju Surga. [Jaami’ul ‘ulum Wal Hikam  2/298]

2. Membaca Ayat Kursi Setiap Selesai Shalat Fardhu

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةَ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ

“Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat, maka tidak ada yang dapat menghalanginya untuk masuk Surga kecuali jika dia mati.” [HR an-Nasaa’i Shahih].
Imam al-Munawi rahimahullah mengatakan :

وَقَالَ التَّفْتَازَانِيُّ: مَعْنَى الْحَدِيثِ أَنَّهُ لَمْ يَبْقَ مِنْ شَرَائِطِ دُخُولِ الْجَنَّةِ إِلَّا الْمَوْتُ، فَكَأَنَّ الْمَوْتَ يَمْنَعُ وَيَقُولُ: لَا بُدَّ مِنْ حُضُورِي أَوَّلًا لِيَدْخُلَ الْجَنَّةَ

“Berkata At-Taftazani: makna hadits ini adalah tidak tersisa dari syarat-syarat untuk masuk ke Surga kecuali kematian, seakan-akan kematian mencegahnya dan mengatakan: engkau harus melewatiku terlebih dahulu kemudian masuk ke dalam Surga.” [Faidhul Qadir 2/6].

3. Menyingkirkan Gangguan di Jalan

Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلاً يَتَقَلَّبُ فِي الجَنَّةِ فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهاَ مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ

“Sungguh aku telah melihat seorang lelaki mondar-mandir di dalam Surga dikarenakan sebuah pohon yang dia tebang dari tengah jalan yang selalu mengganggu manusia.” [HR. Muslim].
Dalam riwayat yang lain:

مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهْرِ طَرِيقٍ فَقَالَ وَاللهِ لأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنْ المُسْلِمِينَ لَا يُؤذِيهِمْ فَأُدْخِلَ الجَنَّةَ

“Ada seorang lelaki berjalan melewati ranting pohon yang ada di tengah jalan, lalu dia berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku akan singkirkan ranting ini dari kaum muslimin agar tidak menganggu mereka.’ Maka dia pun dimasukkan ke dalam Surga.” [HR Muslim].

4. Menebarkan Salam

Dari sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِسَلَامٍ

“Hai manusia sebarkan salam, berilah makan orang lain, hubungkanlah sanak keluarga, dan dirikanlah sholat ketika orang-orang sedang tidur, niscaya kamu akan masuk Surga dengan salam (damai).” [HR. Tirmidzi].

5. Mengamalkan Dua Hal Yang Disebutkan Dalam Hadist Berikut

Imam Abu Daud dalam sunannya meriwayatkan dari sahabat Abdullah bin ‘amr radhiyallahu ‘anhu  dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

خَصْلَتَانِ، أَوْ خَلَّتَانِ لَا يُحَافِظُ عَلَيْهِمَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ، هُمَا يَسِيرٌ، وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ، يُسَبِّحُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا، وَيَحْمَدُ عَشْرًا، وَيُكَبِّرُ عَشْرًا، فَذَلِكَ خَمْسُونَ وَمِائَةٌ بِاللِّسَانِ، وَأَلْفٌ وَخَمْسُ مِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ، وَيُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ، وَيَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، وَيُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ، فَذَلِكَ مِائَةٌ بِاللِّسَانِ، وَأَلْفٌ فِي الْمِيزَانِ» فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْقِدُهَا بِيَدِهِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ هُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ؟ قَالَ: «يَأْتِي أَحَدَكُمْ – يَعْنِي الشَّيْطَانَ – فِي مَنَامِهِ فَيُنَوِّمُهُ قَبْلَ أَنْ يَقُولَهُ، وَيَأْتِيهِ فِي صَلَاتِهِ فَيُذَكِّرُهُ حَاجَةً قَبْلَ أَنْ يَقُولَهَا

“Ada dua perkara atau dua hal yang jika dijaga oleh seorang muslim, maka dia akan masuk Surga. Keduanya ringan, namun sedikit yang mengamalkannya, yaitu: bertasbih di akhir setiap shalat 10 kali, bertahmid 10 kali, dan bertakbir 10 kali. Itu adalah 150 di lisan dan 1.500 di timbangan.
Demikian pula ia bertakbir 34 kali ketika hendak tidur, bertahmid 33 kali dan bertasbih 33 kali, hal itu adalah 100 di lisan dan 1.000 di timbangan.” Sungguh, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghitungnya dengan tangannya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana (bisa) keduanya ringan, namun sedikit yang mengamalkannya?” Beliau menjawab, “(Setan) akan mendatangimu di tempat tidur, lalu membuatnya tidur sebelum mengucapkannya dan mendatanginya ketika shalat, lalu mengingatkan kebutuhan dunianya sebelum ia sempat membacanya.” [HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Nasa’i, Shahih].

6.  Menjenguk Orang Sakit

Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَعُوْدُ مُسْلِمًا غُدْوَةً إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ عَادَهُ عَشِيَّةً إِلاَّ صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ، وَكَانَ لَهُ خَرِيْفٌ فِي الْجَنَّةِ

“Tidaklah seorang muslim menjenguk muslim yang lain di pagi hari melainkan 70.000 Malaikat bershalawat atasnya (memintakan ampun untuknya) hingga ia berada di sore hari. Dan jika ia menjenguknya di sore hari maka 70.000 Malaikat bershalawat atasnya (memintakan ampun untuknya) hingga ia berada di pagi hari. Dan ia memiliki buah-buahan yang dipetik di dalam Surga.” [HR. At-Tirmidzi, Shahih].
Wallahu A’lam

Sunday, June 24, 2018

Ketika Iblis Membentangkan Sajadah

Hasil gambar untuk iblis membentangkan sajadah
Jumat, siang menjelang dzuhur. Salah satu Iblis ada di Masjid. Kebetulan hari itu Jum’at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada dalam Masjid. Ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan.

Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk dan masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air. Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir. Iblis juga menempel di setiap sajadah.

“Hai, Blis!”, panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.
Iblis merasa terusik, “Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam Masjid ini!” jawab Iblis ketus.
“Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci. Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!” Kiai mencoba mengusir.
“Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru.”
Kiai tercenung.
“Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu.”
“Dengan apa?”
“Dengan sajadah!”
“Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Blis?”
“Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!”
“Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?”
“Bukan itu saja Kiai…”
“Lalu?”
“Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar”
“Untuk apa?”
“Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang kau pimpin, Kiai! Selain itu, saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. Di situ saya bisa ikut membentangkan sajadah.”

Dialog Iblis dan Kiai sesaat terputus. Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara satu lagi sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan-kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya.
Keduanya masih melakukan sholat sunnah.

“Nah, lihat itu Kiai!” Iblis memulai dialog lagi. “Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk diantara mereka.”
Iblis lenyap. Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Sang Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan Iblis sebelumnya.

Pemilik sajadah lebar, ruku’. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya. Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa.
Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat.

Pada saat sholat wajib, kejadian-kejadian itu beberapa kali terihat di beberapa masjid. Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka ia akan meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Sajadah sudah dijadikan Iblis sebagai pembedaan kelas.
Pemilik sajadah lebar, diindentikkan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas dari pada yang lain. Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi subordinat dari orang yang berkuasa.
Di atas sajadah, Iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.
“Astaghfirullahal adziiiim,” ujar sang Kiai pelan.

Wednesday, June 20, 2018

Kisah Seorang Gadis Menyaksikan Kehidupan Akhirat

Hasil gambar untuk akherat
Kisah luar biasa dan membuat orang Islam merinding!! Aslina, seorang gadis Bengkalis dua jam mati suri, diperlihatkan berbagai kejadian di akhirat. Semoga kita mengambil pelajaran untuk meningkatkan keimanan!

Adi Sutrisno,
Wartawan Riau Mandiri
Sempat dinyatakan meninggal dunia, Aslina alias Iin (23) ternyata mengalami mati suri selama dua jam dan koma dua hari dua malam. Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Bengkalis Riau itu mengaku selama mati suri, ia diperlihatkan berbagai kejadian alam barzah dan akhirat, serta beberapa kejadian yang menyangkut amal dan perbuatan manusia selama di dunia. Di hadapan sekitar 50-an orang, terdiri dari pegawai honor tenaga kesehatan Bengkalis, warga masyarakat serta sejumlah wartawan, Aslina, Rabu (3/9)kemarin, di aula studio TV Sri Junjungan Televisi (SJTV) Bengkalis, mengisahkan kejadian ghaib yang dialaminya itu.

Menurut penuturan Iin yang didampingi pamannya, Rustam Effendi, sejak tiga tahun lalu ia menderita penyakit kelenjar gondok alias hiper teroid. Karena penyakitnya itu, Pada 25 Agustus silam, gadis ini ditemani Rustam Effendi berobat ke rumah sakit Mahkota Medical Center (MMC) Malaka. Setelah menjalani pemeriksaan kesehatan, dokter mengatakan operasi baru bisa dilakukan setelah tiga bulan, karena waktu itu tekanan darah tinggi. Namun pada Sabtu (26/8) tengah lama, kondisi anak sulung tiga bersaudara ini kritis, koma. Sang paman sempat memandunya membaca dua kalimat syahadat dan kalimat toyibah (Lailahailallah) sebanyak dua kali. Waktu ajal menjemput, tutur sang paman, Aslina sempat melafazkan kalimat toyibah dan syahadat. Secara perlahan-lahan gadis yang bekerja sebagai honorer di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Bengkalis ini tak bernafas.

Tepat pukul 02.00 waktu Malaysia, indikator monitor denyut jantung terlihat kosong atau berupa garis lurus. Tak pelak situasi ini membuat Rustam sedih, kemudian beberapa dokter MMC Malaka terlihat sibuk memeriksa dan mengecek kondisi Aslina. Waktu itu dia sempat menghubungi keluarganya di Bengkalis untuk memberitahu kondisi terakhir Aslina. Untungnya setelah dua jam ditangani dokter, monitor terlihat kembali bergerak yang menandakan denyut jantung gadis yatim ini berdenyut lagi. Untuk perawatan lebih lanjut, Aslina dimasukan ke ruang ICU dan baru dua hari dua malam kemudian ia dinyatakan melewati masa kritisnya.

Bertemu Sang Ayah
Menurut pengakuan Aslina, dia melihat ketika nyawanya dicabut oleh malaikat. Waktu itu, nyawanya dicabut dari kaki kanan oleh malaikat. “Rasanya sangat sakit, kulit seperti disayat, dibakar dengan minyak,” tuturnya. Setelah roh berpisah dengan jasad, dia menyaksikan orang-orang yang masih hidup dan jasadnya terbaring di tempat tidur. Kemudian dibawa dua malaikat menuju ke suatu tempat. Aslina mempunyai keinginan untuk bertemu dengan ayahnya yang sudah lama meninggal, bernama Hasan Basri. “Wahai ayahku bisakah aku bertemu denganmu. Aku sangat rindu, oh ayah,” ucapnya. Memang di tempat itu Aslina bertemu dengan sosok pria muda berusia 17 tahun dengan wajah bersinar dan berseri-seri. Melihat sosok pria muda tersebut, Aslina tetap ngotot ingin bertemu dengan sang ayah.
Kemudian, kedua malaikat memperkenalkan bahwa pria muda tersebut adalah ayahnya. Tentunya dia tidak menyangka karena waktu meninggal dunia, ayahnya berusia 55 tahun. Kemudian sang ayah bertanya kepada Aslina, maksud kedatangannya. Dia menjawab kedatangannya semata-mata memenuhi panggilan Allah SWT. Sang ayah menyuruh Aslina tetap pulang untuk menjaga adik-adiknya di dunia. Namun Aslina menjawab bahwa dirinya ke sini, memenuhi panggilan Allah. Waktu itu juga, dia menyebut rukun Islam satu persatu. Setelah berdialog dengan ayahnya, dua malaikat tadi membawa Aslina ke suatu tempat yang dipenuhi wanita memakai baju rapi dan berjilbab. Di situ, dia disalami dan dicium pipi kanan-kiri oleh wanita-wanita Muslimah tersebut. Tidak hanya itu, Aslina juga bertemu dengan 1.000 malaikat dengan wajah berseri dan seluruhnya sama.

Di tempat itu, Aslina duduk di kursi yang sangat empuk. Bila di dunia empuk kursi tersebut seakan dilapisi delapan busa. Ketika duduk, tiba-tiba sosok wanita berseri mirip dengan dirinya menghampiri. Dia bertanya kepada sosok wanita tersebut. “Saya adalah roh dan amal ibadah mu selama di dunia,” kata wanita tersebut. Kemudian Aslina ditemani amalnya (sosok wanita, red) dan dua malaikat menyaksikan beberapa kejadian di akhirat. Diantaranya, ada seorang pria berpakaian compang-camping, badannya bernanah dan bau busuk. Tangan dan kaki dirantai sementara di atasnya memikul besi seberat 500 ton. Melihat kejadian itu, Aslina bertanya kepada amalnya. Rupanya pria tersebut semasa hidupnya suka membunuh dan menyantet (teluh) orang.

Kejadian selanjutnya yang ia lihat, seorang yang disebat dengan rotan panjang sehingga kulit dan dagingnya mengelupas dari badan. Ternyata orang tersebut selama hidup tak pernah sholat bahkan menjelang ajal menjemput pun tak pernah menyebut syahadat. Aslina juga melihat, dua pria saling membunuh dengan kapak. Menurut keterangan amalnya, rupanya orang tersebut suka menodong dan memeras orang lain. Kemudian gambaran, seorang ustad yang dihantam dengan lahar panas yang mendidih. Kembali Aslina bertanya. Ustad tersebut selama hidup suka berzina dengan istri orang lain. Kejadian berikutnya, seorang ditusuk dengan pisau sebanyak 80 kali. Ini menunjukan orang tersebut suka membunuh dan tidak pernah dipertanggungjawabkan selama di dunia.

Kejadian terakhir, seorang ibu tua dihempaskan berkali-kali ke lantai. Di lantai tersebut terdapat pisau tegak dan dia tersungkur lalu mengenai tubuhnya, hingga mati. Gambaran tersebut menunjukan, selama hidupnya wanita tersebut merupakan anak durhaka, yang tidak mengakui ibunya yang pikun. Bahkan dia malu kepada orang lain.

Kisah tentang mati suri dan berbagai pengalaman ghaib yang dialami Aslina alias Iin (23), membuat heboh masyarakat Bengkalis, khususnya warga desa Pematang Duku, kecamatan Bengkalis, yang antara percaya dan tidak dengan cerita dalam mati suri itu. Berikut lanjutan kisah ‘perjalanan ghaib’ yang dituturkan Aslina Rabu silam di aula studio SJTV Bengkalis.

Menurut Aslina, setelah dirinya diperlihatkan dengan kejadian dan gambaran manusia, ia kemudian dibawa melewati malam yang sangat gelap gulita. Saking gelapnya, dia tidak bisa melihat amalnya dan dua malaikat yang mendampingi. Ketika kakinya berjalan tiga langkah, terdengar suara orang berzikir. Kemudian sang amal menyuruhnya untuk cepat menangkap suara tersebut. Tapi Aslina tidak bisa menangkap. Tiba-tiba waktu itu, lehernya dikalungi seutas rantai. Setelah dipegang ternyata rantai tersebut berupa tasbih sebanyak 99 butir.

Terdengar suara yang memerintahkan Aslina untuk berzikir selama dalam perjalanan. Dia berjalan lagi sepanjang tujuh langkah, namun waktunya sama dengan 10 jam waktu di dunia. Ketika sampai pada langkah ke tujuh, dia melihat wadah menyerupai tapak sirih berisi cahaya yang terpancar melalui lobang-lobangnya. Berkat cahaya tapak sirih tersebut, dia bisa melihat dan membaca tulisan Arab, berbunyi ‘Husnul Khotimah’. Di belakang tulisan itu terlihat gambar Ka’bah. Ketika melihat tulisan dan gambar Ka’bah seketika, dia dan amalnya tersenyum seraya mengucapkan Alhamdulillah. Aslina mendekati cahaya itu dan mengambilnya, kemudian disapukan ke mukanya. Ketika malam yang gelap gulita itu menjadi terang benderang.

Nabi Muhammad SAW
Setelah berjalan sekian jauh, dia mendengarkan suara azan yang suaranya tidak seperti di Indonesia, namun bernada Mekkah. Kepada amalnya, dia meminta waktu untuk menunaikan sholat. Setelah mengerjakan sholat, roh Aslina hijrah ke tempat lain dengan perjalanan 40 hari.
Tempat yang dituju kali ini adalah Masjid Nabawi di Madinah. Di masjid itu dia menyaksikan makam Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya. Di makam Nabi ada pintu bercahaya, terlihat sosok Nabi Muhammad SAW sedang memberi makan fakir miskin. Tidak hanya itu di Masjid Nabawi, dia kembali diperlihatkan kejadian menakjubkan. Tiba-tiba cahaya ‘Husnul Hotimah’ yang ada di tangannya lepas, kemudian mengeluarkan api yang menerangi seluruh ruangan sehingga makam Nabi terlihat jelas. Waktu itu dari balik makam Nabi, dia melihat sosok manusia, berwajah ganteng menyerupai malaikat, kulit langsat, mata sayu, pandangan luas terbentang dan tajam. “Raut muka seperti orang Asia (oval, red) namun tidak kelihatan kepalanya. Tapi saya yakin sosok manusia tersebut adalah Nabi Muhammad SAW,” katanya.

Melihat peristiwa itu, lantas Aslina bertanya kepada malaikat dan amalnya. “Kenapa cahaya tersebut menerangi Nabi Muhammad SAW, sehingga saya bisa melihat. Dan kenapa wajah Nabi bercahaya?” Dijawab bahwa Anda adalah orang yang mendapat syafaat dan hidayah dari Allah. Mengenai wajah nabi yang bercahaya, karena selama mengembangkan agama Islam selalu mendapat tantangan. Perjalanan tidak di situ saja, Aslina dan pengawalnya berbalik arah untuk pulang. Rupanya ketika dalam perjalanan pulang dia kembali menyaksikan, jutaan umat manusia sedang disiksa dan menderita di sebuah lapangan. Orang-orang tersebut meronta dan berdoa minta agar kiamat dipercepat. Karena sudah tak tahan lagi dengan siksaan. Mereka mengaku menyesal dan minta dihidupkan kembali agar bisa bertaubat. “Jarak Aslina dengan mereka hanya lima meter, namun tak bisa memberikan pertolongan,” ujarnya. Selama melihat kejadian itu, Aslina membaca Al Quran 30 juz, Hafis (hafal) dan khatam tiga kali. Kemudian membaca surat Yasin sebanyak 1000 kali dan shalawat kepada seluruh nabi (Adam sampai Muhammad). Aslina berlari sepanjang Arab Saudi atau sepanjang Sabang sampai Marauke seraya menangis melihat kejadian tersebut. Aslina juga ingin diperlihatkan apa yang terjadi pada dirinya dikemudian hari. Namun sebelumnya dia diminta oleh malaikat untuk berzikir. Lamanya zikir yang dilakukan Aslina selama dua abad dan dua pertukaran zaman. Hal ini ditandai dengan 1 Syawal yang jatuh pada tanggal 31 Desember. Selesai berzikir, Aslina mendengar suara yang seperti ditujukan kepadanya. “Sadarlah wahai umat-Ku, kau sudah Ku matikan. Sampaikan kepada umat-Ku, apa yang Ku perlihatkan. Sampaikan kepada umat-Ku, umat-Ku, Umat-ku.”

Kejadian Aneh
Usai pengambilan gambar dan wawancara, terdapat kejadian aneh di gedung SJTV Bengkalis. Saat itu, Aslina sudah keluar dari ruangan menuju gedung Radio Pemda yang berjarak 25 meter. Ketika krew SJTV hendak mematikan monitor, ternyata tak bisa dimatikan. Namun anehnya muncul sosok bayangan putih bertubuh tegap dengan rambut terurai hingga ke pusar dan kepalanya bertanduk. Tentunya hal ini membuat para krew dan orang-orang yang menyaksikan heran, lantas momen ini diabadikan pengunjung dan krew SJTV. Setelah Aslina keluar dari ruangan Radio Pemda, ditanyakan apakah sosok tersebut. Dia menjawab bahwa sosok tersebut merupakan jin.
Menutup pengalaman ghaib anak penakik getah itu, sang Paman Rustam Effendi kepada wartawan menyebutkan, selama ini Aslina merupakan sosok yang pendiam dan kurang percaya diri (PD). Namun setelah kejadian ini banyak hal-hal yang berubah, mulai dari penampilan hingga tingkah laku. Bahkan dari warna kulitnya saat ini lebih bersih dan berseri. Mengenai amalannya, “Selama ini dia memang rajin mengerjakan shalat tahajud dan membaca Al Quran setiap hari,” kata sang paman menutup kisah tersebut.


Tuesday, June 19, 2018

Puasa Ayyamul Bidh

Hasil gambar untuk Puasa Ayyamul Bidh
Sungguh islam adalah agama yang sangat indah. Banyak sekali amalan-amalan sunnat yang dianjurkan dalam islam untuk memperoleh pahala. Salah satunya adalah puasa sunnah, seperti puasa sunnah senin-kamis, puasa sunnah dibulan muharram, puasa sunnah daud, puasa sunnah tarwiyah, arafah, puasa sunnah enam, puasa sunnah rajab, puasa sunnah sya’ban dan masih banyak juga  puasa sunnah lainnya, termasuk puasa sunnah “ayyamul bidh”. Apa itu ayyamul bidh? Berikut akan dijelaskan secara terperinci.

1. Pengertian Puasa Ayyamul Bidh
Puasa ayyamul bidh merupakan salah satu amalan puasa sunnah yang dilakukan 3 (tiga) hari setiap bulannya, yaitu pada hari/tanggal 13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah.
Ayyamul bidh artinya hari-hari putih. Kenapa puasa ini disebut dengan ayyamul bidh? Karena pada malam-malam tersebut bulannya bersinar seperti bulan purnama yang sinarnya tampak sekali sangat putih.
Dan disebut juga di dalam kitab riwayat Ibnu Abbas, bahwa dinamai ayyamul bidh karena terkait dengan kisah Nabi Adam AS ketika diturunkan kemuka bumi. Nah ketika Nabi Adam AS diturunkan kemuka bumi, seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari sehingga tubuhnya menjadi hitam. Kemudian Allah SWT mewahyukan kepadanya untuk berpuasa selama tiga hari yaitu pada tanggal 13, 14, 15 di setiap bulan hijriah. Ketika Nabi Adam AS berpuasa pada hari pertama, maka sepertiga tubuhnya  menjadi putih. Dan berpuasa pada hari kedua maka sepertiganya lagi menjadi putih. Dan puasa pada hari ketiga maka sepertiga sisanya lagi menjadi putih semua. 

 2. Niat Puasa Ayyamul Bidh
 نَوَيْتُ صَوْمَ اَيَّامَ اْلبِيْضِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
“NAWAITU SAUMA AYYAMI BIDH SUNNATAN LILLAHI TA’ALA”
Artinya: “Sahaja aku berpuasa sunnah ayyamul bidh karena Allah ta’ala”

3. Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh:
1) Puasa ayyamul bidh merupakan Perintah dan anjuran dari Nabi Muhammad SAW:
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Artinya: “Kekasihku (yakni Rasulullah SAW) mewasiatkan kepadaku tiga nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati. Pertama: berpuasa tiga hari setiap bulannya. Kedua: mengerjakan shalat dhuha. Dan ketiga: mengerjakan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari)
2) Puasa ayyamul bidh pahalanya sama seperti melakukan puasa setahun.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Artinya: “Rasulullah SAW biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu pada tanggal 13, 14, 15 dari bulan Hijriyah.” Dan beliau bersabda: “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud)
3)  Puasa ayyamul bidh merupakan kebiasaan yang dilakukan Nabi SAW
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Artinya: Dari Abu dzar ia berkata, bahwasannya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Wahai Abu Dzar, jika engkau berpuasa tiga hari dalam sebulan, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15.” (HR. At-Tarmidzi).

Tanda Lemahnya Iman

Hasil gambar untuk iman lemah
Salah satu nikmat yang paling besar dan paling berharga yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat iman dan nikmat islam. Dengan adanya nikmat inilah kita masih bisa memperoleh Ridha Allah SWT. karena tanpa adanya nikmat tersebut, sungguh kita sudah tertipu daya dengan kehidupan dunia yang hanya sementara. 

Iman adalah mengikrar dengan lidah, mempercayai dengan hati, dan mengamalkan dengan perbuatan. Artinya orang yang beriman ialah orang yang selalu mengikuti Allah dan RasulNya. Dan beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, qada dan qadarNya Allah SWT. Serta mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika kita beriman kepada Allah maka kita kan memperoleh keselamtan dan kebahagian didunia dan diakhirat kelak. 

Namun iman seseorang bisa bertambah dan bisa juga berkurang. Bertambahnya iman seseorangdengan ketaatan. Dan berkurangnya iman seseorang  dengan kemaksiatan. Sehingga manusia dituntut untuk selalu menjaga dan berusaha agar imannya tidak lemah, tidak berkurang dan bahkan tidak hilang.
Iman yang ada pada diri seseorang dapat saja luntur dan lemah, atau bahkan dapat saja hilang begitu saja, jika orang tersebut tidak menjaganya. Sebagaimana yang disebutkan didalam Hadis Rasulullah SAW:
Artinya: “Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan LA ILAA HAILLALLAAH.” (HR. Ibnu Hibban)

Berikut faktor-faktor penyebab lemahnya iman:
1) Terjatuh kepada dosa dan maksiat
2) Kerasnya hati, sehingga malas mengerjakan ibadah dan mempelajari ilmu agama.
3) Tidak terpengaruh dengan Al Quran. Bahkan tidak dihiraukan saat lantunan ayat suci Al-Qur’an dibacakan.
4) Tidak merasa benci terhadap perbuatan maksiat yang dilakuakan
5) Sangat mencintai popularitasnya dan Kikir dengan harta yang dimilikinya.
6) Lalai dan terlalu sibuk dengan kehidupan dunia.
7) Meningggalkan orang-orang yang shaleh

Berikut tanda-tanda iman sedang lemah :
1) Tidak pernah merasakan kenikmatan dalam beribadah, misalnya: tidak khusyuk dalam sholat.
2) Ketika hati terasa sempit, misalnya dada terasa sesak ketika melihat orang bahagia. Atau ketika ada masalah-masalah kecil dipermasalahkan.
3) Merasa berat ketika berzikir kepada Allah SWT, sehingga malas untuk berzikir.
4) Merasa takut akan kehilangan harta (kikir)
5) Suka memutuskan tali silaturrahni
6) Malas beribadah atau menunda-nunda melakukan ibadah.

Nah jika anda sudah mengalami tanda-tanda diatas, maka segera obati iman anda. Berikut cara mengobati iman agar tidak lemah: 
1) Selalu menjaga shalat 5 waktu
2) Selalu membaca Al-Qur’an setiap hari
3) Selalu membasahi lidah dengan berzikir.
4) Selalu melakukan sholat malam
5) selalu berbakti kepada orang tua dan berbuat baik kepada sesama
 6) gemar melakukan puasa sunnah
7) Selalu belajar ilmu-ilmu agama dan berkumpul dengan orang-orang yang sholeh.
8) Menjauhi diri dari lingkungan yang buruk.
 9) Memperbanyak melakukan amal sholeh, dan ikhlas dalam beramal.
10) Senantiasa mengingat kematian.

Demikian, beberapa obat untuk mengobati iman yang lemah, untuk itu mari sama-sama kita menjaga iman kita dengan mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Semoga Allah senantiasa menetapkan iman dan islam didalam diri kita. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

Kauman dan Definisinya

Hasil gambar untuk pengertian kauman
Kauman memiliki 1 arti. Kauman berasal dari kata dasar kaum. Kauman memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga kauman dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

BERIKUT ADALAH ARTI, MAKNA, DAN PENGERTIAN DARI "KAUMAN":

KAUMAN /KA-UM-AN/
Dasar: kaum
Bidang: -
Jenis: -
Kelas: nomina
Ragam: -
Lain: -
Arti: Kauman berarti wilayah, biasanya di sekitar masjid yang penduduknya beragama islam

Demikian arti kauman makna pengertian dan definisi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online dan sumber lainnya.
Semoga dapat bermanfaat. 

Monday, June 18, 2018

Peran Ayah Dalam Keluarga

Hasil gambar untuk Peran Ayah Dalam Membina Keluarga Islami
Ayah merupakan sosok orang yang sangat penting dalam keluarga, yang mempunyai predikat sebagai pemimpin rumah tangga. Subhanallah begitu besarnya predikat ayah dalam keluarga.sehingga seorang ayah mempunyai peranan yang sangat  penting didalam keluarga. Diantaranya adalah menjaga sang istri dan anak, melindungi mereka, mencari nafkah serta membimbing mereka ke jalan yang benar.
Seorang ayah mempunyai kewajiban untuk mendidik dan membimbing keluarganya ataupun anaknya. Oleh karena itu Peran seorang ayah itu tidak bisa tergantikan oleh siapapun,baik pembantu rumah tangga atau pun orang lain. Maka kita sebagai seorang ayah jangan anggap spele peran tersebut. Karena kalau kita tidak pandai memberi peran kepada keluarga, jangan harap keluarga tersebut akan bahagia.
Oleh karena itu perlu kita ketahui, apa sih sebenarnya peran ayah dalam membina keluarga islami? berikut penjelasannya:

Berikut beberapa peran ayah dalam membina keluarga islami

1) Ayah adalah sebagai seorang pemimpin didalam keluarga
Peran ayah yang paling utama dalam keluarga adalah sebagai pemimpin rumah tangga. Yaitu memimpin istrinya dan anak-anaknya. Sebagai pemimpin, berarti seorang ayah harus mempertanggung jawabkan apa yang ia pimpin didunia ini. Maka seorang ayah harus menjadi pemimpin yang baik untuk keluarganya, terutama untuk anak dan istrinya. 

2) Ayah adalah sebagai contoh teladan yang baik.
Seorang ayah mempunyai peran untuk memberikan contoh teladan yang baik kepada keluarganya dan anak-anaknya. Misalnya prilakunya sehari-hari yang baik, akhlaknya yang sopan, dan memberikan contoh kebiasaannya yang baik kepada sang anak. Bukan hanya menyuruh sholat kepada anak, kita sendiri tidak sholat. Bagaimana anak mau sholat! Nah disinilah peran ayah untuk mencontohkan akhlak yang mulia kepada anak. Sehingga sang anak dengan sendirinya akan mencontohkan prilaku yang baik dari sang ayah. Tanpa kita suruh pun dia sudah berbuat baik. Subhanallah! 

3) Ayah berperan sebagai pembimbing keluarga
Seorang ayah wajib membimbing keluarganya agar selalu berada dijalan yang benar. Membimbing istri untuk taat kepada Allah dan khadam terhadap suami. Serta membimbing anak-anaknya untuk menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Seperti memberi dia ilmu agama. Atau kalau ayah tidak sanggup maka membawa dia untuk menempuh ilmu agama di pesantren atau disekolah-sekolah agama. 

4) Ayah berperan sebagai seorang pengajar
Seorang ayah wajib mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada keluarganya. Mengajarkan Al-Qur’an kepada sang istri dan anak. Dan mengajarkan ilmu-ilmu agama lain yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Oleh karena itu sebelum menjadi  seorang ayah, maka bekali dulu diri anda dengan ilmu. agar setelah anda menikah nanti, anda dapat mengajarkan ilmu kepada mereka. Atau jika ilmu anda sedang-sedang saja, maka beri istrimu ilmu dengan mengaji di majlis taklim. Dan beri ilmu anak-anakmu dengan masuk ke pesantren. 

5) Ayah berperan untuk mencari nafkah yang halal buat keluarganya.
Salah satu Kewajiban seorang ayah adalah memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya. Apalagi kepada sang istri, seorang ayah wajib menafkahi istrinya lahir dan bathin. Oleh karena itu seorang ayah wajib memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. seperti: mencari nafkah untuk makan keluarganya,  membeli mereka pakaian, menyediakan mereka tempat tinggal dan lain sebagainya.

Itulah 5 peran yang sangat penting bagi seorang ayah dalam membina keluarga islami. Nah Untuk memperoleh kedekatan dan keharmonisan dengan sang anak, seorang ayah dapat melakukan hal-hal berikut:
1) Meluangkan waktu yang cukup untuk keluarga.
2) Menjadi penyemangat dan pendukung anak dalam hal kebaikan.
3) Menjadikan teman curhat buat anak.
4) Senang bermain dengan anak.
5) Sering memuji anak dengan mengucapkan “ALHAMDULILLAH”.
6) Sesekali ajaklah anakmu untuk melakukan Refreshing atau liburan bareng keluarga.
7) Lemah lembut dalam mendidiknya dan tidak pernah melakukan kekerasan.

Jika hal itu kita lakukan insya Allah hubungan kita dengan keluarga akan semakin dekat dan harmonis.

Ibu atau Istri

Hasil gambar untuk ibu atau istri yang harus didahulukan
Suami setelah menikah memang memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih besar. Diantaranya adalah peranan dan tanggung jawab nya kepada istrinya. Karena seorang istri apabila sudah menikah maka sepenuhnya menjadi hak dan tanggung jawab suami. Berbeda dengan seorang suami, suami walaupun sudah menikah ia tetap berkewajiban untuk menafkahi orang tuanya. Karena orang tua adalah tanggung jawab anak laki-laki (suami). 

Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW:

Artinya: “Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita? Rasulullah menjawab: “Suaminya” (apabila sudah menikah). Kemudian Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertanya lagi: “Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki? Rasulullah menjawab: “Ibunya”. (HR. Muslim)

Dari hadis tersebut jelas bahwa ibu adalah tanggung jawab anak laki-laki (suami).  Namun yang terjadi sekarang adalah berbeda, disaat suami sudah menikah maka sepenuhnya dia dimiliki oleh istri. Padahal masih ada orang tua nya yang wajib ia nafkahi. 

Nah, yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah, siapa yang lebih didahulukan suami, ibu ataukah istri?

Siapakah yang lebih diprioritaskan oleh seorang suami, apakah bakti suami sebagai anak terhadap ibunya ataukah kewajiban suami terhadap istrinya? Ibu ataukah istri yang harus didahulukan suami? Ini merupakan persoalan yang sangat sulit bagi suami kita. untuk menjawab pertanyaan diatas maka mari kita lihat penjelasan berikut ini:


Dari hadis diatas telah disebutkan bahwa yang berhak terhadap seorang laki-laki adalah ibunya. Namun bukan berarti seorang suami  bebas menelantarkan istri demi seorang ibu. Itu salah, karena Ibu dan istri memiliki kedudukan yang sama pentingnya dalam islam, kedua-duanya harus diutamakan dan dimuliakan.

Sunday, June 10, 2018

Mudik, Asal Usul Kata dan Sejarahnya

Hasil gambar untuk mudik
Dahulu antara mudik dan lebaran tidak memiliki kaitan satu sama lain. Dalam bahasa Jawa ngoko, Mudik berarti ‘Mulih dilik’ yang berarti pulang sebentar saja. Namun kini, pengertian Mudik dikaitkan dengan kata ‘Udik’ yang artinya kampung, desa atau lokasi yang menunjukan antonim dari kota. Lantas pengertian ini ditambah menjadi ‘Mulih Udik’ yang artinya kembali ke kampung atau desa saat lebaran.
Sebenarnya tradisi mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa yang sudah berjalan sejak sebelum zaman Kerajaan Majapahit. Dahulu para perantau pulang ke kampung halaman untuk membersihkan makam para leluhurnya. Hal ini dilakukan untuk meminta keselamatan dalam mencari rezeki.
Namun istilah mudik lebaran baru berkembang sekitar tahun 1970-an. Saat itu Jakarta sebagai ibukota Indonesia tampil menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Saat itu sistem pemerintahan Indonesia tersentral di sana dan ibukota negara melesat dengan berbagai kemajuannya dibandingkan kota-kota lain di Tanah Air.
Bagi penduduk lain yang berdomisili di desa, Jakarta menjadi salah satu kota tujuan impian untuk mereka mengubah nasib. Lebih dari 80 persen para urbanis datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan biasanya hanya mendapatkan libur panjang pada saat lebaran saja. Momentum inilah yang dimanfaatkan untuk kembali ke kampung halaman.
Hal ini terus berlanjut dan semakin berakar ketika banyak urbanis yang mencoba peruntungannya di kota. Tidak hanya di Jakarta, tradisi perpindahan penduduk dari desa ke kota juga terjadi di ibukota provinsi lainnya di Indonesia. Terlebih dengan diterapkan otonomi daerah pada tahun 2000, maka orang semakin banyak mencari peruntungan di kota.
Sama seperti halnya di Jakarta, mereka yang bekerja di kota hanya bisa pulang ke kampung halaman pada saat liburan panjang yakni saat libur lebaran. Sehingga momentum ini meluas dan terlihat begitu berkembang menjadi sebuah fenomena.
Media juga memiliki andil besar dalam mem-branding kegiatan pulang kampung ini menjadi sebuah tradisi wajib saat lebaran. Dengan adanya program perusahaan dan pemerintah yang memudahkan kegiatan pulang kampung, tradisi ini pun semakin berakar.
Namun masyarakat memang tidak bisa meninggalkan tradisi mudik ini. Ada hal-hal yang membuat perantau wajib melaksanakan pulang kampung. Pertama mudik menjadi jalan untuk mencari berkah karena bisa bersilaturahmi dengan keluarga, kerabat dan tetangga. Kegiatan ini juga menjadi pengingat asal usul daerah bagi mereka yang merantau.
Tradisi mudik bagi perantau di ibu kota juga bertujuan menunjukkan eksistensi keberhasilannya. Selain itu, juga ajang berbagi kepada sanak saudara yang telah lama ditinggal untuk ikut merasakan keberhasilannya dalam merantau. Mudik juga menjadi terapi psikologis memanfaatkan libur lebaran untuk berwisata setelah setahun sibuk dalam rutinitas pekerjaan sehingga saat masuk kerja kembali memiliki semangat baru.

Thursday, June 7, 2018

Amalan Sunnah di Hari Raya (Idul Fitri)

Hasil gambar untuk idul fitri
Alhamdulillah sudah tak terasa waktu hari raya telah tiba. Muslim di seluruh penjuru dunia berbahagia dan bersuka cita. Ibu-ibu sibuk menyiapkan kue-kue untuk kudapan saat lebaran dan orang-orang memakai baju baru yang rapih dan indah. Para pekerja dan penuntut ilmu yang ada diperantauan nun jauh di negeri orang sibuk menghubungi keluarga mereka, entah lewat surat atau telepon. Namun, perlu kita ketahui bahwa pada Hari Raya ini ada banyak amalan atau perbuatan Rasulullah Salallahu’alayhiwassalam yang dapat kita lakukan untuk menyempurnakan hari bahagia ini. Setidaknya, ada 7 amalan sunnah yang dapat kita kerjakan selama Hari Raya Idul Fitri –ada beberapa amalan sunnah Idul Fitri yang berbeda dengan amalan sunnah saat Idul Adha, diantaranya :
1. Mandi Pagi
Sebelum kita pergi untuk melaksanakan Sholat, kita di sunnahkan untuk mandi terlebih dahulu. Hal ini di peruntukan agar badan kita menjadi lebih segar saat sehingga dapat khusyu dalam menjalankan ibadah Sholat. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu anhu pernah ditanya tentang mandi, maka beliau menjawab,
يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Mandi seyogyanya dilakukan) di hari Jum’at, hari Arafah (wuquf), hari Idul Adha, dan hari Idul Fitri”[1]

2. Memakai pakain yang indah dan bersih
Pada saat Hari Raya kita di sunnahkan untuk memakai pakaian yang paling indah menurut kita dan bersih. Hal ini di tujukan sebagai rasa syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberi banyak nikmat kepada kita dan juga sebagai rasa berbahagia dan suka cita saat Hari Raya. Ketahuilah, Sunnah ini diambil dari hadits Ibnu Umar , ia berkata:
أَخَذَ عُمَرُ جُبَّةً مِنْ إِسْتَبْرَقٍ تُبَاعُ فِيْ السُّوْقِ فَأَخَذَهَا فَأَتَى رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَارَسُولَ اللهِ اِبْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيْدِ وَالْوُفُوْدِ
” Umar mengambil jubah dari sutera yang dijual di pasar. Diapun mengambilnya lalu dibawa kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam seraya berkata: ‘Ya Rasulullah, Belilah ini agar engkau bisa berhias dengannya untuk hari Id dan para utusan …’ “[2]
Al-Allamah Asy-Syaukani -Rahimahullah- berkata ”Segi pengambilan dalil dari hadits ini tentang disyari’atkannya berhias di hari Id adalah adanya taqrir Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bagi Umar atas dasar bolehnya berhias di hari Id, dan terpokusnya pengingkaran beliau atas orang yang memakai sejenis pakaian tersebut, karena ia dari sutera” [3]
3. Sarapan Sebelum Melaksanakan Sholat
Pada pagi hari sebelum melaksanakan sholat kita di sunnahkan untuk melakukan sarapan . Namun Rasulullah Shalallahu’alayhiwassalam menganjurkan kita untuk melakukan sataoan dengan buah kurma. Sebagaimana yang telah di riwayatkan oleh Buraidah –Radhiyallahu- anhu bahwa
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفِطْرِ لَا يَخْرُجُ حَتَّى يَطْعَمَ وَيَوْمَ النَّحْرِ لَا يَطْعَمُ حَتَّى يَرْجِعَ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam tidaklah keluar di hari Idul Fithri sampai beliau makan, dan pada hari Idul Adh-ha beliau tak makan sampai beliau kembali”. [4]
Dan juga terdapat hikmah dari Sarapan pagi sebelum sholat bahwa hal ini merupakan sangkalan Rasulullah mengenai puasa ramadhan hingga Sholat sebagaimana yang telah di riwayatkan oleh Al-Muhallab bin Abi Shofroh – Rahimahullah – berkata,”Hikmahnya makan sebelum sholat adalah agar orang tidak menyangka wajibnya puasa sampai usai sholat. Seakan Nabi hendak menepis persangkaan itu” .[5]
Diantara hikmahnya agar masih ada waktu mengeluarkan shodaqoh di waktu-waktu yang cocok dan sangat dibutuhkannya oleh para faqir-miskin. Sebagaimana yang telah di riyatkan oleh Ibnul Munayyir Rahimahullah- berkata bahwa: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam makan di dua hari Id pada waktu yang masyru’ (disyari’atkan) agar bisa mengeluarkan shodaqoh khusus bagi Id tersebut. Maka waktu mengeluarkan shodaqoh Id fithri sebelum berangkat (ke musholla), dan waktu mengeluarkan shodaqoh kurban setelah disembelih. Jadi, keduanya bersatu pada satu sisi, dan berbeda pada sisi yang lain.“.[6]
4. Bertakbir Saat Menuju Lokasi Sholat
Kita di sunnahkan untuk bertakbir pada saat perjalanan menuju lokasi Sholat hingga Imam Sholat tiba. Hal itu sebagaimana yang telah di riwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiallahuanhu bahwa
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْرُجُ فِيْ الْعِيْدَيْنِ مَعَ الْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ وَعَبْدِاللهِ وَالْعَبَّاسِ وَعَلِيٍ وَجَعْفَرٍ وَأُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ وَزَيْدٍ بْنِ حَارِثَةَ وَأَيْمَنَ بْنِ أُمِّ أَيْمَنَ رَافِعًا صَوْتَهُ بِالتَّهْلِيْلِ وَالتَّكْبِيْرِ
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam keluar di dua hari raya bersama Al-Fadhl bin Abbas, Abdullah, Al-Abbas, Ali, Ja’far, Al-Hasan,Al- Husain , Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Aiman bin Ummi Aiman sambil mengangkat suaranya bertahlil dan bertakbir“.[7]
Muhaddits Negeri Syam, Muhammad Nashiruddin Al-Albany-rahimahullah berkata ketika mengomentari hadits pertama di atas,” Dalam hadits ini terdapat dalil disyari’atkannya sesuatu yang telah dilakukan oleh kaum muslimin berupa adanya takbir dengan suara keras di jalan-jalan menuju musholla. Sekalipun kebanyakan di antara mereka sudah mulai meremehkan sunnah ini sehingga hampir menjadi tinggal cerita belaka. Itu disebabkan lemahnya dasar agama mereka serta canggungnya mereka menampakkan sunnah“[8]
5. Perempuan dan Anak-anak ikut menyaksikan Sholat
Pada Hari Raya para Wanita dan Anak kecil di sunnahkan untuk mengikuti Sholat bahkan Wanita yang sedang mengalami Haid di sunnahkan untuk menyaksikan Sholat berlangsung. Hal ini sebagaimana yang di riwayatkan oleh Ummu Athiyyah bahwa :
أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِيْ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ الْخُدُوْرِ . فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ إِحْدَانَا لَا يَكُوْنُ لَهَا جِلْبَابٌ؟ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan kami mengeluarkan para wanita gadis, haidh, dan pingitan. Adapun yang haidh , maka mereka menjauhi sholat, dan menyaksikan kebaikan dan dakwah/doanya kaum muslimin.Aku berkata: ” Ya Rasulullah, seorang di antara kami ada yang tak punya jilbab”. Beliau menjawab: “Hendaknya saudaranya memakaikan (meminjamkan) jilbabnya kepada saudaranya“. [9]
6. Menelusuri Jalan Lain Saat Pulang Sholat
Kita di sunnahkan untuk menelusuri jalan lain menuju rumah kita setelah sholat. Artinya ketika ia pergi ke lapangan mengambil suatu jalan, dan ketika pulang ke rumah di mencari jalan lain dalam rangka mencontoh Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam . Hal ini sebagaimana yang telah di riwayatkan oleh Abu Hurairah Radiallahuanhu bahwa
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ إِلىَ الْعِيْدِ رَجَعَ فِيْ غَيْرِ الطَّرِيْقِ الَّذِيْ خَرَجَ فِيْهِ
“Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam- jika keluar Id, beliau kembali pada selain jalan yang  beliau tempati keluar“. [10]
7.  Melaksanakan Sholat Jumat Pada Hari Raya
Terjadi Perbedaan pendapat mengenai pelaksanaan shalat Jumat yang bertepatan juga dengan hari raya. Beberapa Ulama Mazhab Syafi’iyyah mengatakan bahwa Hukum Melaksanakan Sholat Jumaat pada saat Hari Raya gugur kewajiban melaksanakanya. Namun Jumhur Ulama sepakat bahwa mengerjakan sholat Jumaat hukumnya Sunnah pada saat Hari Raya namun di bolehkan untuk tidak mengikutinya seperti pada ornag yang hidup berpindah-pimdah atau secara nomaden. Hal ini di dasarkan atas Hadits yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa
عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ فَكَانَ ذَلِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، فَصَلَّى قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ خَطَبَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ هَذَا يَوْمٌ قَدِ اجْتَمَعَ لَكُمْ فِيهِ عِيدَانِ ، فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْتَظِرَ الْجُمُعَةَ مِنْ أَهْلِ الْعَوَالِى فَلْيَنْتَظِرْ ، وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَرْجِعَ فَقَدْ أَذِنْتُ لَهُ
“Abu ‘Ubaid berkata bahwa beliau pernah bersama ‘Utsman bin ‘Affan dan hari tersebut adalah hari Jum’at. Kemudian beliau shalat ‘Id sebelum khutbah. Lalu beliau berkhutbah dan berkata, “Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya ini adalah hari di mana terkumpul dua hari raya (dua hari ‘Id). Siapa saja dari yang nomaden (tidak menetap) ingin menunggu shalat Jum’at, maka silakan. Namun siapa saja yang ingin pulang, maka silakan dan telah kuizinkan.” [11]
Itulah beberapa amalan Sunnah yang dapat kita kerjakan selama Hari Raya. Semoga segala Amal Ibadah kita di terima oleh Allah Subhanahuwata’ala. Amiin
Catatan kaki:
[1] Hadits riwayat As-syafii dalam musnad 114 dan Al Baihaqy
[2] HR Bukhori no 906 dan HR Muslim 2068
[]3 Nail Al-Author (3/349)
[4] HR. Ibnu Majah dalam As-Sunan (1756). Di-hasan-kan oleh Syu’aib Al-Arna’uth dalam Takhrij Al-Musnad (5/352/no.23033)

[5] Lihat Fath Al-Bari (2/447)
[6] Lihat Fath Al-Bari (2/448)
[7]  HR Al-Baihaqy dalam As-Sunan Al-Kubro (3/279) dan dihasankan oleh Al-Albany dalam Al-Irwa’ (3/123)

[8]  Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah (1/281)
[9]  [Bukhori dalam Ash-Shohih (971) dan Muslim dalam Ash-Shohih (890)]

[10] HR.Ibnu Majah dalam As-Sunan (1301). Lihat Shohih Ibnu Majah (1076) karya Al-Albaniy
[11] HR. Bukhari no. 5572

Referensi :
Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi, Judul: Sunnah Id yang Hampir Terlupakan
Fatwa Ulama- Hukum Seputar Idul Fitri karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/09/14/7-tujuh-hal-yang-dikerjakan-di-hari-raya-Idul-fitri/ diakses pada tanggal 12 Juli 2015 Pukul 17.54
http://rumaysho.com/shalat/bila-hari-Id-idul-fitri-dan-idul-adha-jatuh-pada-hari-jumat-662.html diakses pada di akses pada tanggal 15 Juli 2015 Pukul 18.38

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...