Sungguh indah jika 11
bulan ke depan, terasa seperti Ramadhan dan Lebaran. Sekalipun tanpa
puasa sunnah setiap hari, sekalipun tanpa tahajjud berjama’ah di masjid.
Tapi suasananya, suasana hati kita, Ramadhan dan Lebaran banget gitu.
Bagaimana caranya..?????
Tentu saja dengan melanjutkan ketaatan pasca Ramadhan. Jangan justru sebaliknya:
وَلَا تَكُونُوا كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَـٰثًا
“Dan janganlah kamu
seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal
dengan kuat, menjadi cerai berai kembali…” [QS. 16:92]
Sejatinya, setiap hari
adalah lebaran, jika kita berada di atas ketaatan pada Allah dan tidak
bermaksiat. Ali bin Abi Thalib berkata:
اَلْيَوْمُ
عِيْدُ مَنْ قُبِلَ صِيَامَهُ وَقِيَامُهُ، َوعِيْدُ مَنْ غُفِرَ ذَنْبُهُ
وَشُكِرَ سَعْيُهُ وَقُبِلَ عَمَلُهُ، اَلْيَوْمُ لَنَا عِيْدٌ َوغَدًا
لَنَا عِيْدٌ، وَكُلُّ يَوْمٍ لَا يَعْصِى اللهَ فِيْهِ فَهُوَ لَنَا
عِيْدٌ.
“Setiap hari adalah
‘Ied (hari raya) bagi orang-orang yang diterima puasa dan shalatnya oleh
Allah juga ‘Ied bagi orang-orang yang diampuni dosa-dosanya dan
diterima amal-amalnya. Hari ini adalah ‘Ied bagi kami, begitu juga besok
adalah ‘Ied bagi kami. Setiap hari yang padanya tidak dilakukan maksiat
kepada Allah, maka itu adalah ‘Ied bagi kami.”
Wahb bin al-Ward pernah
melihat sekelompok orang yang tertawa terpingkal-pingkal di hari ‘Ied,
lantas beliau mengatakan (sebagaimana dinukil oleh Ibnu Rajab dalam
Lathāif al-Ma’ārif: 210):
إِنْ
كَانَ هَؤُلَاءِ تُقْبَلُ مِنْهُمْ صِيَامُهُمْ فَمَا هَذَا فِعْلُ
الشَّاكِرِيْنَ، وَإِنْ كَانَ لَمْ يُتَقَبَّلْ مِنْهُمْ صِيَامُهُمْ فَمَا
هَذَا فِعْلُ الْخَائِفِيْنَ
“Jika mereka adalah
orang yang diterima puasanya, maka tidak seperti ini kelakuan orang yang
bersyukur. Jika mereka adalah orang yang belum diterima puasanya, maka
bukan seperti ini kelakuan orang yang takut (tidak diterima puasanya).”
Ketaatan pasca Ramadhan, adalah tanda diterimanya amal Ramadhan kita. Sebagian salaf mengatakan:
إِنَّ مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ اَلْحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَإِنَّ مِنْ جِزَاءِ السَّيِّئَةِ اَلسَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara ganjaran
suatu kebajikan adalah; kebajikan setelahnya. Demikian pula di antara
balasan keburukan adalah; keburukan setelahnya.”
Mu’alla bin Fadhl mengatakan:
كَانُوْا
يَدْعُوْنَ الله تَعَالَى سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ َرمَضَانَ،
وَيَدْعُوْنَهُ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَ مِنْهُمْ
“Mereka (para ulama
salaf) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka menemui Ramadhan,
dan mereka berdoa selama 6 bulan berikutnya agar Allah menerima puasa
mereka.”
Yahya bin Abi Katsir berdo’a
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنِيْ إِلَى َرمَضَانَ وَسَلِّمْ لِيْ َرمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِّيْ مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah sampaikan aku ke Bulan Ramadhan dan sampaikanlah Bulan Ramadhan kepadaku, dan terimalah ibadah Ramadhanku.”
Amalan Setelah Ramadhan
1. Puasa 6 hari Syawwal
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Siapa yang telah
(menyempurnakan) puasa Ramadhan lalu ia lanjutkan dengan puasa 6 hari di
bulan Syawwal, maka seakan-akan dia telah puasa setahun penuh.” [Shahih
Muslim: 1164]
2. Shalat fardhu berjama’ah di masjid.
Allah ta’ala berfirman
وَأَقِيمُوا ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” [QS. 2:43].
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ َراحَ، أَعَدَّ اللهَ لَهُ فِي الْجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ َراحَ
“Siapa yang berangkat
ke masjid (di waktu fajar) atau di waktu petang (baik untuk datang
shalat atau kajian), maka Allah akan menyiapkan untuknya jamuan tamu
istimewa untuknya di surga, setiap kali dia ke masjid.” [Muttafaq
‘alaih]
3. Menjaga nafilah (Ibadah Sunnah)
Jika yang sunnah saja
bisa dijaga dengan baik, maka yang wajib-wajib pasti akan lebih
disiplin. Juga, kecintaan Allah akan diraih. Allah akan bersama kita.
Doa kebaikan kita takkan ada yang tertolak.
مَنْ
عَادَى لِيْ وَلِيّاً فَقَدْ آذَنْتُهُ بِحَرْبٍ مِنِّيْ، وَمَا تَقَرَّبَ
لِيْ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ،
مَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ
الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي
يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي
لَأُعِيذَنَّهُ
“Allah berfirman:
Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah memproklamirkan
peperangan dengannya. Dan tidaklah ada seorang hambaKu yang mendekatkan
dirinya kepada-Ku, dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada amalan
yang Aku wajibkan kepadanya. Seorang hamba yang senantiasa bertaqarrub
kepada-Ku dengan amalan-amalan Sunnah sampai Aku mencintainya. Jika Aku
sudah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan
untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya
yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti
memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti
melindunginya.” [Shahih al-Bukhari]
4. Tadabbur al-Quran
Allah berfirman tentang tujuan utama diturunkannya al-Quran:
كِتَـٰبٌ أَنزَلْنَـٰهُ إِلَيْكَ مُبَـٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوٓا ءَايَـٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُوا ٱلْأَلْبَـٰبِ
“Ini adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang
yang mempunyai fikiran.” [QS. 38:29]
5. Beramal, Sekalipun Sedikit yang Penting Konsisten dan Disiplin
Inilah jenis amalan yang paling dicintai oleh Allah sebagaimana sabda Nabi ﷺ dalam hadits ‘Aisyah:
أَحَبَّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang konsisten meskipun sedikit.” [Shahih al-Bukhari]
No comments:
Post a Comment