Thursday, January 15, 2015

Kisah Nabi Nuh AS ( Bagian Ketiga )





Gambar ilustrasi

Menjelang Banjir Bandang Pada Masa Nabi Nuh AS.
Setelah para malaikat bergerak maka Allah Swt. mewahyukan pada Nabi Nuh As. agar membuat perahu. Bertanyalah Nabi Nuh: “Ya Tuhan, apakah perahu itu?”

Allah Swt. berfirman: “Perahu adalah rumah kayu yang bisa berjalan di permukaan bumi.”

Lalu Allah Swt. memerintahkan Nabi Nuh agar menanam pohon jati di tanah Kufah, pendapat lain mengatakan pohon abnus. Dan kemudian Nabi Nuh pun menanamnya dan membiarkannya tumbuh sampai 40 tahun sampai siap untuk ditebang.

Langit dicegah dari hujan dan bumi pun dicegah untuk menumbuhkan pepohonan. Seingga langit pun tidak lagi meneteskan air hujan dan bumi tak menumbuhkan rerumputan. Para wanita, hewan jinak maupun buas, pun tidak lagi beranak. Bahkan burung-burung pun tak bisa bertelur. Itu terjadi sebagai bukti nyata atas kaum Nabi Nuh sebelum adzab menimpa mereka.

Kemudian Allah Swt. memerintahkan Nabi Nuh untuk menuju Kufah dan memindahkan kayu-kayu jati. Bingunglah Nabi Nuh As., bagaimana cara memindahkan kayu-kayu itu. Maka Allah Swt. pun mewahyukan bahwa sesungguhnya ‘Auj bin ‘Anuq lah yang mampu menggendongnya.

Sosok Pembawa Kayu-kayu Perahu Nabi Nuh AS.
Imam al-Kisai mengatakan bahwa sesungguhnya ‘Anuq, ibunya ‘Auj, adalah keturunan Nabi Adam yang buruk rupa dan bentuk tubuhnya. Dia adalah tukang sihir yang handal. Dia melahirkan ‘Auj dan mati setelah 100 tahun dari kelahiran anaknya itu.

Ketika ‘Auj sudah dewasa ia berubah wujud menjadi raksasa yang tinggi dan lebar badannya mencapai 600 dzira’. Ukuran 1 dzira’ zaman dahulu adalah setara dengan 1,5 dzira’ sekarang.

Sehingga diceritakan bahwa, tatkala badai banjir tofan tiba takkan bisa sampai pada lututnya, disaat duduk di atas gunung ia bisa memasukkan tangannya ke laut dan bisa mengambil ikan dari dalamnya serta bisa memanggang ikan itu di bawah teriknya matahari. Saat ia marah maka seluruh penduduk desa dikencingi olehnya hingga mereka pun tenggelam di dalamnya.

‘Auj juga seringkali membuat keonaran pada penduduk desa. Maka mereka pun menawari padanya: “Kami akan membuatkanmu baju dan kami tidak akan mengambil harganya kecuali setelah 1 tahun.” (‘Auj memiliki hutang pada penduduk desa itu dan berjanji akan melunasinya).

Akhirnya semua penduduk desa pun bahu-membahu membuatkan baju dari kapas dan memakaikannya pada ‘Auj yang kemudian membuat ‘Auj pergi menjauh dari penduduk desa tersebut. Disaat ‘Auj ingin melewati perkampungan itu ia teringat akan janjinya. Maka ia cepat-cepat lari karena takut ditagih hutangnya.

Dikatakan bahwa ‘Auj hidup selama 4500 tahun, sehingga ia bisa menjumpai zaman Nabi Musa As. Tatkala Nabi Musa As. masuk ke tanah Tih beserta rombongan Bani Israel, ‘Auj pun ingin menghancurkan mereka. Ia datang pada tentara Nabi Musa untuk mengetahui ukuran kekuatan mereka. Disaat ia mendapatkan keleluasaan, maka ia mencabut gunung dan menggendong gunung tersebut di atas kepalanya.

Kemudian ia mendatangi Nabi Musa As. untuk memukul mundur tentaranya. Akan tetapi usaha ‘Auj gagal karena Allah mengutus burung hudhud. Burung hudhud itu memiliki paruh dari besi. Lalu burung hudhud itu meluncur menuju batu (gunung) yang dibawa ‘Auj dan memaruhnya sampai berlubang. Akhirnya batu tersebut pun jatuh ke leher ‘Auj dan membelenggunya sehingga ia tak lagi mampu bergerak.

Disaat Nabi Musa As. melihat kejadian itu maka beliau mendekat dan memukul ‘Auj dengan tongkatnya yang tingginya 10 dzira’. Lantas Nabi Musa As. melompat ke udara setinggi 10 dzira’. Sedangkan tinggi Nabi Musa As. sendiri adalah 10 dzira’. Maka pukulannya Nabi Musa As. pun tidak sampai mengenai lutut ‘Auj. Namun sebab pukulan Nabi Musa As. itu ‘Auj pun terjatuh dan mati tergeletak di lapangan seperti gunung besar.

Diceritakan pula bahwa di Gunung Tatri ada sebuah sungai yang bernama Tha-i. Di sana ada jembatan yang besar. Dikatakan bahwa jembatan itu berasal dari tulang iga ‘Auj bin ‘Anuq, dan hal ini termasuk dalam keajaiban dunia.

Peristiwa Pengangkatan Kayu-kayu Perahu Nabi Nuh AS. dari Kufah ke Baghdad
Al-Kisai melanjutkan penjelasannya: “Disaat Allah Swt. Mewahyukan Nabi Nuh As. bahwa yang akan (mampu) menggendong kayu-kayu jati dari Kufah ke Desa Hairah di Baghdad adalah ‘Auj. Maka Nabi Nuh As. pun mendatangi ‘Auj dan memintanya untuk menggendong kayu-kayu tersebut.

‘Auj kemudian menjawab: “Aku takkan mau menggendongnya untukmu sehingga kamu mengenyangkan perutku dulu dengan roti.”

Saat itu Nabi Nuh As. hanya membawa 3 potong roti yang terbuat dari gandum dan memberikannya pada ‘Auj 1 iris seraya berkata: “Makanlah roti ini.”

‘Auj kemudian tertawa dan berkata: “Seumpama gunung ini jadi roti, itu pun takkan mampu mengenyangkan perutku. Lalu bagaimana mungkin aku bisa kenyang hanya dengan irisan roti ini?”

Kemudian Nabi Nuh As. memotong irisan roti tersebut dan mengucapkan:“Bismillahirrahmanirrahim. Makanlah.”

Maka ‘Auj memakannya, lalu diberinya lagi seiris roti oleh Nabi Nuh As. Akan tetapi ‘Auj menolaknya karena sudah merasa kenyang hanya dengan memakan setengah irisan roti tadi dan tidak merasa mampu untuk memakannya lagi.

Akhirnya ‘Auj menggendong semua kayu itu dari Kufah sampai Hairah di Baghdad dengan sekali muatan.

Proses Pembuatan Perahu Nabi Nuh AS. dan Penyempurnanya adalah Nama 4 Khalifah Islam
Ketika kayu-kayu itu sudah berada di hadapan Nabi Nuh, lantas Nabi Nuh As. pun kebingungan seraya berkata: “Wahai Tuhan, bagaimanakah cara untuk membuat perahu?”

Kemudian Allah Swt. memerintahkan Malaikat Jibril As. agar mengajari Nabi Nuh As. membuat perahu. Lalu Nabi Nuh menjadikan kayu-kayu tersebut sebuah papan dan menggabungkannya satu sama lain serta memakunya dengan paku besi. Seterusnya Nabi Nuh As. menjadikan bagian depan (kepala) perahu seperti kepala burung merak, ekornya seperti ekor ayam jago, paruhnya seperti paruh burung gagak, sayapnya seperti sayap elang dan wajahnya seperti wajah burung merpati dan kemudian menjadikannya 3 tingkat, pendapat lain mengatakan 7 tingkat.

Ibnu Abbas Ra. berkata: “Perahu Nabi Nuh As. panjangnya 1000 dzira’, lebarnya 600 dzira’ dan tingginya 300 dzira’.”

Konon Nabi Nuh As. membuat perahu itu selama 40 tahun. Sampai semua kaumnya pun menghina dan meremehkan nabi mereka sendiri dengan berkata: “Wahai Nuh, kamu telah meninggalkan kenabian dan menjadi tukang kayu.”

Imam al-Kisai kemudian berkata bahwa pada suatu malam, kaum Nabi Nuh keluar dan berusaha menyalakan api untuk membakar kayu perahu tersebut. Akan tetapi apinya tidak bisa menyala. Lantas mereka berkata: “Ini adalah sihirnya Nuh.”

Disaat pembuatan perahu sudah hampir jadi, maka Nabi Nuh As. melapisinya dengan aspal. Kemudian Allah Swt. mewahyukan kepadanya agar memberi 4 paku di samping kanan dan kiri perahu dan memberinya ukiran di setiap satu pakunya. Lalu Nabi Nuh As. berkata: “Ya Tuhan, apa faidahnya hal itu?”

Allah berfirman: “Ini adalah nama-nama sahabat Nabi Muhammad Saw. Mereka adalah hamba Allah yang bernama Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali Ra. Perahu ini takkan bisa sempurna sehingga engkau melakukan hal tersebut.”

Maka Nabi Nuh As. pun melakukan apa yang diperintahkan Allah Swt. dan jadilah perahu tersebut dengan sempurna.

No comments:

Post a Comment

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...