Persiapan Pemberangkatan Perahu Nabi Nuh As.
Setelah perahu Nabi Nuh As. jadi sempurna, dengan izin Allah Swt. ia mampu berbicara dengan keras: “Tiada
 Tuhan yang berhak disembah selain Allah,Tuhan Yang Maha Awal dan Yang 
Maha Akhir. Aku adalah perahu, barangsiapa yang menaikiku maka ia akan 
selamat dan siapa yang enggan padaku maka akan hancur.”
Lalu Nabi Nuh As. berseru kepada kaumnya: “Sudah percayakah kalian sekarang?”
Mereka menjawab dengan angkuh: “Ini adalah sihirmu wahai Nuh!”
Kemudian Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Nuh: “MurkaKu sudah memuncak bagi orang yang mendurhakaiKu.”
Lalu
 Allah Swt. memerintahkan Nabi Nuh membawa bekal makanan pokok yang 
cukup untuk 6 bulan dan membuatkan wadah sebagai tempat air tawar. 
Kemudian Allah Swt. menurunkan bola mata dari surga yang mempunyai 
cahaya seperti cahaya matahari untuk Nabi Nuh As. Dengan itu Nabi Nuh 
As. bisa mengetahui pergantian siang dan malam serta lewatnya 
waktu-waktu.
Nabi Nuh As. kemudian meminta izin kepada 
Allah Swt. untuk melakukah ibadah haji terlebih dahulu dan Allah Swt. 
pun mengizinkannya. Maka berangkatlah Nabi Nuh untuk menunaikannya.
Tatkala
 Nabi Nuh As. menuju Makkah, kaumnya ingin menghancurkan perahu 
tersebut. Lalu Allah Swt. memerintahkan para malaikat agar mengangkat 
perahu itu di antara langit dan bumi. Para malaikat pun mengangkatnya 
dan kaum Nabi Nuh melihat kejadian itu.
Sesampainya Nabi 
Nuh As. di Makkah beliau langsung thawaf di Baitullah sebanyak 7 kali 
putaran serta berdoa untuk kaumnya dan Allah Swt. mengkabulkan doanya 
tadi.
Sewaktu Nabi Nuh As. pulang dari Makkah maka Allah 
Swt. menurunkan perahu tersebut di atas permukaan bumi (tempat 
semula). Kemudian Allah mewahyukan kepadanya agar naik ke atas gunung 
dan berteriak dengan sekeras-kerasnya: “Wahai para hewan liar, 
burung-burung, para hama-kutu dan semua yang bernyawa, kemarilah dan 
naiklah kalian semua dalam perahu karena adzab sudah dekat.”
Teriakan
 Nabi Nuh As. tadi terdengar sampai arah barat dan timur. Sehingga para 
hewan liar, burung-burung, hewan ternak dan kutu, semuanya berdatangan 
menghadap Nabi Nuh dengan berduyun-duyun. Kemudian Nabi Nuh As. berkata: “Sungguh aku telah diperintah agar membawa kalian bersamaku secara sepasang-sepasang.”
Lalu
 Allah Swt. memberi perintah kepada Nabi Nuh untuk membawa semua kayu 
serta membawa jasad NabiAdam As. dan Siti Hawa. Ditaruhlah jasad 
keduanya di dalam peti. Nabi Nuh juga membawa hajar aswad dan tongkat 
Nabi Adam yang dibawa turun dari surga dan menaruhnya dalam peti 
bersama Tabut, Shuhuf (lampiran-lampiran kitab suci) dan as-Simthu.
Adapun
 pengikut Nabi Nuh yang bersedia masuk dalam perahu berjumlah 40 orang 
laki-laki dan 40 orang perempuan dan mereka ditempatkan pada lantai 
pertama. Sedangkan di lantai kedua penghuninya adalah para hewan liar 
dan hewan-hewan ternak.
Diceritakan bahwa hewan yang 
paling akhir memasuki perahu adalah keledai, dikarenakan ekornya diikat 
oleh Iblis sehingga menjadikannya sulit untuk masuk. Nabi Nuh menyangka 
bahwa keledai enggan untuk ikut masuk perahu seraya berkata padanya: “Masuklah wahai terkutuk (yang dilaknat)!”
Kemudian keledai itu pun masuk bersama Iblis. Disaat Nabi Nuh As. melihatnya, beliau pun berkata: “Siapa yang mengizinkanmu masuk ke sini?”
Lalu Iblis menjawab: “Kamu
 sendiri yang mengijinkanku masuk. Bukankah engkau berkata  “Masuklah 
wahai terkutuk?” Dan tiada satupun yang terkutuk di dunia ini selain 
aku.”
Undang-undang Bagi Para Penumpang Perahu Nabi Nuh As.
Diriwayatkan
 bahwa ketika Nabi Nuh As. berada di dalam perahu itu beliau membuat 
undang-undang melarang semua penumpang untuk berhubungan intim karena 
dikhawatirkan akan berkembang biak dan tempatnya akan menjadi sempit. 
Maka semua penumpang mematuhi undang-undang tersebut terkecuali anjing. 
Anjing justru melakukan hubungan intim dengan betinanya. Kucing yang 
melihatnya pun melaporkan hal itu kepada Nabi Nuh As.
Akan
 tetapi anjing mengingkari perbuatannya itu dan bahkan mengulangi 
perbuatan terlarangnya itu sampai 2 atau 3 kali. Kemudian kucing pun 
melaporkannya kembali kepada Nabi Nuh As. Lantas Nabi Nuh As. memanggil 
kedua anjing itu dengan aib.
Mulai saat itulah terjadi 
permusuhan antara  kucing dan anjing. Aib itu kemudian menimpa pada 
mereka setiap hendak melakukan hubungan intim. Kucing berujar: “Setiap aku berhubungan intim, aku berkeinginan agar tidak melihat anjing dan anjing pun tidak melihatku.”
Diceritakan
 bahwa ketika kotoran-kotoran hewan sudah banyak berceceran di dalam 
perahu, maka para penumpang mengadu kepada Nabi Nuh As. Lalu Allah Swt. 
mewahyukan kepada Nabi Nuh As.: “Peraslah ekor gajah.”
Ketika
 Nabi Nuh As. memeras ekor gajah tersebut keluarlah babi jantan dan 
betina. Kemudian babi-babi itu memakan semua kotoran-kotoran yang 
tercecer.
Setelah itu Allah Swt. menciptakan tikus jantan 
dan betina dari bersinnya babi. Tikus-tikus itu beranak-pinak dan terus 
menggerogoti kiri-kanannya perahu. Melihat kejadian itu, para penumpang 
pun mengadu kembali. Akhirnya para kucing liar (musang) memangsa dan 
memakan tikus-tikus itu dengan cepat sampai musnah. Sejak itulah awal 
mula terjadinya permusuhan antara tikus dan kucing liar.
Ramalan Akan Datangnya Banjir Bandang Nabi Nuh AS.
Diceritakan
 dari Ibnu Washif Syah bahwa tidak ada raja Mesir yang lebih kaya dari 
Raja Suraid. Sesuatu yang menimpanya, yaitu 300 tahun sebelum terjadi 
bencana tofan, dia bermimpi seolah-olah langit pindah ke bumi sehingga 
seperti lubang penggalian dan bintang-bintang berjatuhan. Sedangkan 
matahari dan rembulan dekat sekali dengan bumi. Ia juga melihat 
burung-burung putih menyambar manusia dan bertemu di antara dua gunung 
dan seolah-olah dunia menjadi hitam kelam dan gelap gulita. Semua 
manusia berkumpul di suatu gunung untuk menyelamatkan diri. Setelah 
bermimpi tersebut, dia terbangun dan merasa sangat ketakutan.
Esok
 harinya Raja Suraid mengundang para dukun yang berjumlah 100 dukun 
laki-laki. Para dukun itu tidak mampu memutuskan suatu masalah 
terkecuali dengan melihat perbintangan terlebih dahulu.
Akhirnya Raja Suraid pun menceritakan mimpinya itu dan para dukun berkata:“Mimpimu adalah golongan langit. Yang mana dengan mimpi ini semua alam dan penduduk bumi bisa hancur lebur.”
Lalu Raja berkata: “Ambillah kesimpulan dari bintang di atas sana.”
Tatkala para dukun melihat ke atas lalu mereka berkata: “Saya
 melihat bulan pada zodiak cancer dan itu telah mendekati ikan, maka 
kehancuran yang timbul adalah perkara tofan dan musibah ini adalah 
golongan air langit.”
Akhirnya Raja bertanya: “Apakah musibah ini juga menimpa negara ini?”
Mereka pun menjawab: “Iya , musibah itu akan menimpa negara kita dan negara akan hancur dalam masa yang panjang.”
Raja bertanya lagi: “Lihatlah , apakah negara kita akan kembali ramai seperti semula?”
“Negara ini akan kembali lebih bagus dari yang ada saat ini,” jawab para dukun.
Maka Raja Suraid memerintahkan untuk membangun kota dengan pondasi setinggi kotanya lalu berkata: “Kita
 menjadikan tempat ini sebagai kuburan kita. Lalu pindahkan banyak 
barang-barang, baik harta benda, perhiasan, alat-alat perang, 
patung-patung indah dan wadah-wadah yang bagus yang terdiri dari barang 
tambang. Lalu tulis rajah-rajah serta ilmu-ilmu perbintangan yang isinya
 menceritakan suatu kejadian masa depan sampai tuntas. Serta ceritakan 
raja-raja yang menguasai negara, Islam maupun kafir.”
Para
 dukun itu juga memberi kabar bahwa bencana tofan ini tidak lama menimpa
 bumi, hanya selama 40 hari. Lalu dibangunlah kota itu dengan pengaturan
 udaranya dan memindahkan apa-apa yang sudah direncakan. Raja Suraid 
berkata: “Jika kita selamat dari bencara tofan ini, maka kita akan 
kembali dan menemukan harta-harta yang kita miliki. Namun jika kita 
binasa maka bangunan ini adalah sebagai kuburan jasad kita yang dapat 
menjaga dari kehancuran.”
Semua orang, baik para 
menteri, hakim dan seluruh pejabat negara juga membuat sebuah bangunan 
untuk melindungi jasad mereka dari bencana tofan.
Al-Mas’udi dalam kitab Muruj adz-Dzahab mengatakan:
 “Sesungguhnya di setiap 1 bangunan ada 7 rumah, sebagaimana 7 bintang 
yang berjalan. Dan di dalam rumah tersebut ada patung-patung yang 
terbuat dari emas yang disepuh dengan perhiasan indah. Di 
telinga-telinga patung itu ada mutiara sebesar telur ayam. Dan di setiap
 bangunan juga terdapat peti yang terbuat dari marmer hijau yang 
digunakan untuk menyimpan mayat pemiliknya masing-masing lengkap 
disertai lampiran nama, biografi dan masa jabatannya. Di dalamnya juga 
ditulis “Dalam bangunan ini ada jalan tembus menuju Kota Fayyum dengan menempuh perjalanan 2 hari”.
Misteri Bangunan Kuno dalam Sumur
Syaikh
 Syihab al-Hijazi pernah menceritakan: “Kami, sebanyak 11 rombongan, 
keluar dari Masjid Jami’ al-Azhar dengan membawa keledai dan tali-tali 
panjang yang diletakkan di atasnya. Sesampai kami di sebuah kota besar, 
tempat tujuan, kami berdiri di atas sumur. Di situ ada 
seseorang pemberani dengan segera membuka bajunya.
Lalu 
kami ikat perutnya dengan tali yang kami bawa tadi. Ia pun masuk ke 
dalam sumur dengan tali yang terikat. Setelah turun ke bawah, ternyata 
tali sudah habis sedangkan dasar sumur belum terjangkau. Sehingga 
sorban-sorban yang kami pakai digunakan pula untuk menyambung tali-tali 
tadi.
Namun, di tengah-tengah sumur sambungan sorban dan 
tali itu tiba-tiba terputus sehingga terjatuhlah sang pemberani ke dasar
 sumur. Kami tak lagi mendapati kabar mengenai orang yang di dalam sumur
 itu. Sampai akhirnya kami  beserta rombongan memutuskan untuk pulang 
dan meninggalkannya dengan penuh ketakutan dan penyesalan. Lalu kami 
memasuki kota dengan menyamar sehingga tidak ada yang mengenal tentang 
kami.
Di hari kemudian, seminggu setelah kehilangannya, 
kami pergi menuju masjid jami’. Kami tersentak kaget, karena tiba-tiba 
kami bertemu dengan orang yang terjebak dalam sumur itu. Orang itu masuk
 menemui kami dengan kondisi yang sangat lemah. Sesampainya di depan 
pintu masjid, ia mendekati kami dan langsung terjatuh pingsan.
Disaat
 ia tersadar dari pingsannya, kami memintanya untuk menceritakan 
kejadian yang telah menimpanya beberapa hari lalu dalam sumur. Laki-laki
 itu pun memulai ceritanya: “Setelah aku benar-benar terjatuh ke dasar 
sumur, aku melihat ada sesosok makhluk halus yang menaikiku. Ia 
memberiku barang lunak.
Kemudian kubakar barang itu dengan
 kayu bakar, pada lilin. Kemudian aku berjalan dengan lilin itu. 
Kutemukan di dalamnya sesuatu yang banyak, kotoran kelelawar dan 
lainnya. Aku juga melihat jasad-jasad yang memiliki postur tubuh sangat 
besar dan tinggi. Semua jasad itu berdiri tegak menggunakan tongkat. 
Kudekati salah satu jasad itu, kusentuh dan kugerak-gerakkan. Seketika 
hancurlah jasad itu. Lalu kuambil tongkat itu dari tangannya dan kubawa 
untuk berjalan.
Tiba-tiba aku tersentak kaget. Kulihat ada
 pintu dan juga sebuah teras. Aku terus berjalan menuju teras depan itu,
 rasa takut dan gemetar semakin menggelayutiku. Di teras itu kutemukan 
banyak tulang-belulang yang telah hancur serta tengkorak-tengkorak 
kepala yang besarnya sebesar semangka.
Lantas kuteruskan 
berjalan penuh ketakutan, tiba-tiba kulihat sosok makhluk berjalan di 
depanku. Tubuhku semakin gemetar tak karuan. Aku bergumam dalam hati: “Makhluk apakah itu?” Kutoleh perlahan, ternyata seekor “Lenggarangan.”
Akhirnya
 aku berjalan mengikuti langkah hewan itu hingga keluar dari lubang. Dan
 kulihat ada seberkas sinar dunia. Rasa menggebu-gebu ingin segera 
keluar dari gelapnya ruangan semakin tak terbendung lagi. Tapi apalah 
dayaku tak mampu melakukannya.
Kemudian kugali lubang itu 
dengan tongkat yang ada di tanganku. Menjadi longgarlah lubang itu 
sedikit demi sedikit dan akhirnya aku bisa keluar dari tempat yang 
mengerikan itu.
Tatkala kusadari bahwa aku telah berada di
 permukaan bumi, maka terjatuhlah aku sehingga membuatku tak sadarkan 
diri. Aku tak tahu , ada di belahan bumi manakah aku. Tiba-tiba aku 
melihat sosok manusia di hadapanku dan ia berkata: “Berdirilah wahai pemuda, karena rombonganmu telah pergi dan meninggalkanmu.”
Kutanyakan: “Di manakah aku?”
Dijawab: “Kamu sekarang berada di padang pasir kota Fayyum.”
Akhirnya
 aku berdiri dan ikut dengan rombongan laki-laki tadi. Ternyata ketika 
aku keluar dari lubang tadi, aku menemukan emas yang sangat bagus yang 
menempel di tongkat yang kubawa. Dan setelah aku siuman, ternyata 
tongkat itu telah raib dari genggamanku. Begitupun dengan lubang yang 
aku lihat tadi, tiba-tiba turut lenyap dan raib dari hadapanku. Aku 
menjadi bingung, tiba-tiba aku mendengar ada suara berseru: “Janganlah kau berharap tongkat itu bisa kembali lagi padamu.”
Lalu kuikutilah rombongan tersebut sehingga aku bisa masuk kembali ke kota ini.”
Abu Raihan al-Beiruti dalam kitabnya al-Atsar al-Baqiyah min Qurun al-Khaliyahmengatakan:
 “Sesungguhnya bangunan besar sebelah timur itu di dalamnya terdapat 
sebuah berhala yang terbuat dari marjan putih dan hitam, mempunyai dua 
mata yang terbuka dan bersinar mencorong. Berhala itu duduk di atas 
kursi yang terbuat dari emas dan tangannya membawa tongkat. Ketika ada 
salah satu orang yang mendekat maka berhala itu akan mengeluarkan suara 
yang sangat keras. Sehingga keluarlah orang yang mendekat tadi dan 
menjauh dari tempat itu. Tapi meskipun telah menjauh, suara berhala itu 
akan terus mengejar dan mengikuti orang itu sampai orang itu mati.
Sedangkan bangunan yang berada di sebelah barat itu juga terdapat sebuah berhala yang terbuat dari batu shawwan.
 Berhala itu juga duduk di atas kursi yang terbuat dari emas. Di 
kepalanya ada semacam ular yang melingkari lehernya. Ketika ada salah 
seorang yang mendekat maka ular itu akan melompat dan melilit pada leher
 orang tersebut sampai orangnya mati. Dan kemudian ular itu akan kembali
 pada tempatnya semula.
Kemudian pada bangunan kecil yang dihias dengan batu shawwan, di sana juga terdapat berhala yang terbuat dari bukhti.
 Siapapun yang melihat berhala itu maka berhala itu akan menyedot orang 
tersebut sehingga tidak bisa terlepas dan matilah orang itu di sana.”
Bangunan Kuno Raja Suraid
Imam
 al-Mas’udi kembali menceritakan: “Ketika Raja Suraid telah selesai 
membangun kota tersebut maka ia menguasakannya kepada 
segolongan arwah-arwah. Kemudian disembelihlah hewan-hewan kurban 
untuknya dengan tujuan menolak siapapun yang ingin merusak atau berbuat 
jahat dengan bangunan itu.
Setelah itu kota bagian timur 
dipasrahkan Raja Suraid kepada anak kecil tampan, putih kulitnya, 
telanjang dan bergigi besar dan tajam.
Sedangkan kota 
bagian barat dipasrahkan kepada seorang wanita yang telanjang 
yang memperlihatkan kemaluannya. Wanita itu tertawa terbahak-bahak di 
hadapan manusia sehingga manusia tergoda untuk mendekati wanita 
tersebut. Setelah didekati maka wanita tersebut menjatuhkan tubuhnya 
sehingga manusia tersebut kehilangan akalnya/gila.
Adapun 
kota kecil yang berwarna-warni dijaga seseorang yang tangannya selalu 
memegang dupa dan memakai pakaian pendeta serta selalu membakar dupa di 
kiri-kanan bangunan itu. Dan segerombolan orang dari tanah Jibrah 
menjelaskan: “Sesungguhnya penduduk Jibrah seringkali melihat 
penjaga tersebut yang selalu berjalan mengelilingi kota itu disaat terik
 matahari dan diwaktu terbenamnya matahari. Ketika mereka mendekatinya 
maka penjaga itu menghilang dan ketika mereka menjauh maka ia 
menampakkan dirinya lagi dari kejauhan.”
Muhammad bin
 Abdul Karim menjelaskan bahwa di salah satu bangunan timur dan barat 
itu terdapat kuburan Akhi Daimun dan Hurmus. Keduanya adalah perwira 
dari Bangsa Yunani. Kuburannya Akhi Daimun dibangun lebih dahulu 
daripada kuburannya Hurmus. Para penduduk Shab-iah dari berbagai 
pelosoknya ramai-ramai berziarah ke sana dengan membawa harta yang 
banyak untuk menunaikan nadzar mereka. Di belakang bangunan itu jika 
dilihat dari wilayah barat maka akan ditemukan 400 kota yang ramai 
tanpa desa.”
Kembali Imam Abul Hasan al-Mas’udi menjelaskan dalam kitabnya Muruj adz-Dzahab:
 “Setelah selesai membangun bangunan itu maka Raja Suraid menghiasinya 
dengan sutra berwarna-warni dari atas sampai bawah. Dan ia 
menjadikan tempat ini sebagai hari raya yang dihadiri oleh para pembesar
 dari kotanya. Di samping bangunan itu tertulis: “Ini adalah bangunan Suraid bin Syahluq.”
Ia
 membangunnya selama 60 tahun. Siapapun yang ingin menghancurkan 
bangunan itu, maka dibutuhkan waktu 600 tahun. Padahal umumnya merusak 
itu lebih mudah daripada membangun. Dan cerita ini adalah yang benar.”
Dikatakan
 bahwa tatkala Khalifah al-Ma’mun membuka pintu pada bangunan yang besar
 itu maka ditemukan sebongkah batu marjan berbentuk papan yang di 
dalamnya terdapat tulisan dari goresan pena kuno “Ini adalah bangunan Suraid…”
No comments:
Post a Comment