Thursday, January 15, 2015

Kisah Nabi Nuh AS ( Bagian Keempat )

Persiapan Pemberangkatan Perahu Nabi Nuh As.
Setelah perahu Nabi Nuh As. jadi sempurna, dengan izin Allah Swt. ia mampu berbicara dengan keras: Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah,Tuhan Yang Maha Awal dan Yang Maha Akhir. Aku adalah perahu, barangsiapa yang menaikiku maka ia akan selamat dan siapa yang enggan padaku maka akan hancur.”

Lalu Nabi Nuh As. berseru kepada kaumnya: “Sudah percayakah kalian sekarang?”

Mereka menjawab dengan angkuh: “Ini adalah sihirmu wahai Nuh!”

Kemudian Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Nuh: “MurkaKu sudah memuncak bagi orang yang mendurhakaiKu.”

Lalu Allah Swt. memerintahkan Nabi Nuh membawa bekal makanan pokok yang cukup untuk 6 bulan dan membuatkan wadah sebagai tempat air tawar. Kemudian Allah Swt. menurunkan bola mata dari surga yang mempunyai cahaya seperti cahaya matahari untuk Nabi Nuh As. Dengan itu Nabi Nuh As. bisa mengetahui pergantian siang dan malam serta lewatnya waktu-waktu.

Nabi Nuh As. kemudian meminta izin kepada Allah Swt. untuk melakukah ibadah haji terlebih dahulu dan Allah Swt. pun mengizinkannya. Maka berangkatlah Nabi Nuh untuk menunaikannya.

Tatkala Nabi Nuh As. menuju Makkah, kaumnya ingin menghancurkan perahu tersebut. Lalu Allah Swt. memerintahkan para malaikat agar mengangkat perahu itu di antara langit dan bumi. Para malaikat pun mengangkatnya dan kaum Nabi Nuh melihat kejadian itu.

Sesampainya Nabi Nuh As. di Makkah beliau langsung thawaf di Baitullah sebanyak 7 kali putaran serta berdoa untuk kaumnya dan Allah Swt. mengkabulkan doanya tadi.

Sewaktu Nabi Nuh As. pulang dari Makkah maka Allah Swt. menurunkan perahu tersebut di atas permukaan bumi (tempat semula). Kemudian Allah mewahyukan kepadanya agar naik ke atas gunung dan berteriak dengan sekeras-kerasnya: “Wahai para hewan liar, burung-burung, para hama-kutu dan semua yang bernyawa, kemarilah dan naiklah kalian semua dalam perahu karena adzab sudah dekat.”

Teriakan Nabi Nuh As. tadi terdengar sampai arah barat dan timur. Sehingga para hewan liar, burung-burung, hewan ternak dan kutu, semuanya berdatangan menghadap Nabi Nuh dengan berduyun-duyun. Kemudian Nabi Nuh As. berkata: “Sungguh aku telah diperintah agar membawa kalian bersamaku secara sepasang-sepasang.”

Lalu Allah Swt. memberi perintah kepada Nabi Nuh untuk membawa semua kayu serta membawa jasad NabiAdam As. dan Siti Hawa. Ditaruhlah jasad keduanya di dalam peti. Nabi Nuh juga membawa hajar aswad dan tongkat Nabi Adam yang dibawa turun dari surga dan menaruhnya dalam peti bersama TabutShuhuf (lampiran-lampiran kitab suci) dan as-Simthu.

Adapun pengikut Nabi Nuh yang bersedia masuk dalam perahu berjumlah 40 orang laki-laki dan 40 orang perempuan dan mereka ditempatkan pada lantai pertama. Sedangkan di lantai kedua penghuninya adalah para hewan liar dan hewan-hewan ternak.

Diceritakan bahwa hewan yang paling akhir memasuki perahu adalah keledai, dikarenakan ekornya diikat oleh Iblis sehingga menjadikannya sulit untuk masuk. Nabi Nuh menyangka bahwa keledai enggan untuk ikut masuk perahu seraya berkata padanya: “Masuklah wahai terkutuk (yang dilaknat)!”

Kemudian keledai itu pun masuk bersama Iblis. Disaat Nabi Nuh As. melihatnya, beliau pun berkata: “Siapa yang mengizinkanmu masuk ke sini?”

Lalu Iblis menjawab: “Kamu sendiri yang mengijinkanku masuk. Bukankah engkau berkata  “Masuklah wahai terkutuk?” Dan tiada satupun yang terkutuk di dunia ini selain aku.”

Undang-undang Bagi Para Penumpang Perahu Nabi Nuh As.
Diriwayatkan bahwa ketika Nabi Nuh As. berada di dalam perahu itu beliau membuat undang-undang melarang semua penumpang untuk berhubungan intim karena dikhawatirkan akan berkembang biak dan tempatnya akan menjadi sempit. Maka semua penumpang mematuhi undang-undang tersebut terkecuali anjing. Anjing justru melakukan hubungan intim dengan betinanya. Kucing yang melihatnya pun melaporkan hal itu kepada Nabi Nuh As.

Akan tetapi anjing mengingkari perbuatannya itu dan bahkan mengulangi perbuatan terlarangnya itu sampai 2 atau 3 kali. Kemudian kucing pun melaporkannya kembali kepada Nabi Nuh As. Lantas Nabi Nuh As. memanggil kedua anjing itu dengan aib.

Mulai saat itulah terjadi permusuhan antara  kucing dan anjing. Aib itu kemudian menimpa pada mereka setiap hendak melakukan hubungan intim. Kucing berujar: “Setiap aku berhubungan intim, aku berkeinginan agar tidak melihat anjing dan anjing pun tidak melihatku.”

Diceritakan bahwa ketika kotoran-kotoran hewan sudah banyak berceceran di dalam perahu, maka para penumpang mengadu kepada Nabi Nuh As. Lalu Allah Swt. mewahyukan kepada Nabi Nuh As.: “Peraslah ekor gajah.”

Ketika Nabi Nuh As. memeras ekor gajah tersebut keluarlah babi jantan dan betina. Kemudian babi-babi itu memakan semua kotoran-kotoran yang tercecer.

Setelah itu Allah Swt. menciptakan tikus jantan dan betina dari bersinnya babi. Tikus-tikus itu beranak-pinak dan terus menggerogoti kiri-kanannya perahu. Melihat kejadian itu, para penumpang pun mengadu kembali. Akhirnya para kucing liar (musang) memangsa dan memakan tikus-tikus itu dengan cepat sampai musnah. Sejak itulah awal mula terjadinya permusuhan antara tikus dan kucing liar.

Ramalan Akan Datangnya Banjir Bandang Nabi Nuh AS.
Diceritakan dari Ibnu Washif Syah bahwa tidak ada raja Mesir yang lebih kaya dari Raja Suraid. Sesuatu yang menimpanya, yaitu 300 tahun sebelum terjadi bencana tofan, dia bermimpi seolah-olah langit pindah ke bumi sehingga seperti lubang penggalian dan bintang-bintang berjatuhan. Sedangkan matahari dan rembulan dekat sekali dengan bumi. Ia juga melihat burung-burung putih menyambar manusia dan bertemu di antara dua gunung dan seolah-olah dunia menjadi hitam kelam dan gelap gulita. Semua manusia berkumpul di suatu gunung untuk menyelamatkan diri. Setelah bermimpi tersebut, dia terbangun dan merasa sangat ketakutan.

Esok harinya Raja Suraid mengundang para dukun yang berjumlah 100 dukun laki-laki. Para dukun itu tidak mampu memutuskan suatu masalah terkecuali dengan melihat perbintangan terlebih dahulu.

Akhirnya Raja Suraid pun menceritakan mimpinya itu dan para dukun berkata:“Mimpimu adalah golongan langit. Yang mana dengan mimpi ini semua alam dan penduduk bumi bisa hancur lebur.”

Lalu Raja berkata: “Ambillah kesimpulan dari bintang di atas sana.”

Tatkala para dukun melihat ke atas lalu mereka berkata: “Saya melihat bulan pada zodiak cancer dan itu telah mendekati ikan, maka kehancuran yang timbul adalah perkara tofan dan musibah ini adalah golongan air langit.”

Akhirnya Raja bertanya: “Apakah musibah ini juga menimpa negara ini?”

Mereka pun menjawab: “Iya , musibah itu akan menimpa negara kita dan negara akan hancur dalam masa yang panjang.”

Raja bertanya lagi: “Lihatlah , apakah negara kita akan kembali ramai seperti semula?”

“Negara ini akan kembali lebih bagus dari yang ada saat ini,” jawab para dukun.

Maka Raja Suraid memerintahkan untuk membangun kota dengan pondasi setinggi kotanya lalu berkata: “Kita menjadikan tempat ini sebagai kuburan kita. Lalu pindahkan banyak barang-barang, baik harta benda, perhiasan, alat-alat perang, patung-patung indah dan wadah-wadah yang bagus yang terdiri dari barang tambang. Lalu tulis rajah-rajah serta ilmu-ilmu perbintangan yang isinya menceritakan suatu kejadian masa depan sampai tuntas. Serta ceritakan raja-raja yang menguasai negara, Islam maupun kafir.”

Para dukun itu juga memberi kabar bahwa bencana tofan ini tidak lama menimpa bumi, hanya selama 40 hari. Lalu dibangunlah kota itu dengan pengaturan udaranya dan memindahkan apa-apa yang sudah direncakan. Raja Suraid berkata: “Jika kita selamat dari bencara tofan ini, maka kita akan kembali dan menemukan harta-harta yang kita miliki. Namun jika kita binasa maka bangunan ini adalah sebagai kuburan jasad kita yang dapat menjaga dari kehancuran.”

Semua orang, baik para menteri, hakim dan seluruh pejabat negara juga membuat sebuah bangunan untuk melindungi jasad mereka dari bencana tofan.

Al-Mas’udi dalam kitab Muruj adz-Dzahab mengatakan: “Sesungguhnya di setiap 1 bangunan ada 7 rumah, sebagaimana 7 bintang yang berjalan. Dan di dalam rumah tersebut ada patung-patung yang terbuat dari emas yang disepuh dengan perhiasan indah. Di telinga-telinga patung itu ada mutiara sebesar telur ayam. Dan di setiap bangunan juga terdapat peti yang terbuat dari marmer hijau yang digunakan untuk menyimpan mayat pemiliknya masing-masing lengkap disertai lampiran nama, biografi dan masa jabatannya. Di dalamnya juga ditulis “Dalam bangunan ini ada jalan tembus menuju Kota Fayyum dengan menempuh perjalanan 2 hari”.

Misteri Bangunan Kuno dalam Sumur
Syaikh Syihab al-Hijazi pernah menceritakan: “Kami, sebanyak 11 rombongan, keluar dari Masjid Jami’ al-Azhar dengan membawa keledai dan tali-tali panjang yang diletakkan di atasnya. Sesampai kami di sebuah kota besar, tempat tujuan, kami berdiri di atas sumur. Di situ ada seseorang pemberani dengan segera membuka bajunya.

Lalu kami ikat perutnya dengan tali yang kami bawa tadi. Ia pun masuk ke dalam sumur dengan tali yang terikat. Setelah turun ke bawah, ternyata tali sudah habis sedangkan dasar sumur belum terjangkau. Sehingga sorban-sorban yang kami pakai digunakan pula untuk menyambung tali-tali tadi.

Namun, di tengah-tengah sumur sambungan sorban dan tali itu tiba-tiba terputus sehingga terjatuhlah sang pemberani ke dasar sumur. Kami tak lagi mendapati kabar mengenai orang yang di dalam sumur itu. Sampai akhirnya kami  beserta rombongan memutuskan untuk pulang dan meninggalkannya dengan penuh ketakutan dan penyesalan. Lalu kami memasuki kota dengan menyamar sehingga tidak ada yang mengenal tentang kami.

Di hari kemudian, seminggu setelah kehilangannya, kami pergi menuju masjid jami’. Kami tersentak kaget, karena tiba-tiba kami bertemu dengan orang yang terjebak dalam sumur itu. Orang itu masuk menemui kami dengan kondisi yang sangat lemah. Sesampainya di depan pintu masjid, ia mendekati kami dan langsung terjatuh pingsan.

Disaat ia tersadar dari pingsannya, kami memintanya untuk menceritakan kejadian yang telah menimpanya beberapa hari lalu dalam sumur. Laki-laki itu pun memulai ceritanya: “Setelah aku benar-benar terjatuh ke dasar sumur, aku melihat ada sesosok makhluk halus yang menaikiku. Ia memberiku barang lunak.

Kemudian kubakar barang itu dengan kayu bakar, pada lilin. Kemudian aku berjalan dengan lilin itu. Kutemukan di dalamnya sesuatu yang banyak, kotoran kelelawar dan lainnya. Aku juga melihat jasad-jasad yang memiliki postur tubuh sangat besar dan tinggi. Semua jasad itu berdiri tegak menggunakan tongkat. Kudekati salah satu jasad itu, kusentuh dan kugerak-gerakkan. Seketika hancurlah jasad itu. Lalu kuambil tongkat itu dari tangannya dan kubawa untuk berjalan.

Tiba-tiba aku tersentak kaget. Kulihat ada pintu dan juga sebuah teras. Aku terus berjalan menuju teras depan itu, rasa takut dan gemetar semakin menggelayutiku. Di teras itu kutemukan banyak tulang-belulang yang telah hancur serta tengkorak-tengkorak kepala yang besarnya sebesar semangka.

Lantas kuteruskan berjalan penuh ketakutan, tiba-tiba kulihat sosok makhluk berjalan di depanku. Tubuhku semakin gemetar tak karuan. Aku bergumam dalam hati: “Makhluk apakah itu?” Kutoleh perlahan, ternyata seekor “Lenggarangan.”

Akhirnya aku berjalan mengikuti langkah hewan itu hingga keluar dari lubang. Dan kulihat ada seberkas sinar dunia. Rasa menggebu-gebu ingin segera keluar dari gelapnya ruangan semakin tak terbendung lagi. Tapi apalah dayaku tak mampu melakukannya.

Kemudian kugali lubang itu dengan tongkat yang ada di tanganku. Menjadi longgarlah lubang itu sedikit demi sedikit dan akhirnya aku bisa keluar dari tempat yang mengerikan itu.

Tatkala kusadari bahwa aku telah berada di permukaan bumi, maka terjatuhlah aku sehingga membuatku tak sadarkan diri. Aku tak tahu , ada di belahan bumi manakah aku. Tiba-tiba aku melihat sosok manusia di hadapanku dan ia berkata: “Berdirilah wahai pemuda, karena rombonganmu telah pergi dan meninggalkanmu.”

Kutanyakan: “Di manakah aku?”

Dijawab: “Kamu sekarang berada di padang pasir kota Fayyum.”

Akhirnya aku berdiri dan ikut dengan rombongan laki-laki tadi. Ternyata ketika aku keluar dari lubang tadi, aku menemukan emas yang sangat bagus yang menempel di tongkat yang kubawa. Dan setelah aku siuman, ternyata tongkat itu telah raib dari genggamanku. Begitupun dengan lubang yang aku lihat tadi, tiba-tiba turut lenyap dan raib dari hadapanku. Aku menjadi bingung, tiba-tiba aku mendengar ada suara berseru: “Janganlah kau berharap tongkat itu bisa kembali lagi padamu.”

Lalu kuikutilah rombongan tersebut sehingga aku bisa masuk kembali ke kota ini.”

Abu Raihan al-Beiruti dalam kitabnya al-Atsar al-Baqiyah min Qurun al-Khaliyahmengatakan: “Sesungguhnya bangunan besar sebelah timur itu di dalamnya terdapat sebuah berhala yang terbuat dari marjan putih dan hitam, mempunyai dua mata yang terbuka dan bersinar mencorong. Berhala itu duduk di atas kursi yang terbuat dari emas dan tangannya membawa tongkat. Ketika ada salah satu orang yang mendekat maka berhala itu akan mengeluarkan suara yang sangat keras. Sehingga keluarlah orang yang mendekat tadi dan menjauh dari tempat itu. Tapi meskipun telah menjauh, suara berhala itu akan terus mengejar dan mengikuti orang itu sampai orang itu mati.

Sedangkan bangunan yang berada di sebelah barat itu juga terdapat sebuah berhala yang terbuat dari batu shawwan. Berhala itu juga duduk di atas kursi yang terbuat dari emas. Di kepalanya ada semacam ular yang melingkari lehernya. Ketika ada salah seorang yang mendekat maka ular itu akan melompat dan melilit pada leher orang tersebut sampai orangnya mati. Dan kemudian ular itu akan kembali pada tempatnya semula.

Kemudian pada bangunan kecil yang dihias dengan batu shawwan, di sana juga terdapat berhala yang terbuat dari bukhti. Siapapun yang melihat berhala itu maka berhala itu akan menyedot orang tersebut sehingga tidak bisa terlepas dan matilah orang itu di sana.”

Bangunan Kuno Raja Suraid
Imam al-Mas’udi kembali menceritakan: “Ketika Raja Suraid telah selesai membangun kota tersebut maka ia menguasakannya kepada segolongan arwah-arwah. Kemudian disembelihlah hewan-hewan kurban untuknya dengan tujuan menolak siapapun yang ingin merusak atau berbuat jahat dengan bangunan itu.

Setelah itu kota bagian timur dipasrahkan Raja Suraid kepada anak kecil tampan, putih kulitnya, telanjang dan bergigi besar dan tajam.

Sedangkan kota bagian barat dipasrahkan kepada seorang wanita yang telanjang yang memperlihatkan kemaluannya. Wanita itu tertawa terbahak-bahak di hadapan manusia sehingga manusia tergoda untuk mendekati wanita tersebut. Setelah didekati maka wanita tersebut menjatuhkan tubuhnya sehingga manusia tersebut kehilangan akalnya/gila.

Adapun kota kecil yang berwarna-warni dijaga seseorang yang tangannya selalu memegang dupa dan memakai pakaian pendeta serta selalu membakar dupa di kiri-kanan bangunan itu. Dan segerombolan orang dari tanah Jibrah menjelaskan: “Sesungguhnya penduduk Jibrah seringkali melihat penjaga tersebut yang selalu berjalan mengelilingi kota itu disaat terik matahari dan diwaktu terbenamnya matahari. Ketika mereka mendekatinya maka penjaga itu menghilang dan ketika mereka menjauh maka ia menampakkan dirinya lagi dari kejauhan.”

Muhammad bin Abdul Karim menjelaskan bahwa di salah satu bangunan timur dan barat itu terdapat kuburan Akhi Daimun dan Hurmus. Keduanya adalah perwira dari Bangsa Yunani. Kuburannya Akhi Daimun dibangun lebih dahulu daripada kuburannya Hurmus. Para penduduk Shab-iah dari berbagai pelosoknya ramai-ramai berziarah ke sana dengan membawa harta yang banyak untuk menunaikan nadzar mereka. Di belakang bangunan itu jika dilihat dari wilayah barat maka akan ditemukan 400 kota yang ramai tanpa desa.”

Kembali Imam Abul Hasan al-Mas’udi menjelaskan dalam kitabnya Muruj adz-Dzahab: “Setelah selesai membangun bangunan itu maka Raja Suraid menghiasinya dengan sutra berwarna-warni dari atas sampai bawah. Dan ia menjadikan tempat ini sebagai hari raya yang dihadiri oleh para pembesar dari kotanya. Di samping bangunan itu tertulis: “Ini adalah bangunan Suraid bin Syahluq.”

Ia membangunnya selama 60 tahun. Siapapun yang ingin menghancurkan bangunan itu, maka dibutuhkan waktu 600 tahun. Padahal umumnya merusak itu lebih mudah daripada membangun. Dan cerita ini adalah yang benar.”

Dikatakan bahwa tatkala Khalifah al-Ma’mun membuka pintu pada bangunan yang besar itu maka ditemukan sebongkah batu marjan berbentuk papan yang di dalamnya terdapat tulisan dari goresan pena kuno “Ini adalah bangunan Suraid…”

No comments:

Post a Comment

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...