Friday, August 19, 2016

Hutang dan Kematian

Hal (mengerikan) ini pernah admin rasakan sendiri. Ketika itu saya punya piutang kepada teman saya. Dan celakanya saya  tidak tahu kalau teman saya sudah meninggal. Yang bikin kaget adalah dia datang ke mimpi saya dengan maksud mau melunasi hutangnya. Saya baru tahu kurang lebih seminggu kemudian.

Adakah anda seseorang yang senang menunda pembayaran hutang, padahal anda sanggup melunasinya segera? Sebaiknya, pikirkanlah baik-baik perihal itu, sebab bisa jadi perkara hutang itu dapat menghalangi anda memasuki surga yang telah dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda, “Roh seorang mukmin masih terkatung-katung (sesudah wafatnya) sampai hutangnya di dunia telah lunas.” (HR. Ahmad)
Perihal hadits itu, Al-‘Iroqi berkomentar, “Urusannya masih menggantung, tidak ada hukuman baginya yaitu tidak bisa ditentukan, apakah ia selamat ataukah binasa, sampai dilihat bahwa hutangnya lunas atau tidak.” (Tuhfatul Ahwadzi, 3/142)

Tak hanya itu, bahkan Rasulullah saja enggan untuk mensholati jenazah yang masih mengemban hutang. Diriwayatkan oleh Salamah bin Al-Akwa’, ia berkata, bahwa suatu ketika, saat ia duduk di sisi Rasulullah bersama sahabat-sahabat lain, didatangkan satu jenazah. Lalu, Rasulullah bertanya,
“Apakah ia memiliki hutang?”
Para sahabat menjawab, “Tidak.”
Rasulullah bertanya lagi, “Apakah ia meninggalkan sesuatu?”
lantas mereka menjawab, “Tidak.”
Maka, Rasulullah mensholati jenazah itu.
Kemudian, datang para sahabat yang membawa jenazah lainnya, meminta jenazah tersebut disholatkan. Rasulullah bertanya, “Apakah dia memiliki hutang?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Rasulullah bertanya lagi, “Apakah ia meninggalkan sesuatu?”
Mereka menjawab, “Ada, sebanyak 3 dinar.”
Kemudian, Rasulullah mensholati jenazah tersebut.
Maka, datanglah jenazah ketiga. Rasulullah bertanya, “Apakah ia meninggalkan sesuatu?”
Mereka menjawab, “Tidak ada.”
Rasulullah bertanya lagi, “Apakah dia memiliki hutang?”
Mereka menjawab, “Ada, 3 dinar.”
Mendengarnya, beliau mengatakan, “Sholatkanlah sahabat kalian ini.”
Lantas, Abu Qotadah berkata, “Wahai Rasulullah, sholatkanlah dia. Biar aku yang menanggung hutangnya.” Baru setelah itu, Rasulullah mensholatinya. (HR. Bukhari no. 2289)
Dan sungguh, jangan sekali-kali berpikir bahwa dosa hutang dapat dibayar hanya dengan istighfar dan berbuat amalan-amalan baik. Sebab, satu-satunya penebus dosa hutang adalah membayar hutang itu sendiri. Bahkan, seorang mujahid yang mati syahid saja tidak akan diampuni dosa hutangnya. Diriwayatkan oleh ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al-‘Asy, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni, kecuali dosa hutang.”

Waspadalah, wahai para penanggung hutang, sebab Rasulullah pernah mewanti-wanti kita,
bahwasannya siapa saja yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham pun, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan amalan kebaikannya (di hari kiamat nanti), karena di sana (akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Jangan pernah menyepelekan hutang, bila tak mau merugi di hari akhir nanti. Pertimbangkan baik-baik kebutuhan anda, apakah berhutang itu demi memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak atau tidak?
Bahkan, manusia semulia Rasulullah Shallallhu ‘Alaihi Wa Sallam saja berlindung pada Allah atas perbuatan dosa dan lilitan hutang. Sebab, sesungguhnya apabila seseorang sedang berhutang ucapannya cenderung dusta dan ketika berjanji ia akan mengingkarinya.
Wallahu’alam.

No comments:

Post a Comment

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...