Entah sudah berapa kali saya mendengar bapak itu mengingatkan ikhwan-ikhwan yang berada di sampingnya saat shalat berjama’ah akan dimulai agar tidak usah menempelkan kakinya.
“Eh, tak usah ditempelkan kakinya, cukup di dekatkan saja!” Bapak itu ngomongnya tegas, tanpa senyum atau basa-basi. Raut mukanya terlihat temperamental. Jamaah lain yang punya kebiasaan seperti jadi segan. Usut punya usut, ternyata beliau ilfil dengan ikhwah
bercelana cingkrang. Mereka, dalam pandangan beliau, memaksakan diri
merapatkan kaki seolah-olah ingin mengejar kaki orang yang di
sampingnya. Hal yang sama juga admin rasakan. Hal ini malah mejadikan kurang konsentrasi dalam sholat. terutama sehabis sujud ketika mau berdiri lagi. Mereka sibuk mencari kaki orang disebelahnya. Dan yang lebih tak beliau senangi adalah mereka sering menggerakan
tangan atau hal lain dalam shalat yang membuat tidak khusyu. Tidak semua orang yang bercelana cingkrang punya kelakuan kaya gini.
Pernyataan beliau ini ada benarnya. Sebagian ikhwah terlalu bermudahan
dalam melakukan gerakan-gerakan tanpa hajat (حاجة) dalam shalat seperti:
-Menggarukkan dahi
-Memainkan jenggot
-Memperbaiki posisi baju
-Mengorek hidung
-Dan yang lebih menyebalkan adalah mengambil sapu tangan untuk mengelap ingus ketika lagi flu. yang disampingnya jadi ngga konsen. ini pernah admin rasakan sendiri. Teman di samping yang bercelana cingkrang selalu seperti itu.
Syaikh Shaleh al-Fauzan, dalam kitab al-Mulakhkhash al-Fiqhhiyy, memasukkan gerakan-gerakan tsb dan yang sejenisnya dalam shalat tanpa ada kebutuhan dalam bab:
باب في بيان ما يكره في الصلاة
“Penjelasan hal-hal yang dimakruhkan dalam shalat.” Beliau mengungkapkan:
ويكره في الصلاة العبث وعلم بما لا فائدة فيه بيد أو رجل أي لحية أو غير ذلك
"Dan hal lain yang dimakruhkan dalam shalat adalah melakukan hal yang sia-sia atau mengerjakan hal yang tidak bermanfaat baik dengan tangan, kaki, jenggot, pakain atau hal lainnya..." (Hal 70, cetakan dari I'lam as-sunnah, Riyadh)
No comments:
Post a Comment