Friday, May 22, 2015

Tiga Perkara Penghalang Masuk Surga



Barang siapa datang pada hari Kiamat dalam keadaan bebas dari tiga perkara maka ia masuk surga, takabur, khianat, dan hutang. (HR. Nasai dan Ibnu Hibban)
 
Sebagai insan yang beriman kepada Allah SWT serta beriman adanya kehidupan di akhirat kelak, tentunya semua berharap agar kita di akhirat kelak masuk surga. Dan tidak ada dari kita ingin masuk neraka. Naudzubillah mindzalik.
Kita sadar benar bahwa surga akan ditempati oleh orang-orang yg ketika hidup di dunia berbuat baik, kepada sesama manusia, baik sesama lingkungan dan tentunya baik dalam menjalankan ibadahnya kepada Allah SWT. Sedangkan kita juga yakin bahwa mereka adalah merupakan tempatnya orang-orang yang jahat ketika hidup di dunia.
Samping kita yakin bahwa orang baik akan ditempatkan di surga dan orang yang jahat tempatnya di neraka, akan tetapi ternyata kelak akan ada orang yang sholih dan baik akan terhalang masuk surga, karena kematiannya membawa penyakit atau perkara. Sebagaimana diterangkan dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Nasai dan Ibnu Hiban tersebut di atas yang artinya: "Barangsiapa yang datang pada hari kiamat dalam keadaan bebas dari tiga perkara, maka mereka akan masuk surga: Takabur, Khianat, Hutang" (H.R. Nasaidan Ibnu Hiban)
 
Betapa bahayanya dan amat sia-sia kita ini jika kita sudah beriman dan beramal sholeh tetapi terhalang masuk surga dikarenakan matinya kita membawa tiga masalah sebagaimana tersebut daiam Hadist di atas. Maka dari itu mari kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan beramal sholeh selama kita hidup di dunia ini. Dan yang lebih panting mari berupaya agar kita terbebas dari tiga perkara yaitu:

Takabur
Takabur atau sombong ternyata termasuk golongan penyakit yang menghambat seseorang untuk masuk surga. Maka mari kita benar-benar berupaya agar diri kita ini jangan sampai terjangkit penyakit ini. Sombong adalah merupakan salah satu penyakit hati yang selalu ada pada diri manusia, jadi seluruh manusia itu memiliki penyakit untuk sombong, hanya saja ada yang kadarnya rendah, menengah, bahkan sangat tinggi kadar kesombongannya, baik itu sombong kepada Allah,, bahkan sombong kepada sesama manusia.
Sombong kepada Allah diterangkan dalam Al-Qur'an Surat At-Mu'minun. Ayat 60, artinya: " Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina". Dan sedangkan sombong kepada manusia banyak sekali dikisahkan, oieh Allah dalam Al-Qur'an.
Khianat
Khianat merupakan juga penyakit yang menghambat masuknya seseorang ke dalam surga dan khianat sangat melekat pada manusia terutama kebanyakan adalah para pejabat tinggi, politikus dan tidak luput pula diri kita juga dihinggapi penyakit khianat. Jadi pejabat yang menyalahgunakan jabatannya, jadi pegawai melemparkan tanggungjawabnya, jadi politikus suka ingkar-janji dan lain sebagainya.
Padahal ketika dilantik menjadi pejabat bersumpah, ketika jadi pegawai juga disumpah dengan sumpah pegawainya dan juga para politikus juga demikian narnun apa ujung- ujungnya? Negeri ini miskin dan termiskin padahal kita ini kaya dengan sumber alamnya. Negeri Kita ini mashur dimana-mana dengan, korupsinya, padahal orang sudah paham bahwa bangsa Indonesia adalah negeri yang penghuninya mayoritas beragama. Dan bahkan bangkrut sudah kita ini karena ulah para pengkhianat-pengkhianat bangsa.

Hutang
Hutang termasuk penyakit yang menghambat masuknya seseorang kedalam surga, padahal Negara kita ini terkenal dengan hutangnya, jika dibagikan kepada setiap jiwa bangsa Indonesia perjiwa terbebani hutang lebih dari Rp. 1.000.000. Semoga kita tidak terhalang masuk surga karena hutang negara kita ini. Hutang yang dimaksud oleh Nabi Muhammad SAW adalah hutang sesama rnanusia. Untuk itu sebagai seorang rnuslim tidak boleh mengabaikan terhadap hutang.
Nabi Muhammad bersabda yang hutang dan yang menghutangi itu kewajibannya sama yang menghutangi wajib menagih dan yang hutang juga wajib membayar meskipun hutangnya hanya sebungkus vetsin ataupun sebuah jarum. Berdosalah orang yang menghutangi jika tidak mau menagih, dan berdosa pula orang yang berhutang tapi tidak mau membayar. Maka mari kita sebagai Muslim, jadilah orang yang bertanggungjawab. Jangan membiarkan saudara kita mati membawa hutang, atau jangan sampai jika kita ini mati membawa hutang. Bahaya, celaka dan sia-sia kebaikan selama di dunia. Betapa pentingnya hutang itu harus dibayar ketika kita ini masih hidup di dunia. Sehingga pernah diriwayatkan, Rasullah SAW tidak berkenan untuk menyalati sahabatnya yang mati dalam pertempuran karena tahu bahwa sahabat yang wafat ini memiliki hutang. Setelah ada yang menjamin hutangnya baru Rasulullah berkenan untuk menyalatinya. 

Terlebih bahayanya hutang ini, sehingga para ulama, para kayim, ketika menyampaikan pidato mengantarkan jenazah yang akan dimakamkan mengingatkan kepada kita yang hadir agar siapapun yang memiliki hubungan hutang-piutang dengan almarhum agar segera menghubungi ahli waris ataupun keluarga untuk segera menyelesaikannya.
Jika ada hutang yang pantas diikhlaskan, semoga diikhlaskan agar almarhum dengan lancar menghadap Allah SWT Dan bahkan: orang yang mati syahid pun akan diampuni seluruh hutangnya kecuali yang satu yaitu hutang. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW Artinya: "Setiap dosa yang mati diampuni kecuali hutang". (H.R. Muslim)

Marilah kita semua siapa saja yang mempunyai hutang dan berniat untuk hutang maka kita juga harus berniat untuk membayarnya. Jangan suka berhutang tapi kita tidak bertanggungjawab. Suka hutang tapi melarikan diri. Berkelit jika ditagih apa lagi marah-rnarah dan sampai memutuskan tali persaudaraan. Berdoalah kepda Allah agar Allah yang membayarnya, Allah Maha Kaya tentunya kita berdoa juga diringi dengan kerja keras dan berupaya untuk membayarnya. Semoga kita terbebas darr ketiga penyakit ini, sehingga kita lancar masuk ke dalam surga Allah SWT. Wallahu'alam bishowab. 

Nasihat Bagi Penguasa
Mengatakan kebenaran kepada penguasa yang menyeleweng memang perlu keberanian yang tinggj, sebab resikonya besar. Bisa-bisa akan kehilangan kebebasan, mendekam dalam penjara, bahkan lebih jauh lagi dari itu, nyawa bisa melayang. Karena itu, tidaklah mengherankan ketika pada suatu saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya oleh seorang sahabat perihal perjuangan apa yang paling utama, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab, "Mengatakan kebenaran kepada penguasa yang menyeleweng."
Demikian sabda Tasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana yang dikisahkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa'i, Abu Daud, danTirmidzl. berdasarkan penuturan Abu Sa'id al-Khudry Radhiyallahu 'anhu, dan Abu Abdillah Thariq bin Syihab al-Bajily al-Ahnasyi. Oleh sebab itu, sedikit sekali orang yang berani melakukannya, yakni mengatakan kebenaran kepada penguasa yang menyeleweng.
Di antara yang sedikit itu (orang yang pemberani) terdapatlah nama Thawus al-Yamani. la adalah seorang tabi'in, yakni generasi yang hidup setelah para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bertemu dengan mereka dan belajar dari mereka. Dikisahkan, suatu ketika Hisyam bin Abdul Malik, seorang khalifah dari Bani Umayyah, melakukan perjalanan ke Mekah guna melaksanakan ibadah haji.
Di saat itu beliau meminta agar dipertemukan dengan salah seorang sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang hidup. Namun sayang, ternyata ketika itu tak seorang pun sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang masih hidup. Semua sudah wafat. Sebagai gantinya, beliau pun meminta agar dipertemukan dengan seorang tabi'in.
Datanglah Thawus al-Yamani menghadap sebagai wakil dari para tabi'in. Ketika menghadap, Thawus al-Yamani menanggalkan alas kakinya persis ketika akan menginjak permadani yang dibentangkan di hadapan khalifah. Kemudia ia langsung saja nyelonong masuk ke dalam tanpa mengucapkan salam perhormatan pada khalifah yang tengah duduk menanti kedatangannya. Thawus al-Yamani hanya mengucapkan salam biasa saja, "Assalamu'alaikum," langsung duduk di samping khalifah seraya bertanya, "Bagaimanakah keadaanmu, wahai Hisyam?"
Melihat perilaku Thawus seperti itu, khalifah merasa tersinggung. Beliau murka bukan main. Hampir saja beliau memerintahkan kepada para pengawalnya untuk membunuh Thawus. Melihat gelagat yang demikian, buru-buru Thawus berkata, "Ingat, Anda berada dalam wilayah haramullah dan haramurasulihi (tanah suci Allah dan tanah suci Rasul-Nya). Karena itu, demi tempat yang mulia ini, Anda tidak diperkenankan melakukan perbuatan buruk seperti itu!""Lalu apa maksudmu melakukakan semua ini?" tanya khalifah."Apa yang aku lakukan?" Thawus balik bertanya.
Dengan geram khalifah pun berkata, "Kamu tanggalkan alas kaki persis di depan permadaniku. Kamu masuk tanpa mengucapkan salam penghormatan kepadaku sebagai khalifah, dan juga tidak mencium tanganku. Lalu, kamu juga memanggilku hanya dengan nama kecilku, tanpa gelar dan kun-yahku. Dan, sudah begitu, kamu berani pula duduk di sampingku tanpa seizinku.
Apakah semua itu bukan penghinaan terhadapku?""Wahai Hisyam!" jawab Thawus, "Kutanggalkan alas kakiku karena aku juga menanggalkannya lima kali sehari ketika aku menghadap Tuhanku, Allah 'Azza wa Jalla. Dia tidak marah, apalagi murka kepadaku lantaran itu.""Aku tidak mencium tanganmu lantaran kudengar Amirul Mukminin Ali Radhiyallahu 'anhu pernah berkata bahwa seorang tidak boleh mencium tangan orang lain, kecuali tangan istrinya karena syahwat atau tangan anak-anaknya karena kasih sayang."
"Aku tidak mengucapkan salam penghormatan dan tidak menyebutmu dengan kata-kata amiirul mukminin lantaran tidak semua rela dengan kepemimpinanmu; karenanya aku enggan untuk berbohong.""Aku tidak memanggilmu dengan sebutan gelar kebesaran dan kun-yah lantaran Allah memanggil para kekasih-Nya di dalam Alquran hanya dengan sebutan nama semata, seperti ya Daud, ya Yahya, ya 'Isa; dan memanggil musuh-musuh-Nya dengan sebutan kun-yah seperti Abu Lahab...."
"Aku duduk persis di sampingmu lantaran kudengar Amiirul Mukminin Ali Radhiyallahu 'anhu pernah berkata bila kamu ingin melihat calon penghuni neraka, maka lihatlah orang yang duduk sementara orang di sekitarnya tegak berdiri." Mendengar jawaban Thawus yang panjang lebar itu, dan juga kebenaran yang terkandung di dalamnya, khalifah pun tafakkur karenanya.
Lalu ia berkata, "Benar sekali apa yang Anda katakan itu. Nah, sekarang berilah aku nasehat sehubungan dengan kedudukan ini!" "Kudengar Amiirul Mukminin Ali Radhiyallahu 'anhu berkata dalam sebuah nasehatnya," jawab Thawus, "Sesungguhnya dalam api neraka itu ada ular-ular berbisa dan kalajengking raksasa yang menyengat setiap pemimpin yang tidak adil terhadap rakyatnya."
Mendengar jawaban dan nasehat Thawus seperti itu, khalifah hanya terdiam, tak mengeluarkan sepatah kata pun. la menyadari bahwa menjadi seorang pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana serta tidak boleh meninggalkan nilai-nilai keadilan bagi seluruh rakyatnya. Setelah berbincang-bincang beberapa lamanya perihal masalah-masalah yang penting yang ditanyakan oleh khalifah, Thawus al-Vamani pun meminta diri. Khalifah pun memperkenankannya dengan segala hormat dan lega dengan nasehat- nasehatnya.

Mutiara Hadits
Dari 'Abdullah bin Umar d. Dari Nabi beliau bersabda: "Janganlah seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya kemudian dia mendudukinya. Akan tetapi membagi sebagian tempat duduknya kepada temannya bila tempat duduknya luas".Bergeserlah dan meluaslah kalian ( dari tempat duduk pen.) (H.R. Bukhari dan Muslim )
Makna hadits: Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya tentang kemulian akhlaq. Diantaranya, adab tentang duduk. Seseorang tidak boleh menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya lalu mendudukinya. Karena hal tersebut akan memasukan kesombongan kedalam dirinya dan menghina pada orang yang disuruh berdiri dari tempat duduknya. Perbuatan tersebut juga mengandung pelanggaran hak terhadap orang lain. Akan tetapi, bila tempat duduknya sempit untuk diduduki dua orang, hendaklah mereka berbagi tempat duduk untuk duduk bersama dengan mereka. Apabila mereka tidak dapat melakukannya, maka hendaklah berbagi tempat duduk.
Mutiara Faedah Hadits:
  1. Barangsiapa yang lebih dahulu duduk di suatu tempat maka dia yang paling berhak duduk ditempat tersebut.
  2. Tidak boleh seseorang menyuruh berdiri orang lain dari tempat duduknya kemudian dia mendudukinya.
  3. Islam menyerukan syari'at untuk memuliakan orang lain.
http://www.voucher-pulsa.net/detail_artikel.php?judul=Ini+Dia+Tiga+Perkara+Penghalang+Masuk+Surga

No comments:

Post a Comment

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...