Barang siapa datang pada hari Kiamat dalam keadaan bebas dari tiga perkara maka ia masuk surga, takabur, khianat, dan hutang. (HR. Nasai dan Ibnu Hibban)
Sebagai insan yang beriman kepada Allah SWT serta
beriman adanya kehidupan di akhirat kelak, tentunya semua berharap agar
kita di akhirat kelak masuk surga. Dan tidak ada dari kita ingin masuk
neraka. Naudzubillah mindzalik.
Kita sadar benar bahwa surga akan ditempati oleh
orang-orang yg ketika hidup di dunia berbuat baik, kepada sesama
manusia, baik sesama lingkungan dan tentunya baik dalam menjalankan
ibadahnya kepada Allah SWT. Sedangkan kita juga yakin bahwa mereka
adalah merupakan tempatnya orang-orang yang jahat ketika hidup di
dunia.
Samping kita yakin bahwa orang baik akan ditempatkan
di surga dan orang yang jahat tempatnya di neraka, akan tetapi
ternyata kelak akan ada orang yang sholih dan baik akan terhalang masuk
surga, karena kematiannya membawa penyakit atau perkara. Sebagaimana
diterangkan dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Nasai dan Ibnu Hiban
tersebut di atas yang artinya: "Barangsiapa yang datang pada hari
kiamat dalam keadaan bebas dari tiga perkara, maka mereka akan masuk
surga: Takabur, Khianat, Hutang" (H.R. Nasaidan Ibnu Hiban)
Betapa bahayanya dan amat sia-sia kita ini jika kita
sudah beriman dan beramal sholeh tetapi terhalang masuk surga
dikarenakan matinya kita membawa tiga masalah sebagaimana tersebut
daiam Hadist di atas. Maka dari itu mari kita beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, dan beramal sholeh selama kita hidup di dunia ini. Dan yang
lebih panting mari berupaya agar kita terbebas dari tiga perkara yaitu:
Takabur
Takabur atau sombong ternyata termasuk golongan penyakit yang menghambat seseorang untuk masuk surga. Maka mari kita benar-benar berupaya agar diri kita ini jangan sampai terjangkit penyakit ini. Sombong adalah merupakan salah satu penyakit hati yang selalu ada pada diri manusia, jadi seluruh manusia itu memiliki penyakit untuk sombong, hanya saja ada yang kadarnya rendah, menengah, bahkan sangat tinggi kadar kesombongannya, baik itu sombong kepada Allah,, bahkan sombong kepada sesama manusia.
Takabur atau sombong ternyata termasuk golongan penyakit yang menghambat seseorang untuk masuk surga. Maka mari kita benar-benar berupaya agar diri kita ini jangan sampai terjangkit penyakit ini. Sombong adalah merupakan salah satu penyakit hati yang selalu ada pada diri manusia, jadi seluruh manusia itu memiliki penyakit untuk sombong, hanya saja ada yang kadarnya rendah, menengah, bahkan sangat tinggi kadar kesombongannya, baik itu sombong kepada Allah,, bahkan sombong kepada sesama manusia.
Sombong kepada Allah diterangkan dalam Al-Qur'an Surat At-Mu'minun. Ayat 60, artinya: " Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina". Dan sedangkan sombong kepada manusia banyak sekali dikisahkan, oieh Allah dalam Al-Qur'an.
Khianat
Khianat merupakan juga penyakit yang menghambat masuknya seseorang ke dalam surga dan khianat sangat melekat pada manusia terutama kebanyakan adalah para pejabat tinggi, politikus dan tidak luput pula diri kita juga dihinggapi penyakit khianat. Jadi pejabat yang menyalahgunakan jabatannya, jadi pegawai melemparkan tanggungjawabnya, jadi politikus suka ingkar-janji dan lain sebagainya.
Khianat merupakan juga penyakit yang menghambat masuknya seseorang ke dalam surga dan khianat sangat melekat pada manusia terutama kebanyakan adalah para pejabat tinggi, politikus dan tidak luput pula diri kita juga dihinggapi penyakit khianat. Jadi pejabat yang menyalahgunakan jabatannya, jadi pegawai melemparkan tanggungjawabnya, jadi politikus suka ingkar-janji dan lain sebagainya.
Padahal ketika dilantik menjadi pejabat bersumpah,
ketika jadi pegawai juga disumpah dengan sumpah pegawainya dan juga
para politikus juga demikian narnun apa ujung- ujungnya? Negeri ini
miskin dan termiskin padahal kita ini kaya dengan sumber alamnya. Negeri
Kita ini mashur dimana-mana dengan, korupsinya, padahal orang sudah
paham bahwa bangsa Indonesia adalah negeri yang penghuninya mayoritas
beragama. Dan bahkan bangkrut sudah kita ini karena ulah para
pengkhianat-pengkhianat bangsa.
Hutang
Hutang termasuk penyakit yang menghambat masuknya seseorang kedalam surga, padahal Negara kita ini terkenal dengan hutangnya, jika dibagikan kepada setiap jiwa bangsa Indonesia perjiwa terbebani hutang lebih dari Rp. 1.000.000. Semoga kita tidak terhalang masuk surga karena hutang negara kita ini. Hutang yang dimaksud oleh Nabi Muhammad SAW adalah hutang sesama rnanusia. Untuk itu sebagai seorang rnuslim tidak boleh mengabaikan terhadap hutang.
Hutang termasuk penyakit yang menghambat masuknya seseorang kedalam surga, padahal Negara kita ini terkenal dengan hutangnya, jika dibagikan kepada setiap jiwa bangsa Indonesia perjiwa terbebani hutang lebih dari Rp. 1.000.000. Semoga kita tidak terhalang masuk surga karena hutang negara kita ini. Hutang yang dimaksud oleh Nabi Muhammad SAW adalah hutang sesama rnanusia. Untuk itu sebagai seorang rnuslim tidak boleh mengabaikan terhadap hutang.
Nabi Muhammad bersabda yang hutang dan yang
menghutangi itu kewajibannya sama yang menghutangi wajib menagih dan
yang hutang juga wajib membayar meskipun hutangnya hanya sebungkus
vetsin ataupun sebuah jarum. Berdosalah orang yang menghutangi jika
tidak mau menagih, dan berdosa pula orang yang berhutang tapi tidak mau
membayar. Maka mari kita sebagai Muslim, jadilah orang yang
bertanggungjawab. Jangan membiarkan saudara kita mati membawa hutang,
atau jangan sampai jika kita ini mati membawa hutang. Bahaya, celaka dan sia-sia kebaikan selama di dunia.
Betapa pentingnya hutang itu harus dibayar ketika kita ini masih hidup
di dunia. Sehingga pernah diriwayatkan, Rasullah SAW tidak berkenan
untuk menyalati sahabatnya yang mati dalam pertempuran karena tahu
bahwa sahabat yang wafat ini memiliki hutang. Setelah ada yang menjamin
hutangnya baru Rasulullah berkenan untuk menyalatinya.
Terlebih bahayanya hutang ini, sehingga para ulama,
para kayim, ketika menyampaikan pidato mengantarkan jenazah yang akan
dimakamkan mengingatkan kepada kita yang hadir agar siapapun yang
memiliki hubungan hutang-piutang dengan almarhum agar segera menghubungi
ahli waris ataupun keluarga untuk segera menyelesaikannya.
Jika ada hutang yang pantas diikhlaskan, semoga
diikhlaskan agar almarhum dengan lancar menghadap Allah SWT Dan bahkan:
orang yang mati syahid pun akan diampuni seluruh hutangnya kecuali
yang satu yaitu hutang. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW Artinya: "Setiap dosa yang mati diampuni kecuali hutang". (H.R. Muslim)
Marilah kita semua siapa saja yang mempunyai hutang
dan berniat untuk hutang maka kita juga harus berniat untuk
membayarnya. Jangan suka berhutang tapi kita tidak bertanggungjawab.
Suka hutang tapi melarikan diri. Berkelit jika ditagih apa lagi
marah-rnarah dan sampai memutuskan tali persaudaraan. Berdoalah kepda
Allah agar Allah yang membayarnya, Allah Maha Kaya tentunya kita berdoa
juga diringi dengan kerja keras dan berupaya untuk membayarnya. Semoga
kita terbebas darr ketiga penyakit ini, sehingga kita lancar masuk ke
dalam surga Allah SWT. Wallahu'alam bishowab.
Nasihat Bagi Penguasa
Mengatakan kebenaran kepada penguasa yang menyeleweng memang perlu keberanian yang tinggj, sebab resikonya besar. Bisa-bisa akan kehilangan kebebasan, mendekam dalam penjara, bahkan lebih jauh lagi dari itu, nyawa bisa melayang. Karena itu, tidaklah mengherankan ketika pada suatu saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya oleh seorang sahabat perihal perjuangan apa yang paling utama, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab, "Mengatakan kebenaran kepada penguasa yang menyeleweng."
Mengatakan kebenaran kepada penguasa yang menyeleweng memang perlu keberanian yang tinggj, sebab resikonya besar. Bisa-bisa akan kehilangan kebebasan, mendekam dalam penjara, bahkan lebih jauh lagi dari itu, nyawa bisa melayang. Karena itu, tidaklah mengherankan ketika pada suatu saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya oleh seorang sahabat perihal perjuangan apa yang paling utama, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pun menjawab, "Mengatakan kebenaran kepada penguasa yang menyeleweng."
Demikian sabda Tasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam sebagaimana yang dikisahkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam an-Nasa'i, Abu Daud, danTirmidzl. berdasarkan penuturan Abu
Sa'id al-Khudry Radhiyallahu 'anhu, dan Abu Abdillah Thariq bin Syihab
al-Bajily al-Ahnasyi. Oleh sebab itu, sedikit sekali orang yang berani
melakukannya, yakni mengatakan kebenaran kepada penguasa yang
menyeleweng.
Di antara yang sedikit itu (orang yang pemberani)
terdapatlah nama Thawus al-Yamani. la adalah seorang tabi'in, yakni
generasi yang hidup setelah para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, bertemu dengan mereka dan belajar dari mereka. Dikisahkan, suatu
ketika Hisyam bin Abdul Malik, seorang khalifah dari Bani Umayyah,
melakukan perjalanan ke Mekah guna melaksanakan ibadah haji.
Di saat itu beliau meminta agar dipertemukan dengan
salah seorang sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
hidup. Namun sayang, ternyata ketika itu tak seorang pun sahabat
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang masih hidup. Semua sudah
wafat. Sebagai gantinya, beliau pun meminta agar dipertemukan dengan
seorang tabi'in.
Datanglah Thawus al-Yamani menghadap sebagai wakil
dari para tabi'in. Ketika menghadap, Thawus al-Yamani menanggalkan alas
kakinya persis ketika akan menginjak permadani yang dibentangkan di
hadapan khalifah. Kemudia ia langsung saja nyelonong masuk ke dalam
tanpa mengucapkan salam perhormatan pada khalifah yang tengah duduk
menanti kedatangannya. Thawus al-Yamani hanya mengucapkan salam biasa
saja, "Assalamu'alaikum," langsung duduk di samping khalifah seraya
bertanya, "Bagaimanakah keadaanmu, wahai Hisyam?"
Melihat perilaku Thawus seperti itu, khalifah merasa
tersinggung. Beliau murka bukan main. Hampir saja beliau memerintahkan
kepada para pengawalnya untuk membunuh Thawus. Melihat gelagat yang
demikian, buru-buru Thawus berkata, "Ingat, Anda berada dalam wilayah
haramullah dan haramurasulihi (tanah suci Allah dan tanah suci
Rasul-Nya). Karena itu, demi tempat yang mulia ini, Anda tidak
diperkenankan melakukan perbuatan buruk seperti itu!""Lalu apa maksudmu
melakukakan semua ini?" tanya khalifah."Apa yang aku lakukan?" Thawus
balik bertanya.
Dengan geram khalifah pun berkata, "Kamu tanggalkan
alas kaki persis di depan permadaniku. Kamu masuk tanpa mengucapkan
salam penghormatan kepadaku sebagai khalifah, dan juga tidak mencium
tanganku. Lalu, kamu juga memanggilku hanya dengan nama kecilku, tanpa
gelar dan kun-yahku. Dan, sudah begitu, kamu berani pula duduk di
sampingku tanpa seizinku.
Apakah semua itu bukan penghinaan terhadapku?""Wahai
Hisyam!" jawab Thawus, "Kutanggalkan alas kakiku karena aku juga
menanggalkannya lima kali sehari ketika aku menghadap Tuhanku, Allah
'Azza wa Jalla. Dia tidak marah, apalagi murka kepadaku lantaran
itu.""Aku tidak mencium tanganmu lantaran kudengar Amirul Mukminin Ali
Radhiyallahu 'anhu pernah berkata bahwa seorang tidak boleh mencium
tangan orang lain, kecuali tangan istrinya karena syahwat atau tangan
anak-anaknya karena kasih sayang."
"Aku tidak mengucapkan salam penghormatan dan tidak
menyebutmu dengan kata-kata amiirul mukminin lantaran tidak semua rela
dengan kepemimpinanmu; karenanya aku enggan untuk berbohong.""Aku tidak
memanggilmu dengan sebutan gelar kebesaran dan kun-yah lantaran Allah
memanggil para kekasih-Nya di dalam Alquran hanya dengan sebutan nama
semata, seperti ya Daud, ya Yahya, ya 'Isa; dan memanggil
musuh-musuh-Nya dengan sebutan kun-yah seperti Abu Lahab...."
"Aku duduk persis di sampingmu lantaran kudengar
Amiirul Mukminin Ali Radhiyallahu 'anhu pernah berkata bila kamu ingin
melihat calon penghuni neraka, maka lihatlah orang yang duduk sementara
orang di sekitarnya tegak berdiri." Mendengar jawaban Thawus yang
panjang lebar itu, dan juga kebenaran yang terkandung di dalamnya,
khalifah pun tafakkur karenanya.
Lalu ia berkata, "Benar sekali apa yang Anda katakan
itu. Nah, sekarang berilah aku nasehat sehubungan dengan kedudukan
ini!" "Kudengar Amiirul Mukminin Ali Radhiyallahu 'anhu berkata dalam
sebuah nasehatnya," jawab Thawus, "Sesungguhnya dalam api neraka itu
ada ular-ular berbisa dan kalajengking raksasa yang menyengat setiap
pemimpin yang tidak adil terhadap rakyatnya."
Mendengar jawaban dan nasehat Thawus seperti itu,
khalifah hanya terdiam, tak mengeluarkan sepatah kata pun. la menyadari
bahwa menjadi seorang pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana serta
tidak boleh meninggalkan nilai-nilai keadilan bagi seluruh rakyatnya.
Setelah berbincang-bincang beberapa lamanya perihal masalah-masalah yang
penting yang ditanyakan oleh khalifah, Thawus al-Vamani pun meminta
diri. Khalifah pun memperkenankannya dengan segala hormat dan lega
dengan nasehat- nasehatnya.
Mutiara Hadits
Dari 'Abdullah bin Umar d. Dari Nabi beliau bersabda: "Janganlah
seseorang menyuruh berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya
kemudian dia mendudukinya. Akan tetapi membagi sebagian tempat duduknya
kepada temannya bila tempat duduknya luas".Bergeserlah dan meluaslah kalian ( dari tempat duduk pen.) (H.R. Bukhari dan Muslim )
Makna
hadits: Nabi Muhammad mengajarkan kepada umatnya tentang kemulian
akhlaq. Diantaranya, adab tentang duduk. Seseorang tidak boleh menyuruh
berdiri kepada orang lain dari tempat duduknya lalu mendudukinya.
Karena hal tersebut akan memasukan kesombongan kedalam dirinya dan
menghina pada orang yang disuruh berdiri dari tempat duduknya.
Perbuatan tersebut juga mengandung pelanggaran hak terhadap orang lain.
Akan tetapi, bila tempat duduknya sempit untuk diduduki dua orang,
hendaklah mereka berbagi tempat duduk untuk duduk bersama dengan
mereka. Apabila mereka tidak dapat melakukannya, maka hendaklah berbagi
tempat duduk.
Mutiara Faedah Hadits:
Mutiara Faedah Hadits:
- Barangsiapa yang lebih dahulu duduk di suatu tempat maka dia yang paling berhak duduk ditempat tersebut.
- Tidak boleh seseorang menyuruh berdiri orang lain dari tempat duduknya kemudian dia mendudukinya.
- Islam menyerukan syari'at untuk memuliakan orang lain.
No comments:
Post a Comment