Orang yang masuk surga ada tiga macam, yaitu: Langsung masuk surga tanpa hisab
(dihitung kebaikan dan keburukannya), masuk surga setelah dihisab, dan
masuk surga setelah diadzab terlebih dahulu di neraka. Tentunya semua
orang akan mengidam-idamkan masuk surga tanpa harus masuk neraka. Tapi
bagaimana caranya? Mungkin ini adalah pertanyaan yang terlintas di benak
setiap orang secara spontan begitu membaca judul ini.
Sempurnakan Tauhid
Agar masuk surga tanpa hisab, syarat yang harus dipenuhi adalah
membersihkan tauhid dari noda-noda syirik, bid’ah, dan maksiat. Alloh
berfirman, “Sesungguhnya Ibrohim adalah seorang imam yang dapat
dijadikan teladan lagi patuh kepada Alloh dan hanif (lurus). Dan
sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan
(Rabb).” (An Nahl: 120). Dalam ayat ini, Alloh memuji nabi Ibrohim
dengan menyebutkan empat sifat, yang apabila keempat sifat ini ada pada
diri seorang insan, maka ia berhak mendapatkan balasan yang tertinggi,
yaitu masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
Mencontoh Para Nabi Dalam Bertauhid
Di dalam Al Qur’an Alloh memberikan uswah (teladan) kepada kita pada dua sosok manusia yaitu Nabi Ibrohim dan Nabi Muhammad ‘alaihimashsholaatu was salaam. Alloh berfirman, “Sesungguhnya
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orang-orang
yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka,
‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah
selain Alloh, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami
dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu
beriman kepada Alloh saja’.” (Al Mumtahanah: 4)
Perhatikanlah, Ibrohim ‘alaihis salam menjadi teladan dengan memurnikan tauhid dengan cara berlepas diri dari kesyirikan. Dalam ayat selanjutnya, Alloh berfirman, “Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrohim dan umatnya) ada teladan yang baik bagi kalian
(yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Alloh dan (keselamatan pada)
hari kemudian.” (QS. Al Mumtahanah: 6). Tidak diragukan lagi,
balasan yang paling besar dan keselamatan yang dimaksud adalah masuk
surga tanpa hisab dan tanpa azab. Itulah keselamatan yang hakiki yang
dinanti oleh setiap jiwa yang pasti akan merasakan mati.
Alloh juga berfirman tentang Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.” (Al Ahzab: 21). Nabi
Muhammad adalah orang yang paling paham tentang tauhid, maka orang yang
hendak mempraktekkan tauhid dalam dirinya harus mencontoh ajaran beliau.
Ya Alloh, masukkanlah kami dalam golongan orang yang mengharap
rahmat-Mu dan banyak menyebut-Mu.
Taat Terhadap Perintah Alloh
Nabi Ibrohim adalah seorang yang sangat patuh kepada Alloh, teguh
dalam ketaatannya dan senantiasa berada dalam ketundukannya, apapun
keadaannya. Buktinya ketika beliau diuji dengan perintah untuk
menyembelih putra kesayangannya, beliau pun tetap patuh melaksanakannya (Qoulul Mufid karya Syaikh Al Utsaimin). Begitu juga keturunannya, pemimpin para Nabi, Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, hamba Alloh yang paling taat. Alloh berfirman, “(Apakah
kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya?” (Az Zumar: 9)
Keluar dari Kegelapan Syirik Menuju Cahaya Tauhid
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Hanif adalah menujukan ibadah hanya kepada
Alloh (tauhid) dan berpaling dari peribadatan kepada selain-Nya
(syirik).” (Fathul Majid). Inilah sifat orang yang akan masuk
surga tanpa hisab dan tanpa adzab, yakni betul-betul menjaga kemurnian
tauhidnya dengan berpaling sejauh-jauhnya dari kesyirikan dengan segala
macam pernak-perniknya. Mujahid berkata, “Nabi Ibrohim adalah seorang
imam walaupun beliau beriman seorang diri di tengah kaumnya yang kafir.”
(Tafsir Ibnu Katsir, An Nahl: 120). Maksudnya beliau adalah
sosok yang selamat dari kesyirikan baik dalam perkataan, perbuatan,
maupun keyakinan.” (Al Jadid karya syaikh Al Qor’awi). Maka untuk memurnikan tauhid, kita harus berpaling dari syirik dan pelakunya.
Tawakkal Kepada Alloh, Itu Kuncinya
Mari kita simak sabda Nabi yang paling kita cintai dan sangat mencintai umatnya, Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam tentang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Beliau bersabda, “Beberapa
umat ditampakkan kepadaku, lalu kulihat seorang nabi bersama beberapa
orang, ada seorang nabi bersama satu atau dua orang, dan ada seorang
nabi yang tidak disertai siapapun. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku satu
golongan dalam jumlah yang amat banyak, sehingga aku mengira mereka
adalah umatku. Maka ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Ini adalah Musa
dan kaumnya.’ Aku melihat lagi, ternyata di sana ada jumlah yang lebih
banyak lagi. Ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Itulah umatmu, tujuh
puluh ribu orang di antara mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa
adzab.’ Kemudian beliau bangkit dan masuk rumah. Maka orang-orang
berkumpul bersama orang-orang yang sudah berkumpul. Sebagian mereka
mengatakan, ‘Barangkali mereka adalah para sahabat Rosululloh shalAllohu
‘alaihi wa sallam.’ Sebagian yang lain mengatakan, ‘Boleh jadi mereka
adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak menyekutukan
sesuatu pun beserta Alloh.’ Mereka pun mengatakan banyak hal. Lalu
Rosululloh shalAllohu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka dan mereka
memberitahukan kepada beliau. Maka beliau bersabda, ‘Mereka adalah
orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta untuk (berobat
dengan cara) disundut dengan api, dan tidak melakukan tathayyur, serta
mereka bertawakal kepada Alloh.’ Lalu ‘Ukkasyah bin Mihshon berdiri dan
berkata, ‘Berdo’alah kepada Alloh agar Dia menjadikan aku termasuk
golongan mereka.’ Beliau bersabda, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’
Kemudian ada orang lain berdiri dan berkata, ‘Berdo’alah kepada Alloh
agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka.’ Beliau bersabda,
‘Engkau sudah didahului ‘Ukasyah.'” (HR. Al Bukhori dan Muslim)
Di antara pelajaran paling berharga yang bisa dipetik dari hadits ini adalah bahwa tidak meminta ruqyah, tidak berobat dengan cara disundut dengan besi panas (kayy), dan tidak menganggap akan mengalami kesialan setelah mendengar atau melihat sesuatu (tathoyyur)
merupakan wujud dan realisasi dari tawakkal kepada Alloh. Karena itulah
Rosululloh menganjurkan kepada umatnya agar tidak melakukan ketiga hal
tersebut, karena pengaruh ruqyah dan kayy yang sangat
kuat sehingga dikhawatirkan seorang hamba menggantungkan harapan
kesembuhannya kepada cara pengobatan tersebut dan bukannya bersandar
kepada Alloh. Khusus untuk tathoyyur maka hukumnya tidak
diperbolehkan. Kesimpulannya, keadaan orang yang akan masuk surga sangat
tergantung dari kadar tawakkal setiap orang, semakin tinggi tingkat
tawakkalnya semakin tinggi pula tingkat kesempurnaan tauhidnya. Allohlah
tempat kita bersandar dan menyerahkan urusan. Wallohu a’lam.
No comments:
Post a Comment