Saudaraku, engkau
yang senang melakukan perjalanan penuh hikmah, gemar mencari pengalaman
orang saleh, dan merenungkan sejarah orang orang terdahulu. Bergabunglah
bersama kami setidaknya lima menit atau lebih. Tujuannya agar engkau
dapat melihat sebuah peristiwa hebat yang akan dilalui manusia seorang
diri.
Sebuah peristiwa yang akan dilalui setiap mukmin dan kafir,
alim dan lalim, laki laki dan perempuan, besar dan kecil, bahkan para
nabi dan rasul pun telah melalui peristiwa mengerikan ini. Sebuah
peristiwa yang pasti akan datang menghampirimu. Untuk itu,kemarilah,
agar engkau bisa melihat, mendengar dan merasakan saat saat itu, bersama
orang orang yang telah mengalami peristiwa tersebut terlebih dahulu.
Mereka telah lebih dahulu mengetahui dan merasakannya.
Saudaraku,
adakah perjalanan yang lebih panjang dari perjalanan ini? Bekal apa
yang diperlukan? Bekal yang kita butuhkan hanyalah amal. “Berbekallah!
Sesungguhnya, sebaik baik bekal adalah takwa.” (Q.S Al Baqarah : 197).
Kematian yang belum kita rasakan, kita tidak mengetahui rasa sakit dan
pedihnya, kecuali kalau kematian itu menimpa kita. Setiap kita pasti
akan menjumpai detik detik yang sulit dan mengerikan. Nafas tersendat –
sendat, mata linglung dan terasa remuk. Itulah detik detik sakaratul
maut. Kita belum pernah merasakan mati. Sakitnya cekikannya dan kepedihannya. Bagaimana rasanya?
Sejenak, mari kita tengok beberapa kondisi hamba yang terlebih dahulu merasakan kematian Amr bin Al-Ash. Ketika Amr meregang nyawa, anaknya bertanya tentang rasa kematian. Amr
menjawab, ” Demi Allah, seakan tubuhku terbaring di atas ranjang. Ketika
bernafas, aku seperti meminum racun. Seakan akan, seongok duri
ditusukkan dari telapak kakiku hingga menembus ubun ubun kepalaku (Jami
Al-Ulum, Hal 449)
Ka’ab bin Malik
Suatu saat, Umar
bertanya kepada Ka’ab,”Beritahulah aku tentang kematian.” Ka’ab
berkata,” Wahai Amirul Mukminin, kematian ibarat sebuah pohon yang
berduri lebat. Pohon itu berada di rongga muluk anak adam. Ia tidak
memiliki urat dan persendian. Adapun malaikat maut seperti lelaki
berlengan kekar. Lelaki itu menggenggam Erat Pohon berduri lebat itu
lalu menarik dengan kasar.” Umar pun Menangis tersedu sedu.
Nabi Muhammad SAW
Ia Adalah Rasulullah, utusan Allah, sebaik baik nabi dan rasul, manusia
paling mulia di sisi Allah. Pada saat mengalami sakaratul maut pun
rasulullah saw merasakan sakit yang teramat sangat. Beliau berkata
“Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Lirih rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk makin dalam dan jibril
memalingkan muka. Sebentar kemudian terdengar rasulullah memekit karena
sakit yang tak tertahankan lagi. “Ya Allah, dasyat nian maut ini,
timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku.”
(Selengkapnya : Kisah Sakaratul Maut Rasulullah SAW).
Inilah
kematian dan begitulah kepedihannya. pada saat sakaratul maut, pikiranmu
hanya akan memikirkan mana yang akan engkau masuki dan tempat manakah
yang engkau tinggali, surga atau neraka?
Saudaraku sadarlah!
Kematian adalah seburuk buruk perkara di dunia dan sangat mengerikan. ia
ibarat sebuah gelas berisi minuman yang rasanya tidak enak lagi
menjijikan. Kematian adalah peristiwa yang menghilangkan kelezatan,
menghapus ketentraman, dan mengundang petaka. Bagaimana tidak !
Kita tahu bahwa di balik kematian ada kegelapan alam kubur, tajamnya
meniti Shiratal Mustaqim dan beratnya hari perhitungan. Yang ada hanya
ketakutan ketakutan dan ketakutan yang tidak terbatas.
Maka dari
itu saudaraku semuanya, persiapkan bekal kita saat ini. Jika kita
sekarang sudah mati pasti aku dan engkau akan minta dikembalikan ke
dunia kepada Allah. Agar kita bisa beribadah dan beramal sebanyak
banyaknya. Namun, sekarang kita masih diberi kesempatan. Untuk itu, mari
kita segera beramal dan mengilapkan kerat kerat hati dengan taubat
nasuha dan segera kembali ke jalan Allah, selagi nafas nafas kita belum
berhenti dan kita masih berada di dunia.
No comments:
Post a Comment