Friday, November 27, 2015

Dosa Jariyah


Pasti kita cukup familiar dengan hadits yang menyebutkan bahwa, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang shaleh.” (HR. Muslim no. 1631). Udah nggak asing lagi mendengar istilah sedekah yang pahalanya akan terus mengalir, meskipun kita telah meninggal dunia. Apabila apa yang kita sedekahkan terus dimanfaatkan umat Islam dan memberikan manfaat, kita akan tetap mendapatkan aliran pahala. Sungguh sangat menggiurkan mengingat saat kita sudah meninggal, terputus sudah peluang beramal dan memperoleh pahala.

Tetapi, Sob, selain pahala yang terus mengalir, ada juga loh hal yang jadi lawan pahala yaitu dosa! Dosa juga bisa terus mengalir hitungannya meski kita sudah meninggal dunia dan kita sudah nggak mungkin mengerjakan dosa itu. Emang mungkin ya, Nid? Jawabannya adalah mungkin banget! Coba simak firman Allah dalam surat Yasin ayat 12 berikut ini, “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh.” Harus kita waspadai untuk dihindari, Sob. Dosa apa sajakah itu? Berikut ulasan Nida.

1.Mendorong dan menjadi pelopor perbuatan maksiat
Ketika seseorang melakukan maksiat, meskipun ia nggak mengajak orang lain, tapi karena ia melakukan maksiat tersebut dengan dilihat banyak orang, maka ia sudah termasuk melakukan dosa yang terus mengalir. Karena maksiat yang dilakukannya itu bisa saja memotivasi orang untuk mengikuti jejaknya, melakukan kemaksiatan yang sama, atau bahkan jauh lebih buruk. Meski dirinya tidak melakukan ajakan, tetapi yang dilakukannya sudah jadi pantikan untuk orang lain, bahwa sah-sah saja melakukan kemaksiatan tersebut. Na’udzubillah. Dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam Islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).

Contohnya bisa kita temukan dengan mudah karena bisa kita lihat sehari-hari. Mulai dari tayangan-tayangan di layar kaca tentang orang yang pacaran padahal belum menikah yang mesranya minta ampun! Itu udah bikin pola pikir masyarakat berubah menjadi memaklumi perbuatan pacaran. Parahnya, malah ada yang menganggap aneh orang yang nggak pacaran. Na’udzubillah! Belum lagi di era digital yang akrab banget dengan tayangan youtube. Mereka yang ngeposting tayangan porno bisa kena juga dosa mengalir ini karena perbuatan mereka menayangkan adegan yang sangat mungkin memancing orang lain berbuat zina. Dan yang beberapa waktu belakangan membuat kita tercengang-cengang adalah pasangan sejenis yang mengumumkan secara terbuka pernikahan yang mereka selenggarakan. Perbuatan ini jelas memancing mereka yang menyukai sesama jenis, merasa apa yang mereka alami menjadi hal yang wajar dan bisa dimaklumi, padahal dalam Islam hal itu menjadi perbuatan yang dilaknat oleh Allah ta’ala yang harus disembuhkan bukan malah diumbar-umbar.

2.Mengajak melakukan hal yang sesat dan kemaksiatan Kalau di poin nomor 1 pelaku kemaksiatan mendorong dengan perbuatan. Di poin nomor 2 ini, mereka jelas-jelas melakukan ajakan pada orang lain untuk melakukan kesesatan dan kemaksiatan. Contohnya adalah orang-orang kafir atau nggak beriman yang mengajak orang lain untuk mengikuti jejak mereka dan meninggalkan keimanan.

Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya)

3. Mendorong tradisi buruk yang keluar dari syari’at Islam
Sekarang ini banyak sekali, Sob, tradisi-tradisi yang sebenarnya bukan dari Islam, tapi dibuat seolah-olah harus dilaksanakan oleh umat manusia. Padahal sebenarnya tradisi itu nggak ada esensinya untuk menambah keimanan pada Allah ta’ala sama sekali, nggak ada tuntunan dari Rasulullah, dan malah menyimpang dari ajaran Islam. Tradisi ini bisa dalam bentuk perilaku, ilmu, ajaran, pemikiran, dan sejenisnya. Mungkin kita orang awam nggak tahu menahu darimana tradisi ini berasal, asal melaksanakan saja karena ini berdasarkan yang disampaikan kyai X atau kyai Y atau kyai Z. Kalau sebabnya macam begini harusnya bikin orang awam makin semangat untuk mempelajari ilmu-ilmu Islam, supaya tahu kalau ternyata banyak praktek-praktek tradisi yang keluar dari syari’at Islam. Dan menjadi read alert bagi para da’i untuk berhati-hati dalam menyampaikan apa yang didakwahkan, supaya tidak melenceng dari syari’at.

Semoga Allah ta’ala jauhkan kita dari melakukan kemaksiatan yang bisa mendorong pada dosa yang terus mengalir ini dan memudahkan kita untuk melakukan amalan yang pahalanya terus mengalir. Allahu a’lam

No comments:

Post a Comment

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...