Membaca judul di atas, pasti alis serta kening langsung mengkerut. Kisah ini terjadi pada zaman Nabi Musa AS. Secara logika masa kini yang begitu canggih, apalagi dengan pikiran yang setiap hari sudah sibuk dengan segala rutinitas pekerjaan, maka kita hampir tidak akan percaya
Seperti kita ketahui, bahwa nabi Musa adalah " kalamullah ". Suatu saat Nabi Musa
mendapat bisikan langsung dari Allah " Hai Musa, kelak di syurga, Engkau
akan mempunya tetangga seorang pemuda, si fulan, rumahnya di desa sana,
ini alamat lengkapnya ". begitu kurang lebih kalam Allah yangg ditujukan
kepada Nabi Musa. karena penasaran, Nabi Musa mencari alamat itu dan
ingin tahu pemuda macam apa yg akan kelak menjadi tetangganya di syurga.
nabi Musa bertanya terus dlm hati " punya amalan apa pemuda itu kok
sampai Allah mmpersiapkan surga untuknya jauh jauh hari sebelumnya "
Setelah menemukan alamat yang dituju, singkat cerita, nabi Musa mengetuk
pintu rumah itu, lalu di bukakan pintu oleh seorang pemuda dan
mempersilahkan duduk, Nabi Musa segera duduk, namun belum sempat
bicara apa, pemuda tadi langsung mohon pamit kepada Nabi Musa sejenak, "
Duhai Nabi Musa, maafkan saya, sy harus tinggalkan anda sejenak, karena
saya punya kewajiban yang harus saya tegakkan dengan istiqomah. Nabi Musapun
mempersilahkan pemuda itu utk masuk kedalam rumahnya. Nabi Musa
penasaran, amalan apa yang diamalkan dengan istiqomah pemuda ini?
Tidak lama kemudian, pemuda itu keluar dari ruangan dalam menuju keluar
rumah sambil menggendong dua ekor babi jantan & babi betina.
terperanjat Nabi Musa, dalam hati Nabi Musa membatin " Waduh salah
alamat kah saya ini, tapi perasaan dalam hati Nabi Musa bergumam "Benar
ini alamatnya, masak Allah yg salah kasih informasi " bgitulah nabi
Musa sibuk dgn kecamuk batinnya.. sementara pemuda itu diluar rumah
asyik penuh lembut memandikan dua ekor babi tadi, di sabun, di gosok penuh
mesra, di handuki, bahkan di ciumi laksana bayi. setelah selesai pemuda
tadipun membawa dua ekor Babi tadi masuk ke dalam rumah. dan sekarag pemuda
ini sudah kembali di hadapan Nabi Musa.
Antara marah, kecewa, tidak
percaya, dan perasaan campur aduk lainnya. Nabi Musa bertanya kepada pemuda itu, wahai pemuda, apa
agamamu ? Agama saya adalah tauhid seperti halnya Engkau baginda Musa,
jawab sang pemuda. Lalu kenapa engkau dengan seenaknya bergelut dengan babi yg mulai kulitnya sampai liurnya adalah haram. Maka pemuda tadi mulai menjelaskan dengan santun.
Wahai Nabi Musa,
ketahuilah, bahwa dua ekor babi tadi adalah jelmaan bapak dan
ibuku. Kedua orang tuaku adalah tergolong manusia-manusia yang ingkar,
manusia-manusia yg bejat penuh dosa, hingga suatu sore saat hujan lebat, kedua
orang tuaku disambar petir. Saya kira kedua orang tuaku langsung hangus dan
mati, tapi ternyata tidak mati. Dalam hangusnya itu, lambat laun
kedua tubuh orang tuaku berubah wujud menjadi seekor babi.. Duhai nabi
Musa, sebagai anak, hatiku sangat sedih tak terkira melihat nasib kedua
orang tuaku. Sebagai anak, saya tidak punya pilihan lain kecuali merawat mereka
dengan penuh kasih sayang. Sebejat apapun, sebusuk apapun, semurtad apapun, dia
tetap orang tuaku, biarlah kebusukan orang tuaku mnjadi urusan
pribadinya dengan Allah, sedang aku sebagai anak, tidak punya pilihan lain kcuali
tetap berbakti dan menyayangi keduanya.
Setelah itu Nabi
Musa-pun pamit sambil berlinag air mata, dan lagsung bermunajat kepada
Allah tentang kejadian yg baru saja di lihatnya.. maka Allah menjawab " Ya, itulah pemuda yang kelak akan menjadi tetanggamu di surga. Aku tidak melihat babinya, tetapi Aku melihat baktinya anak itu kepada orang tuanya. Ingat Musa, rasa baktinya, rasa hormatnya, rasa ta'dhimnya kepada orang tuanya apapun kondisi orang tuanya ".
No comments:
Post a Comment