Thursday, August 20, 2015

Kisah Lima Perkara Aneh



Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang terkenal. Suatu ketika dia pernah berkata, “ayahku pernah bercerita bahwa di antara Nabi-nabi yang bukan Rasul, ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.”

Salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi tersebut, pada suatu malam Sang Nabi bermimpi dan di dalam mimpinya tersebut Sang Nabi tersebut mendapat perintah yang berbunyi, "Esok engkau harus keluar dari rumah pada waktu pagi menuju ke arah barat. Engkau harus melakukan apa yang diperintahkan



Pertama, apa yang kamu lihat (hadapi) maka makanlah
Kedua, kamu sembunyikan
Ketiga; kamu harus menerimanya
Keempat, janganlah kamu memutuskan harapan
Dan yang kelima, larilah kamu daripadanya."

Keesokan harinya, Sang Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Sang Nabi itu kebingungan sambil berkata, "Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."

Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecil hingga berukuran sebesar roti. Maka Sang Nabipun mengambilnya lalu memasukan ke dalam mulutnya. Sungguh, ketika ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur 'Alhamdulillah'.

Kemudian Sang Nabi itu meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan perintah dalam mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu dikuburkannya mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya.

Namun tiba-tiba mangkuk emas itu telah keluar dan kembali ke tempatnya semula. Sang Nabipun kembali menguburkannya dan lagi-lagi mangkuk emas itu telah keluar, hingga tiga kali berturut-turut.
Maka berkatalah Sang Nabi itu, "Aku telah melaksanakan perintahmu." Lalu Sang Nabipun meneruskan perjalanannya dan tanpa disadarinya bahwa mangkuk emas itu telah keluar dan kembali ke tempatnya semula.

Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia nampaklah seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah suara burung kecil itu yang berkata, "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku."

Mendengar ratapan burung kecil itu, Sang Nabi merasa bersimpati lalu Sang Nabipun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan seperti itu, lantas burung elang itu pun datang menghampiri Sang Nabi itu sambil berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."

Sang Nabi itu lantas teringat perintah dalam mimpinya yang keempat, yaitu bahwa beliau tidak boleh memutuskan harapan. Sang Nabi menjadi kebingungan untuk menyelesaikan masalah itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu. Setelah mendapat daging itu, burung elang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.

Selepas kejadian itu, Sang Nabi meneruskan perjalannya. Tidak lama kemudian dia menemukan sebuah bangkai yang amat busuk baunya, maka dia pun bergegas lari dari situ kerana tidak tahan mencium bau yang menusuk hidungnya.

Setelah menemui kelima kejadian tersebut, maka Sang Nabi kembali ke rumahnya. Pada malam itu, Sang Nabi pun berdoa. Dalam doanya Sang Nabi berkata, "Ya Allah, aku telah melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang Engkau perintahkan di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti dari semua ini."

Di dalam mimpinya, Sang Nabi diberitahu oleh Allah S.W.T.,

"Yang pertama engkau makan itu adalah amarah. Pada mulanya nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika engkau dapat bersabar dan dapat menahan diri, maka amarah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu.

Yang kedua adalah amal kebaikan, walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan nampak juga.

Yang ketiga adalah, apabila engkau telah menerima amanah daeri seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya.

Yang keempat adalah, apabila ada orang meminta kepadamu, maka berusahalah untuk membantunya, meskipun kau sendiri mempunyai kepentingan (berhajat).

Yang kelima adalah bau yang busuk, yang sesungguhnya itu ialah GHIBAH (membicarakan seseorang / menggunjing / bergosip). Maka larilah dari orang-orang yang sedang berkumpul sambil membuat ghibah."

Kelima perkara tersebut hendaknya kita tanamkan pada diri kita, sebab kelima perkara senantiasa berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Adapun perkara yang tidak dapat kita hindari setiap saat adalah mengejek atau menghina orang lain, yang sepertinya sudah menjadi kebiasaan (buruk) kita. Harus diingat bahwa mengejek atau menghina orang lain tersebut, akan menghilangkan pahala kita.

Ada sebuah hadist yang mengatakan bahwa di akhirat kelak ada hamba Allah akan terkejut melihat terdapat pahala pada dirinya, padahal dia tidak pernah mengerjakan amal kebaikan sehingga dia mendapatkan ganjaran berupa pahala yang dimaksud. Lalu dia bertanya, "Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan ketika aku masih hidup di dunia."

Maka berkata Allah S.W.T., "Ini adalah pahala orang yang mengejek dan menghina dirimu."

Sadarlah walaupun ejekan maupun hinaan itu benar adanya, namun hal tersebut akan merugikan diri kita sendiri. Oleh karenanya, janganlah mengejek atau menghina orang lain, walaupun itu benar adanya.

No comments:

Post a Comment

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...