“Ketahuilah, aku hampir saja dipanggil (oleh malaikat maut) lalu 
aku penuhi panggilan tersebut. Sesudahku kelak kalian akan dipimpin oleh
 para penguasa yang berkata berdasar landasan ilmu dan berbuat berdasar 
landasan ilmu. Mentaati mereka merupakan ketaatan yang benar kepada 
pemimpin, dan kalian akan berada dalam kondisi demikian selama bebarapa 
waktu lamanya. 
Setelah itu kalian akan dipimpin oleh para penguasa yang berkata 
bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. 
Barangsiapa menjadi penasehat mereka, pembantu mereka, dan pendukung 
mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain. Hendaklah 
kalian bergaul dengan mereka secara fisik, namun janganlah perbuatan 
kalian mengikuti kelakuan mereka. Persaksikan siapa yang berbuat baik di
 antara mereka sebagai orang yang berbuat baik, dan orang yang berbuat 
buruk di antara mereka sebagai orang yang berbuat buruk. ” (HR. 
al-Thabrani dan Al-Baihaqi. Syaikh Muhammad Nashirudien al-Albani 
menyatakan hadits ini shahih dalam Silsilah alAhadits al-Shahihah no. 
457.)
Dari Abu Sa’id r.a. dan Ibnu Umar r.a. keduanya berkata: 
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda: “Benar-benar 
akan datang kepada kalian suatu zaman yang para penguasanya menjadikan 
orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka dan mereka 
menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa 
mendapati masa mereka, janganlah sekali-kali ia menjadi seorang 
penasihat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.” (HR. Ibnu
 Hibban, Abu Ya’la, dan al-Thabrani. Syaikh Muhammad Nashirudien 
al-Albani menyatakan hadits in; shahih dalam Silsilah al-Ahadits 
al-Shahihah no. 360.)
Ketika beliau menyampaikan pesan-pesan di atas kepada pada sahabat, 
barangkali tidak terbayang seperti apa yang akan terjadi pada 
kepemimpinan manusia sepeninggal beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. 
Para sahabat yang berada di sekeliling beliau adalah manusia-manusia 
langit yang diakui kejujuran dan ketulusannya dalam mengemban amanah 
agama. Allah Azza wa Jalla telah memuji mereka di dalam kitab-Nya, juga 
meridhai mereka dan memerintahkan kaum muslimin sepeninggalnya untuk 
mendoakan mereka dan memohonkan ampunan untuk mereka.
Dalam kondisi seperti itu, temyata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
 telah menubuwatkan akan berlangsungnya suatu zaman yang amat sangat 
kontras dengan apa yang disaksikan oleh para sahabat; para pemimpinnya 
adalah manusia-manusia jahat, bahkan lebih jahat daripada kaum Majusi.
Hingga datangnya era Khulafaur rasyidin, apa yang beliau nubuwatkan 
juga masih belum terbayang. Namun, nubuwat itu terus berlanjut dan 
diriwayatkan secara turun-temurun. Hingga akhirnya kita sebagai manusia 
akhir zaman- mendengar nubuwat menyaksikan kebenaran nubuwat tersebut. 
Dan kitapun menyimpulkan, boleh jadi inilah zaman yang telah 
dinubuwatkan, zaman yang para penguasanya berkata bukan berdasar 
landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Inilah zaman 
yang diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Barangsiapa menjadi penasihat mereka, pembantu mereka, dan pendukung 
mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain. Hendaklah 
kalian bergaul dengan mereka secarafisik, namunjanganlah perbuatan 
kalian mengikuti kelakuan mereka. Persaksikan siapa yang berbuat baik 
diantara mereka sebagai orang yang berbuat baik, dan orang yang berbuat 
buruk di antara mereka sebagai orang yang berbuat buruk.
Ya, betapa gambaran itu sedemikian nyata di hadapan kita. Lihatlah 
kebijakan dan putusan yang ditetapkan oleh kebanyakan mereka, hampir 
semuanya berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar
 landasan ilmu. Kebijakan dalam pendidikan, dalam hak-hak wanita, dalam 
ekonomi, industri, hubungan antar penganut agama dan kebijakan 
melindungi syari’at Islam, semuanya tidak didasarkan pada nash-nash 
syar’i.
Maka, sudah sepatutnya bagi setiap muslim untuk berpikir panjang jika
 harus masuk dalam barisan mereka, entah menjadi juru tulisnya, 
menterinya, tentaranya, penasihatnya, pengawalnya, sopir pribadinya, 
bahkan sekadar menjadi tukang kebunnya. Sebab, keridhaan seseorang untuk
 diatur oleh para pemimpin yang jahat sama dengan meridhai sebuah 
kejahatan, melanggengkan keburukannya, dan keduanya dihukumi telah 
berserikat dalam keburukan.
Dalam kepemimpinan sebuah lembagapun bisa terjadi
Dalam skala yang lebih kecil larangan untuk bekerja pada pemimpin 
dzalim juga bisa terjadi pada sebuah lembaga usaha. Pabrik, toko, 
supermarket, jasa layanan, percetakan, industri atau usaha apapun; 
sangat berpeluang untuk tetjadinya apa yang dinubuwatkan oleh Rasulullah
 Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di atas. Kita bisa melihat berapa banyak 
umat Islam yang bekerja di sebuah pabrik atau instansi – baik milik 
pemerintah maupun swasta – yang hak-hak beribadah mereka dikekang dan 
dikebiri.
Mereka tidak diperintahkan untuk bisa melaksanakan shalat berjama’ah,
 bahkan terkesan dilarang dan dipersulit. Kesempatan untuk mengaji 
kitabullah menjadi terbatas, bahkan dihalang-halangi. Untuk kaum 
wanitanya lebih mengenaskan. Berapa banyak pabrik, toko, swalayan dan 
lembagalembaga bisnis yang melarang para pekerja wanitanya untuk 
menutup aurat.
Bahkan yang terjadi adalah sebaliknya. Standar berpakaian haruslah 
yang mengumbar atau mempertontonkan aurat, gaya dan cara berdandannya mengikuti tradisi 
jahiliyah dan budaya barat. Jangan tanya soal ibadah atau upaya 
meningkatkan ketaatan kepada Allah di lembaga-lembaga seperti ini. Amat 
jauh dari harapan semua itu bisa terjadi. Jadi, betapa tepatnya apa yang
 beliau sabdakan:
“Benar-benar akan datang kepada kalian suatu zaman yang para 
penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan
 mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. 
Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlah sekali-kali ia menjadi 
seorang penasihat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.” 
(HR. Ibnu Hibban, Abu Ya’la, dan Ath-Thabrani. Syaikh Muhammad 
Nashirudien AI-Albani menyatakan hadits ini shahih dalam Silsilah 
AI-Ahadits Ash-Shahihah no. 360). [Sumber: 100 Hadits Tentang Nubuwat Akhir Zaman, oleh: Abdur Rahman Al-Wasith/akhir zaman]
No comments:
Post a Comment