Al Qur'an tidak
menggunakan kata-kata yang rumit dan berbelit. Ayat-ayat Al Qur'an
datang dengan membawa petunjuk-petunjuk yang realistis dan jelas,
sederhana namun tepat dan mengena, ayat-ayat di atas memberikan
kesaksian bahwa manusia tidak dibiarkan begitu saja, hidup tanpa
pertangung jawaban. Hal ini terdapat dalam Al Quran surat Al Qiyamah.
- "Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? Bukankah
dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki
dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula)
menghidupkan orang mati?” (Al Qiyamah: 36-40)
Namun
sebagian orang yang sudah terbuai dengan dunia, seperti halnya orang
yang tidak beriman memandang bahwa kehidupan ini hanyalah
gerakan-gerakan yang tidak memiliki motivasi, tak mempunyai tujuan dan
sasaran. Kehidupan ini hanyalah rahim-rahim yang melahirkan dan
kubur-kubur yang menelannya kembali, sedang masa-masa antara keluarnya
manusia dari rahim dan masuk ke dalam kubur itu hanyalah untuk
bersenang-senang, bermain-main, borsolek, mempercantik tampilan, dan
memperbanyak tumpukan barang untuk dijadikan kebanggaan. Walaupun pada
hakekatnya tidak ada yang dapat dibanggakan di hadapan الله kelak,
kecuali amal sholehnya ketika dia belum ditelan oleh kuburan.
Kehidupan
ini memiliki undang-undang dan aturan, di belakangnya ada tujuan, dan
di balik tujuan itu ada hikmah. Hikmah dari dia dan semua makhluk
diciptakan.
- “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (Ibadah) kepada-Ku.” (Al-Dzariyat: 56)
Ketika
manusia keluar dari rahim dan hadir ke dalam kehidupan ini sesuai
dengan takdir yang berlaku dari Penciptanya, dan di saat ia dikubur akan
ada masa setelah itu waktu perhitungan dan pembalasan.
- “Pada
hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari
keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (Al-Haaqqoh:18)
Seorang
yang beriman akan memandang kehidupan ini dengan cermat dan serasi, ia
merasakan dengan penuh keyakinan tentang adanya Tuhan yang berkuasa,
yang mengatur, dan Maha bijaksana, Dia menciptakan segala sesuatu dengan
kadar ketentuan yang tepat. Dan segala sesuatu di dunia akan berakhir
dengan kadar yang telah Ia tentukan pula.
Yang
membedakan manusia dengan binatang adalah perasaannya terhadap hubungan
waktu, peristiwa, dan tujuan-tujuan, yaitu hubungan dengan keberadaan
manusia itu sendiri beserta apa yang berada di sekitarnya.
Ketika
seseorang memiliki kejelian memandang terhadap keberadaan undang-undang
Tuhannya dan hubungan peristiwa-peristiwa serta segala sesuatu dengan
undang-undang ini, maka ia tidak hidup untuk menghabiskan umurnya dari
waktu ke waktu dan dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya begitu saja.
Di dalam pikirannya ia selalu menghubungkan masa-masa dan
peristiwa-peristiwa itu dengan kehendak Allah, baik itu saat masa lalu,
masa kini dan masa yang akan datang. Kemudian ia hubungkan semua ini
dengan alam semesta beserta undang-undang-NYA, dan setelah itu, ia
hubungkan dengan kekuasaan Allah yang Maha tinggi, yang menciptakan itu
semua dan mengaturnya, dan Ia tidak menciptakan itu semua, termasuk
manusia di dalamnya dengan sia-sia dan tanpa dimintai pertangung
jawaban.
- "Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? " (QS. Al –Qiyamah: 36)
Sentuhan
ayat ini adalah salah satu dari sentuhan ayat-ayat Al-Quran terhadap
hati manusia supaya memikirkan dan memperhatikan hubungan-hubungan,
sebab-sebab dan tujuan-tujuan yang menghubungkan keberadaan seluruh alam
dan dirinya dengan kehendak yang mengatur segala sesuatu ini, yaitu
petunjuk tentang kejadiannya yang pertama.
- “Bukankah
dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian
mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki
dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula)
menghidupkan orang mati?”
Tidak
ada tempat lari dari merasakan adanya tangan halus yang mengatur dan
memaduh nutfah yang ditumpahkan ke dalam rahim itu dalam perjalanannya
(prosesnya yang panjang), hingga sampai الله menjadikan darinya sepasang
laki-laki dan perempuan.
Di depan hakikat yang
menetapkan suatu kepastian terhadap perasaan manusia ini, datanglah
kesan yang meliputi segenap hakikat yang dibicarakan surat ini pada ayat
penutupnya.
- "Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?" ( Al-Qiyamah: 40)
Mahasuci
الله yang berkuasa untuk menghidupkan orang-orang mati. Mahasuci Allah
yang berkuasa menciptakan ulang orang yang sudah mati. Manusia tidak
dapat lagi bertindak kecuali bersikap tunduk di hadapan hakikat yang
menetapkan keberadaan dirinya. Demikianlah surat ini ditutup dengan
memberikan kesan yang kuat dan dalam, yang memenuhi dan meluap di dalam
perasaan, terhadap hakikat keberadaan manusia dan adanya pengaturan dan
kekuasaan di belakangnya. Wallahu a'lam bisshowab.
Oleh H. Zulhamdi M. Saad, Lc
No comments:
Post a Comment