Sunday, September 20, 2015

Rasulullah Dan Shalat Lima Waktu

Kewajiban ibadah umat Muslim adalah menjalankan ibadah shalat wajib lima waktu. Ada shalat fardhu dan shalat sunnah. Shalat fardhu adalah shalat yang wajib dikerjakan bagi umat Islam yang berjumlah 17 rakaat. Shalat ini dilakukan dalam lima waktu yang berbeda setiap harinya. Shalat lima waktu ini bisa dibilang sedikit jika dibandingkan dengan perintah Allah SWT yang pertama kepada Rasulullah SAW yaitu sebanyak lima puluh waktu dalam sehari.

Proses yang dilakukan oleh Rasulullah SAW mencapai shalat lima waktu terdapat dalam peristiwa Isra Mi’raj. Dalam peristiwa itu Rasulullah SAW berkali-kali memohon kepada Allah SWT agar waktu shalat bisa dikurangi. Setelah melalui proses panjang maka ditetapkan jumlah shalat menjadi lima waktu.

Isra’ dan Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting yang menguji keimanan. Terjadi pada bulan Rajab tahun ke-12 dari kenabian. Isra’ adalah perjalanan Rasulullah SAW pada malam hari dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Allah SWT berfirman,
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِير
“Maha suci Allah, yang telah memerjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada suatu malam, dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS. Al-Isra: 1).

Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha. Tempat beliau menerima perintah shalat dari Allah SWT. Kata mi’raj berasal dari kata ‘araja, artinya perjalanan naik ke langit. Kata ini juga digunakan untuk menjelaskan perjalanan naik para malaikat pencatat amal ke langit. Bentuk lain kata ini menjadi nama salah satu surah dalam al-Qur’an, surah al-Ma’arij (tempat-tempat naik). Allah SWT berfirman,
تَعْرُجُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang setara dengan lima puluh ribu tahun,” (QS. Al-Ma’arij: 4).

Namun dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj, kekuasaan Allah SWT berlaku atas Rasulullah SAW. Beliau melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha hanya dalam waktu satu malam. Apa saja yang beliau alami dalam perjalanan Isra’ dan Mi’rajnya?
Imam al-Bukhari meriwayatkan salah satu sabda Rasulullah SAW tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj, yang diriwayatkan dari Hudbah bin Khalid, dari Hammam bin Yahya, dari Qatadah, dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah. Nabi SAW bercerita tentang malam perjalanan Isra, “Ketika aku berada di al-Hathim-atau, beliau menyebut, di al-Hijr-dalam keadaan berbaring, tiba-tiba seseorang datang lalu membelah.”

Qatadah berkata, “Dan aku juga mendengar beliau berkata, ‘Lalu dia membelah apa yang ada di antara ini dan ini.’ Aku bertanya kepada al-Jarud yang saat itu ada di sampingku, ‘Apa maksudnya?’ Dia berkata, ‘Dari atas dadanya sampai tempat tumbuh rambut kemaluan.’”
Rasulullah SAW melanjutkan, “Lalu laki-laki itu mengeluarkan kalbuku (hati), kemudian dibawakan kepadaku sebuah tempayan emas yang dipenuhi dengan iman, lalu dia mencuci hatiku, dan mengisinya dengan iman dan diulanginya. Kemudian didatangkan kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, yang lebih kecil dari bagal namun lebih besar dari keledai.”

Al-Jarud berkata, “Apakah itu yang dinamakan buraq, wahai Abu Hamzah?” Anas menjawab, “Ya, buraq itu meletakkan langkah kakinya pada pandangan mata terjauh.”
“Aku menungganginya,” lanjut Nabi SAW, “Aku berangkat bersama Jibril hingga sampai di langit dunia. Jibril lalu meminta dibukakan pintu langit, dan dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang’.”

“Maka pintu langit pertama pun dibuka. Setelah melewatinya, aku berjumpa dengan Adam. Jibril berkata, ‘Ini adalah bapakmu, Adam. Berilah salam kepadanya.’ Aku lalu memberi salam kepadanya dan Adam membalas salamku lalu berkata, ‘Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang saleh.”

“Aku kemudian dibawa naik ke langit kedua, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit kedua kemudian ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Ditanyakan lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang’.”

“Selanjutnya, aku dibawa naik ke langit ketiga, lalu Jibril meminta dibukakan pintu langit ketiga. Jibril kemudian ditanya, ‘Siapa?,’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit kedua pun dibuka. Setelah aku melewatinya, aku berjumpa dengan Yahya dan Isa, keduanya adalah anak dari satu bibi. Jibril berkata, ‘Ini adalah Yahya dan Isa, berilah salam kepada keduanya.’ Aku pun memberi salam kepada keduanya dan mereka membalas salamku lalu berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh’.”

“Aku kemudian dibawa naik ke langit keempat. Jibril kemudian meminta dibukakan pintu langit keempat dan dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Maka pintu langit keempat dibuka.
Setelah melewatinya, aku berjumpa dengan Idris. Jibril berkata, ‘Ini adalah Idris, berilah dalam kepadanya.’ Aku pun memberi salam kepadanya. Idris membalas salamku lalu berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh’.”

“Aku kemudian dibawa ke langit kelima. Jibril lalu meminta dibukakan pintu langit kelima dan dia ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit kelima pun dibuka. Setelah melewatinya, aku bertemu dengan Harun. Jibril berkata, ‘Ini adalah Harun. Berilah salam kepadanya.’ Aku lalu memberi salam kepadanya. Harun membalas salamku dan berkata, ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.’”

“Aku kemudian dibawa naik ke langit keenam. Jibril meminta dibukakan pintu langit keenam kemudian ditanya ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit keenam pun dibuka. Setelah melewatinya, aku mendapatkan Musa. Jibril berkata, ‘Ini adalah Musa. Berilah salam kepadanya.’ Aku pun memberi salam kepadanya. Musa membalas salamku lalu berkata ‘Selamat datang saudara yang saleh dan nabi yang saleh.’ Ketika aku sudah selesai, tiba-tiba Musa menangis. Ditanyakan kepadanya, ‘Kenapa kamu menangis?’ Musa menjawab, ‘Aku menangis karena anak ini diutus setelahku, namun orang yang masuk surga dari umatnya lebih banyak dari orang yang masuk surga dari umatku’.”

“Aku kemudian dibawa naik ke langit ketujuh. Jibril kemudian meminta dibukakan pintu langit ketujuh, kemudian ditanya, ‘Siapa?’ Jibril menjawab, ‘Jibril.’ Dia ditanya lagi, ‘Siapa orang yang bersamamu?’ Jibril menjawab, ‘Muhammad.’ Ditanyakan lagi ‘Apakah dia telah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Ya.’ Maka dikatakan, ‘Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang.’ Pintu langit ketujuh pun dibuka. Setelah melewatinya, aku mendapatkan Ibrahim. Jibril berkata, ‘Ini adalah bapakmu, Ibrahim. Berilah salam kepadanya.’ Aku pun memberi salam kepadanya. Ibrahim membalas salamku dan berkata, ‘Selamat datang anak saleh dan nabi yang saleh’.”
“Setelah itu ditampakkan kepadaku Sidratul Muntaha, bentuknya seperti tempayan daerah milik Hajar dengan daunnya mirip telinga-telinga gajah. Jibril berkata, ‘Ini adalah Sidratul Muntaha.’ Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai batin dan dua sungai zahir. Aku bertanya, ‘Apakah ini wahai Jibril?’ Jibril menjawab, ‘Dua sungai batin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai zahir adalah Nil dan Eufrat.’ Aku kemudian diangkat ke Baitul Ma’mur dan diberi tiga gelas minuman. Satu gelas berisi Khamr, satu gelas berisi susu, dan satu gelas lagi berisi madu. Aku mengambil gelas berisi susu. Jibril berkata, ‘Ini merupakan fitrah yang kamu dan umatmu berada di atasnya,’ kemudian diwajibkan bagiku shalat lima puluh kali setiap hari.”

“Saat aku kembali dan lewat di hadapan Musa, dia bertanya, ‘Apa yang telah diperintahkan kepadamu?’ Aku menjawab, ‘Aku diperintahkan shalat lima puluh kali setiap hari.’ Musa berkata, ‘Umatmu tidak akan sanggup melaksanakan shalat lima puluh kali dalam sehari. Demi Allah, aku telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.’ Aku pun kembali dan Allah SWT memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat. Aku kembali menemui Musa. Musa pun mengatakan sebagaimana yang dikatakan sebelumnya. Aku pun kembali dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Musa kembali berkata sebagaimana yang dia katakan sebelumnya. Aku pun kembali, dan Allah memberiku keringanan dengan mengurangi sepuluh shalat, lalu aku kembali menemui Musa. Musa masih berkata sebagaimana yang dia katakan sebelumnya. Aku pun kembali, dan aku diperintah dengan sepuluh kali shalat setiap hari. Aku pun kembali dan Musa kembali berkata seperti sebelumnya. Aku pun kembali kepada Allah. Akhirnya, aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari. Aku kembali kepada Musa dan dia berkata, ‘Apa yang diperintahkan kepadamu?’ Aku menjawab, ‘Aku diperintahkan dengan lima kali shalat dalam sehari.’ Musa berkata, ‘Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakan shalat lima kali sehari. Aku telah mencoba menerapkannya kepada manusia sebelum kamu, dan aku juga telah berusaha keras membenahi Bani Israil dengan sungguh-sungguh. Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.’ Lalu aku berkata, ‘Aku telah banyak memohon (keringanan) kepada Rabbku hingga aku malu, Aku telah ridha menerimanya’.”

“Ketika aku telah selesai, terdengar suara yang berseru, ‘Sungguh Aku telah memberikan keputusan kewajiban-Ku dan Aku telah meringankannya untuk hamba-hamba-Ku’,” (HR. Al-Bukhari).
Dalam peristiwa Mi’raj ini, Rasulullah SAW berkali-kali memohon keringanan jumlah shalat kita dari lima puluh waktu menjadi lima waktu. Selanjutnya apakah yang menyebabkan kita mengeluh?

Sumber : Kerajaan Al-Qur’an/Hudzaifah Ismail/Penerbit: Penerbit Almahira/2012



No comments:

Post a Comment

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...