Hidup di era penuh fitnah yang kita jalani dewasa ini menuntut
kewaspadaan dan antisipasi menghadapi puncak fitnah, yaitu keluarnya
Al-Masih Ad-Dajjal. Semua Nabi utusan Allah memperingatkan kaumnya
masing-masing akan munculnya fitnah paling dahsyat sepanjang zaman.
Tetapi hanya Nabi Akhir Zaman, yakni Muhammad صلى الله عليه و سلم yang
memberikan gambaran paling rinci mengenai Ad-Dajjal. Hal ini wajar
karena ummatnya-lah yang akan Allah taqdirkan berhadapan langsung dengan
puncak fitnah tersebut.
إِنَّهُ لَمْ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ مُنْذُ ذَرَأَ اللَّهُ
ذُرِّيَّةَ آدَمَ أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَإِنَّ اللَّهَ لَمْ
يَبْعَثْ نَبِيًّا إِلَّا حَذَّرَ أُمَّتَهُ الدَّجَّالَ وَأَنَا آخِرُ
الْأَنْبِيَاءِ وَأَنْتُمْ آخِرُ الْأُمَمِ وَهُوَ خَارِجٌ فِيكُمْ لَا
مَحَالَةَ
“Rasulullah صلى الله عليه و سلم pernah berkhutbah: Sungguh,
semenjak Allah menciptakan anak cucu Adam, tidak ada fitnah yang lebih
dahsyat dari fitnah Ad-Dajjal, dan tidak ada satu Nabi pun yang diutus
oleh Allah melainkan memperingatkan umatnya mengenai fitnah Ad-Dajjal.
Sedangkan Aku adalah Nabi yang terakhir dan kamu juga ummat yang
terakhir, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Ad-Dajjal akan keluar
di tengah-tengah kalian. (IBNUMAJAH – 4067) Shahih.
Dan telah terbukti bahwa sejak manusia dihadirkan ke muka bumi hingga
hari ini Ad-Dajjal belum keluar. Tetapi Nabi Muhammad صلى الله عليه و
سلم menegaskan bahwa kita sebagai ummat terakhir alias ummat Akhir Zaman
pasti akan berhadapan langsung dengan Ad-Dajjal. Nabi bersabda: “Sedangkan
Aku adalah Nabi yang terakhir dan kamu juga ummat yang terakhir, maka
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Ad-Dajjal akan keluar di tengah-tengah
kalian.”
Dalam hadits lainnya Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم menjelaskan
bahwa ummat terakhir ini akan mengalami lima babak perjalanan
sejarahnya. Dan ternyata kita yang hidup di era modern dewasa ini sedang
berada di babak keempat dari lima babak perjalanan sejarah tersebut.
Selama babak pertama, kedua maupun ketiga Ad-Dajjal belum Allah
taqdirkan keluar ke tengah-tengah ummat manusia untuk menebar fitnah
dahsyatnya. Sementara itu, di babak keempat yang masih berlangsung ini,
ummat Islam meraskan sangat banyaknya fitnah yang kian menyebar dan kian
memuncak.
Bayangkan…! Selama tigabelas abad perjalanan ummat Islam dunia merasakan rahmat dienullah
Al-Islam sebagai aturan yang diterapkan oleh para pemimpin Islam, baik
di babak pertama, kedua maupun ketiga. Kita tidak menutup mata adanya
pasang-surut kebaikan dan keburukan sosok-sosok pemimpin Islam di
masa-masa itu, terutama selama babak ketiga yaitu babak kepemimpinan Mulkan ‘Aadhdhon
(raja-raja yang menggigit). Tetapi secara umum kebaikan ajaran Islam
masih dinikmati masyarakat luas karena para pemimpin di masa itu masih
berusaha memenuhi kriteria dirinya sebagai ulil amri minkum (para pemimpin di antara orang-orang beriman) sebab mereka masih memenuhi keharusan yang Allah sebutkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (QS An-Nisa 59)
Baik itu babak kenabian, babak khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah (khulafa ar-rasyidin) maupun babak mulkan ‘aadhdhon, para pemimpin Islam masih berusaha untuk setia memenuhi kriteria “… jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya)…” Berbagai
persoalan kehidupan bermasyarakat dan bernegara diselesaikan
berdasarkan dan merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kehidupan
bermasyarakat dan bernegara dilandasi oleh dienullah Al-Islam.
Namun begitu memasuki babak keempat, yang ditandai dengan runtuhnya
secara formal tatanan bermasyarakat dan bernegara berlandaskan Islam
(baca: al-khilafah al-Islamiyyah), maka Allah taqdirkan terjadinya
perpindahan kepemimpinan dunia dari tangan para pemimpin Islam kepada
masyarakat di luar ummat Islam. Allah menguji ummat Islam dengan
diserahkannya kepemimpinan dunia kepada kaum kafir barat, Eropa kemudian
Amerika, yang tidak lain adalah kaum yahudi dan nasrani. Akhirnya dunia
tidak lagi menikmati rahmat diterapkannya dienullah Al-Islam. Dunia
mulai mengalami ketidakjelasan tuntunan, arah dan tujuan. Dunia tidak
di-manage oleh para pemimpin yang memberlakukan Islam sebagai solusi
menghadapi berbagai persoalan hidup dan kehidupan. Kaum yahudi dan
nasrani jelas tidak menjadikan hidayah/petunjuk Allah sebagai tuntunan
di dalam memimpin dunia modern. Bagaimana mereka dapat menuntun ummat
manusia ke jalan yang benar jika mereka sendiri tersesat?
Sejak limabelas abad yang lalu Nabi صلى الله عليه و سلم telah
memprediksi bahwa Allah bakal taqdirkan kaum Yahudi dan Nasrani memegang
kepemimpinan global dunia sehingga sebagian ummat Islam bakal mengekor
kepada mereka dalam segenap aspek kehidupan sampai masuk ke lubang biawak alias kebinasaan..!
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ
لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan orang-orang
sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta,
sehingga sekalipun mereka masuk ke dalam lubang biawak, kalian pasti
akan mengikuti mereka.” Kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah mereka
itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan
mereka?” (HR Muslim) Shahih
Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم menyebut babak keempat perjalanan sejarah ummat Islam sebagai babak kepemimpinan Mulkan Jabbriyyan
(para raja/penguasa yang memaksakan kehendaknya). Dan kita saat ini
jelas membukitkan kebenaran prediksi Nabi tersebut..! Para pemimpin
dunia modern –baik skala lokal apalagi global- memimpin manusia
berlandaskan kehendaknya sendiri, bukan kehendak Allah dan Rasul-Nya.
Ada yang memaksakan kehendaknya secara individual (para diktator) dan
ada juga yang memaksakan kehendaknya secara kolektif (kerjasama badan
eksekutif, legislatif dan yudikatif). Bagaimanapun bentuknya, semua
tidak memimpin berdasarkan kehendak/petunjuk Allah dan Rasul-Nya..! Inilah babak paling kelam dalam sejarah ummat Islam..! Pantas
bilamana ummat Islam yang faham dan cinta Islam sangat merasakan
keprihatinan yang begitu mendalam hidup di era penuh fitnah ini.
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا
عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا
شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّا فَتَكُونُ مَا
شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ
يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ
سَكَتَ
“Babak(1) kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa
tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang babak (
2)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian , selama beberapa masa
hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang babak ( 3)Raja-raja yang
Menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang babak (4) Para
penguasa yang memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga
waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali babak (
5)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian . Kemudian Rasul صلى
الله عليه و سلم terdiam.” (HR Ahmad Shahih)
Mengingat bahwa ini merupakan babak paling kelam dalam sejarah ummat
Islam, maka sudah sepantasnya kita mempersiapkan diri menghadapi
keluarnya puncak fitnah di babak ini. Sungguh kita patut menduga bahwa
keluarnya Ad-Dajjal untuk menebar fitnah bakal berlangsung di babak
keempat ini, babak dimana kita sedang hidup dewasa ini..!
Dan tahukah kita apa yang akan dinyatakan oleh Ad-Dajjal saat ia
keluar ke tengah ummat manusia? Fitnah besar apakah yang akan
ditampilkan olehnya? Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم menjelaskan dalam
hadits berikut:
يَا عِبَادَ اللَّهِ فَاثْبُتُوا فَإِنِّي سَأَصِفُهُ لَكُمْ صِفَةً لَمْ يَصِفْهَا
إِيَّاهُ نَبِيٌّ قَبْلِي يَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ وَلَا تَرَوْنَ رَبَّكُمْ حَتَّى تَمُوتُوا
“Wahai hamba Allah, wahai para manusia, teguhkanlah diri kalian,
karena aku akan menerangkan sifat-sifatnya (Ad-Dajjal) yang belum pernah
diterangkan oleh seorang Nabi pun sebelumku. Ia (Ad-Dajjal) akan
berkata: ‘Aku adalah Rabb kalian.’ Sedangkan kalian tidak akan bisa
melihat Allah kecuali setelah kalian meninggal.” (IBNUMAJAH –
4067)Shahih
Inilah fitnah besar yang akan terjadi saat Ad-Dajjal keluar. Ia akan
mengaku dirinya sebagai Rabb…! Persis sebagaimana dahulu kala Fir’aun
meng-claim dirinya sebagai Rabb di hadapan masyarakat Mesir yang
dipimpinnya.
فَحَشَرَ فَنَادَى فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى
“Maka dia (Fir’aun) mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu
berseru memanggil kaumnya. (Seraya) berkata: “Akulah Rabb-mu yang paling
tinggi”. (QS An-Naazi’at 23-24)
Keluarnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal menjadi seperti pengulangan
sejarah Fir’aun. Sungguh Ad-Dajjal dan Fir’aun memang memiliki kesamaan
yaitu dalam hal kedua-duanya sama-sama merupakan penguasa zalim alias thaghut.
Bahkan semua thaghut sepanjang zaman pada hakikatnya memiliki
kesombongan yang mirip antara satu sama lainnya. Hanya saja ada yang
sampai ke derajat mengaku secara terbuka bahwa dirinya adalah Rabb
tandingan Allah dan ada yang tidak menyatakannya secara lisan, tetapi
sikap dan perilakunya kurang lebih sama, yaitu bertingkah seolah dirinya
merupakan tandingan bagi Allah. Thaghut menuntut masyarakat untuk
mentaati dirinya sebagaimana manusia semestinya mentaati Allah. Thaghut
menuntut dirinya dicintai sebagaimana manusia semestinya mencintai
Allah. Tetapi claim diri sebagai Rabb yang bakal dilakukan oleh puncak
thaghut –yakni Ad-Dajjal- akan sangat berbeda dari yang pernah dilakukan
oleh thaghut manapun sepanjang zaman. Mengapa? Karena Ad-Dajjal tidak
saja bermodalkan kesombongan dan kekuasaan, tetapi ia bakal diizinkan
Allah menampilkan sihir tingkat tinggi untuk meyakinkan manusia bahwa
dirinya memang benar-benar Rabb tandingan Allah سبحانه و تعالى ..!!
(BERSAMBUNG)
No comments:
Post a Comment