Dari Anas Ibn Malik radhiyallaahu 'anhu, bahwa Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wa sallama bersabda, ”Jika kamu melewati
taman-taman Surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat
bertanya, ”Apakah taman-taman surga itu ?” Beliau menjawab,
”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” (HR. Tirmidzi no. 3510 dan
lainnya. Silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shahihah no. 2562)
Dalam
riwayat lain, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama bersabda,
“Apabila kalian melewati taman-taman Surga maka singgahlah.” Maka para
Sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud taman-taman surga itu wahai
Rasulullah ?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah dzikir, karena
sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki malaikat yang berkeliling untuk
mencari halaqah-halaqah dzikir. Apabila mereka datang kepada orang-orang
itu, maka mereka pun meliputinya.” (HR. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah dan
dihasankan oleh Syaikh Salim dalam Shahih Al-Adzkar hal. 16)
Apakah Majelis Ilmu juga termasuk Halaqah Dzikir ?
Ibnu Hajar al-Asqalany rahimahullaahu mengatakan, “Yang dimaksud dengan
majelis-majelis dzikir adalah mencakup majelis-majelis yang berisi
dzikrullah, dengan macam-macam dzikir yang ada (tuntunannya, ed) berupa
tasbih, takbir dan lainnya. Juga yang berisi bacaan Kitab Allah 'Azza wa
Jalla dan berisi doa kebaikan dunia dan akhirat. Dan menghadiri majelis
pembacaan hadits Nabi, mempelajari ilmu agama, mengulang-ulanginya,
berkumpul melakukan shalat nafilah (sunnah) ke dalam majlis-majlis
dzikir adalah suatu visi. Yang lebih nyata, majelis-majelis dzikir
adalah lebih khusus pada majlis-majlis tasbih, takbir dan lainnya, juga
qiraatul Qur’an saja. Walaupun pembacaan hadits, mempelajari dan
berdiskusi ilmu (agama) termasuk jumlah yang masuk di bawah istilah
dzikrullah Ta’ala." (Fathul Baari 11 / 212 - Asy-Syamilah)
‘Atha'
Ibn Abi Rabah rahimahullaahu berkata, “Majelis-majelis dzikir yang
dimaksud adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus
membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, menikah, cerai,
melakukan haji dan yang sepertinya.” (Al-Faqiih wal Mutafaqqih no. 40)
Imam An-Nawawi rahimahullaahu mengatakan, “Ketahuilah ! Sesungguhnya
keutamaan dzikir itu tidak terbatas kepada tasbih, tahlil, tahmid,
takbir dan semacamnya. Akan tetapi, setiap orang yang beramal ikhlas
karena Allah Ta’ala dengan melakukan ketaatan, maka dia adalah orang
yang berdzikir kepada Allah Ta’ala. Demikianlah, yang dikatakan oleh
Sa’id Ibn Jubair radhiyallaahu ’anhu dan para Ulama yang lain. (Shahih
Al-Adzkar hal. 18)
Syaikh Salim Ibn 'Ied Al-Hilali
hafidzhahullaahu berkata, ”Majelis dzikir-majelis dzikir adalah
halaqah-halaqah ilmu yang diadakan di rumah-rumah Allah untuk belajar,
mengajar dan mencari pemahaman terhadap agama.” (Bahjatun Nazhirin
Syarah Riyadhush Shalihin 2 / 521)
Beliau hafidzhahullaahu
menambahkan, ”Majelis dzikir-majelis dzikir yang dicintai oleh Allah,
ialah majelis-majelis ilmu, bersama-sama mempelajari Al-Qur’anul Karim
dan As-Sunnah Al-Muththaharah dan mencari pemahaman tentang hal itu.
Yang dimaksudkan bukanlah halaqah-halaqah tari dan perasaan ala Shufi.”
(Bahjatun Nazhirin Syarah Riyadhush Shalihin 2 / 519)
Bahkan,
Syaikh 'Abdurrazaq Ibn 'Abdil Muhsin Al-Badr hafidzahumallaahu
mengatakan, ”Tidak ada keraguan, bahwa menyibukan dengan menuntut ilmu
dan menghasilkannya, mengetahui halal dan haram, mempelajari Al-Qur’anul
Karim dan merenungkannya, mengetahui Sunnah Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa sallama dan sirah (riwayat hidup) beliau serta berita-berita
beliau, adalah sebaik-baik dzikir dan paling utama. Majelis-majelisnya
adalah majelis-majelis paling baik. Majelis-majelis itu lebih baik
daripada majelis-majelis dzikrullah dengan tasbih, tahmid dan takbir.
Karena majelis-majelis ilmu berkisar antara fardhu ‘ain atau fardhu
kifayah. Sedangkan dzikir semata-mata (hukumnya) adalah tathawwu’
murni.” (Fiqhul Ad’iyah wal Adzkar 1 / 104)
Alhasil, halaqah
dzikir adalah majelis ilmu. Yaitu, majelis yang di dalamnya diajarkan
tentang tauhid, ‘aqidah yang benar menurut pemahaman Salafush Shalih,
ibadah yang sesuai Sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallama, muamalah
dan lainnya.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullaahu mengatakan,
"Sesungguhnya dzikir di antara amal memiliki kelezatan yang tidak bisa
diserupai oleh sesuatu pun, seandainya tidak ada balasan pahala bagi
hamba kecuali kelezatan dan kenikmatan hati yang dirasakan oleh orang
yang berdzikir, maka hal itu (kenikmatan berdzikit saja, ed) sudah
mencukupi, oleh karena itu majelis-majelis dzikir dinamakan taman-taman
surga.” (Al-Wabilush Shayyib hal. 81)
Beliau rahimahullaahu
menambahkan, ”Barangsiapa ingin menempati taman-taman surga di dunia,
hendaklah dia menempati majelis-majelis dzikir; karena ia adalah
taman-taman surga.” (Al-Wabilush Shayyib hlm. 145)
Akhir kata : ”Jika kamu melewati taman-taman Surga, maka singgahlah dengan senang.”
No comments:
Post a Comment