Alkisah seorang sastrawan mengaku mampu membuat karya laiknya Al-Quran, tutur Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya “Shaidul Khatir”.
Ia pun masuk ke dalam kamarnya, menyendiri agar mendapatkan ilham.
Saking jumawanya, ia pun berkata, “Beri aku waktu tiga hari saja, untuk
membuat karya semisal Al Quran.” “Tiga hari saja, cukup.”
Tiga hari berselang, sosok sastrawan itu tak kunjung muncul. Ia
menghilang secara misterius. Penduduk sekitar yang jadi saksi hidup
ucapan sang satrawan itu menjadi penasaran, mereka hendak menagih janji
congkaknya itu. Janji untuk membuat semisal Al Quran dalam kurun tiga
hari.
Karena tak sabar menunggu, para penduduk kemudian mendobrak kediaman
sang sastrawan. Naas tak dapat ditolak, penduduk mendapati sang
sastrawan kaku. Mati, dicabut nyawanya.
Ia pun masuk ke dalam kamarnya, menyendiri agar mendapatkan ilham.
Saking jumawanya, ia pun berkata, “Beri aku waktu tiga hari saja, untuk
membuat karya semisal Al Quran.” “Tiga hari saja, cukup.”
Tiga hari berselang, sosok sastrawan itu tak kunjung muncul. Ia
menghilang secara misterius. Penduduk sekitar yang jadi saksi hidup
ucapan sang satrawan itu menjadi penasaran, mereka hendak menagih janji
congkaknya itu. Janji untuk membuat semisal Al Quran dalam kurun tiga
hari.
Karena tak sabar menunggu, para penduduk kemudian mendobrak kediaman
sang sastrawan. Naas tak dapat ditolak, penduduk mendapati sang
sastrawan kaku. Mati, dicabut nyawanya.
“Rupanya,” tutur Ibnul Jauzi, “tangannya sudah mengering sambil
memegang pena.” Keadaannya semakin mengenaskan, sebab, “Ia sendiri sudah
menjadi mayat.”
Allah Ta’ala berfirman, “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan
tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad),
buatlah satu surah (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (Qs. al-Baqarah [2]: 23)
Innalillahi wa inna ilahi raji’un. Mahabenar Allah Ta’ala dengan segala firmanNya.
No comments:
Post a Comment