Saturday, September 3, 2016

Amarah

Hasil gambar untuk amarah
Suatu waktu Ibnu Umar Radhiya Allahu 'anhu bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam,

"Apa yang menjauhkanku dari murka Allah Azza Wa Jalla?"

Rasul langsung menjawab, "Jangan marah!."


Marah, menurut Imam Al-Ghazali, dalam bukunya yang terkenal, Ihya Ulumuddin, pada hakikatnya merupakan gejolak hati yang mendorong agresifitas. Energi marah ini meledak untuk mencegah timbulnya hal-hal negatif juga untuk melegakan jiwa dan sebagai pembalasan akibat hal-hal negatif yang telah menimpa seseorang.

Sering kita dengar orang lain berkata, “pokoknya gue harus ngomelin die…biar lega nih ati!”, atau “kalo gak dilabrak, manalah tenang.

Harus gue labrak dan gue gampar tuh orang!”, dan kalimat senada lainnya, yang terkesan amat sangat marah.

Betul bahwa marah itu manusiawi, semua orang pernah marah. Namun kita bisa bertaubat saat ini juga untuk mengubah kebiasaan marah agar lebih bernilai positif.

Jangan sampai syetan tertawa gembira melihat kita saat marah makin menjadi, lalu tertumpahlah darah, terputuslah persaudaraan, atau hancurlah berbagai fasilitas, yang paling dirugikan tentunya diri kita sendiri. Siapa yang puas ? (jelas Syaithan jawabannya).


"Mengekang hawa nafsu ketika terjadi kemarahan akan membuat aman dari terjadinya kerusakan."

<p> </p>
(Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu).


"Marah adalah nyala api dari neraka. Seseorang pada saat marah,mempunyai kaitan erat dengan penghuni mutlak kehidupan neraka, yaitu syetan saat ia mengatakan, Saya lebih baik darinya (Adam); Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Qur'an;



(Qaala maa mana'aka allaa tasjuda idz amartuka qaala anaa khayrun minhu khalaqtanii min naarin wakhalaqtahu min thiinin)

Artinya:

 Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".

(QS. Al-A'raf [7] : 12).

 Tabiat tanah adalah diam dan tenang, sementara tabiatapi adalah bergejolak, menyala, bergerak, dan berguncang."


Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda (yang artinya):

“Sesungguhnya marah itu bara api yang dapat membakar lambung anak adam. Ingatlah bahwa sebaik­baik orang adalah orang yang melambatkan (menahan) amarah dan mempercepat keridhaan, dan sejelek­-jelek orang adalah orang yang mempercepat amarah dan dan melambatkan ridha”

(HR. Ahmad dari Abu Sa’ id al-Khudriy).


Kemarahan yang mempunyai tingkat ekstrim rendah ini ditandai dengan ketidak mampuan seseorang untuk marah, pun disaat yang sebenarnya mengharuskan orang tersebut marah. Seperti saat menghadapi kemungkaran dan musuh-musuh Allah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:



(Muhammadun rasuulu allaahi waalladziina ma'ahu asyiddaau 'alaa alkuffaari ruhamaau baynahum taraahum rukka'an sujjadan yabtaghuuna fadhlan mina allaahi waridhwaanan siimaahum fii wujuuhihim min atsari alssujuudi dzaalika matsaluhum fii alttawraati wamatsaluhum fii al-injiili kazar'in akhraja syath-ahu faaazarahu faistaghlazha faistawaa 'alaa suuqihi yu'jibu alzzurraa'a liyaghiizha bihimu alkuffaara wa'ada allaahu alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati minhum maghfiratan wa-ajran 'azhiimaan)

Artinya:


  "Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud [*]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

[*] Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.

(QS. Al-Fat'h [48 : 29).



(Yaa ayyuhaa alnnabiyyu jaahidi alkuffaara waalmunaafiqiina waughluzh 'alayhim wama'waahum jahannamu wabi'sa almashiiru)

Artinya:

"Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya."

(QS. At-Taubah [9] ; 73).


Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘‘Alaihi wa Sallam tidak pernah marah jika disakiti. Tetapi jika hukum Allah dilanggar, maka beliau akan marah karena Allah.”

{HR. Muslim (6195) & Ahmad (25200)}.


Meluapkan kemarahan apalagi yang berlebihan, merupakan salah satu ekspresi memanjakan ego yang cenderung bersifat negatif, atau dalam Al-Qur’an sering disebut dengan nafsu amarah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:



(Wamaa ubarri-u nafsii inna alnnafsa la-ammaaratun bialssuu-i illaa maa rahima rabbii inna rabbii ghafuurun rahiimun)

Artinya:

" Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang."

(QS. Yusuf [12] : 53)



Kita sering beranggapan bahwa dengan meluapkan kemarahan, kita akan melegakan kemarahan, padahal sebenarnya yang terjadi sering kali membuat orang yang bersangkutan tidak dapat mengontrol dirinya.

Wallahu'alam bishawab.

https://www.facebook.com/notes/-pesona-cahaya-hati/apa-masih-mau-marah-setelah-baca-ini-/181958715152528/ 

No comments:

Post a Comment

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...