Kita awali dari sejarah benteng yakjuj dan makjuj. Informasi tentang
yakjuj dan makjuj yang paling awal kita dapatkan adalah keterangan yang
Allah sebutkan dalam al-Quran, tepatnnya di surat al-Kahfi.
ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا . حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ
السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ
قَوْلًا . قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ
مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ
تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا .
Kemudian dia menempuh suatu jalan yang lain. Hingga apabila dia telah
sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit
itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata:
“Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang
membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu
pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan
mereka?” (QS. al-Kahfi: 92 – 94)
Pada ayat di atas, Allah menceritakan seorang raja yang adil, Dzul
Qarnain yang kekuasaannya membentang dari timur hingga barat. Dia pernah
mendatangi ujung-ujung daerah kekuasaannya. Salah satu yang didatangi
Dzul Qarnain adalah sebuah kaum yang mereka menetap di daerah antara dua
gunung (baina saddain). Menurut tafsir Ibnu Abbas, dua gunung itu antara Armenia dan Azerbaijan. (Zadul Masir, 4/250).
Kaum inilah yang mengeluhkan keberadaan Yakjuj dan Makjuj karena
mereka suka mengganggu. Sehingga mereka minta dibuatkan benteng besar
yang bisa menghalangi mereka dari kehadiran Yakjuj dan Makjuj. Bakan
mereka sanggup bayar harta, agar bisa dibuatkan benteng itu. Mereka
mengatakan – seperti yang dikutip dalam ayat di atas –,
“Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang
yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan
sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan
mereka?”
Atas permintaan ini, Dzulqarnain membuatkan tembok sangat besar yang
terbuat dari cor besi dan tembaga. Dia lelehkan besi dan tembaga dengan
semburan api, yang dibantu masyarakat kaum tersebut.
Allah ceritakan,
قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي
بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ( ) آتُونِي زُبَرَ
الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انفُخُوا
حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
Dzulkarnain berkata: “Kekuasaan yang diberikan Tuhanku kepadaku
terhadapnya adalah lebih baik, maka bantulah aku dengan kekuatan
(manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan
mereka ( ) berilah aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu
telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah
Dzulkarnain: “Tiuplah api itu.” Hingga apabila besi itu sudah menjadi
(merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang
mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu (QS. al-Kahfi: 95 –
96)
Allah memberikan jaminan, mereka tidak akan mampu menaiki benteng itu
untuk keluar darinya dan tidak bisa mereka lubangi. Allah menegaskan
di lanjutan ayat,
فَمَا اسْطَاعُوا أَن يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا
“Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya.” (QS. al-Kahfi: 97).
Mereka terus berusaha melubanginya untuk bisa keluar dari benteng
itu. Setelah mereka berhasil membuat lubang sebesar satu jari, Allah
menutupnya kembali. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن يأجوج ومأجوج يحفرون كل يوم ، حتى إذا كادوا يرون شعاع الشمس ، قال الذي عليهم : ارجعوا فسنحفره غداً ، فيعيده الله أشد ما كان
Yakjuj dan Makjuj selalu menggali (benteng itu) setiap hari, sampai
ketika mereka hampir melihat cahaya matahari, pemimpin mereka
mengatakan, “Mari kita pulang, kita lanjutkan besok.” Lalu Allah
mengembalikan bekas lubang itu lebih kuat dari sebelumnya. (HR. Ahmad
10913, Ibnu Majah 4218 dan dishahihkan al-Albani)
Di mana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, Yakjuj Makjuj
telah berhasil melubangi sebesar satu lingkaran jari telunjuk dan
jempol. Dan beliau merasa sangat cemas dan ketakutan. Zainab
Radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan ketakutan Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam di suatu malam. Beliau tiba-tiba terbangun dengan
wajah pucat memerah,
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ
قَدِ اقْتَرَبَ فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ
مِثْلُ هَذِه
Laa ilaaha illallaah, sungguh, keburukan yang akan menimpa manusia
telah dekat. Pada hari ini, benteng Yakjuj dan Makjuj telah terbuka
selebar ini. Beliau berisyarat membuat lingkaran dengan jari telujuk dan
jempol. (HR. Bukhari 3346, Muslim 7416 dan yang lainnya).
Akan Keluar Setelah Tiba Waktunya
Demikianlah pendapat yang kuat dan ini keyakinan ahlus sunah. Yakjuj
Makjuj hanya akan keluar dari benteng itu, setelah Allah izinkan. Dan
itu muncul di akhir zaman, sebagai deretan tanda kedatangan kiamat.
Di lanjutan ayat, setelah berhasil membangun tembok itu, Dzulqarnain mengatakan,
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
Dzulkarnain mengatakan, “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku,
maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur
luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.”
Ketika benteng itu terbuka, mereka langsung keluar secara bergelombang, layaknya ombak lautan. Allah menyatakan,
وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَجَمَعْنَاهُمْ جَمْعًا
Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan
yang lain. Kemudian ditiup sangkakala (kiamat), lalu Kami kumpulkan
mereka itu semuanya.
Allah juga menegaskan di surat al-Anbiya:
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن
كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ – وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ
شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَا وَيْلَنَا
Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.
Mereka keluar setelah Nabi Isa turun dan berhasil membantai Dajjal.
Dalam hadis yang panjang, dari Nawwas bin Sam’an Radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan rentetan tanda
kiamat,
“Ketika Dajjal sudah sangat banyak kerusakannya, lalu Allah mengirim
‘Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan
mengenakan dua baju (yang dicelup wars dan za’faran) seraya meletakkan
kedua tangannya di atas sayap dua malaikat, bila ia menundukkan kepala,
air pun menetas. Bila ia mengangkat kepala, air pun bercucuran seperti
mutiara. Tidaklah orang kafir mencium bau dirinya melainkan ia akan
mati. Sungguh bau nafasnya sejauh mata memandang. Isa mencari Dajjal
hingga menemuinya di Bab Lud lalu membunuhnya. Setelah itu Isa
bin Maryam mendatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari Dajjal. Ia
mengusap wajah-wajah mereka dan menceritakan tingkatan-tingkatan mereka
di surga. Kemudian Allah wahyukan kepada Isa bahwa Sungguh Aku (Allah)
telah mengeluarkan hamba ciptaan-Ku yang tidak sanggup seorang pun
memerangi mereka. Maka berlindunglah wahai hambaKu ke bukit Thur. Lalu
Allah mengirim Ya’juj dan Ma’juj dalam keadaan berjalan cepat dari semua
arah, lalu kelompok pertama mereka melewati danau Thobariyah lalu
meminum semua isinya dan kelompok akhir mereka melewati danau tersebut
lalu mengatakan: dahulu pernah ada air disini. Nabi Isa dan
sahabat-sahabatnya terkepung sampai kepala sapi jantan lebih berharga
bagi seorang dari mereka dari seratus dinar milik salah seorang dari
kalian sekarang ini. Lalu Nabi Isa dan para sahabatnya memohon kepada
Allah. Kemudian Allah kirim ulat (yang biasa ada pada onta yang
berpenyakit) pada leher-leher mereka sehingga mereka menjadi mayat-mayat
yang bergelimpangan seperti kematian satu jiwa. Kemudian Nabi Isa dan
para sahabatnya turun (dari bukit) ke daratan dan tidak mendapatkan satu
jengkal pun di tanah kecuali dipenuhi oleh mayat dan bau busuk mereka.”
(HR. Muslim 2937)
Mereka Manusia Biasa
Yakjuj Makjuj adalah nama dua suku. Mereka keturunan Adam, manusia
biasa seperti kita. Menurut Ibnu Katsir, Yakjuj Makjuj keturunan Nabi
Nuh dari jalur Yafits Abu Turk. (an-Nihayah, 1/201).
Diantara bukti bahwa Yakjuj dan Makjuj itu manusia adalah hadis dari
Abu Sa’id al-Khudri, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
dalam hadis qudsi,
يقول الله تعالى: يا آدم, فيقول: لبيك وسعديك والخير فى
يديك. فيقول تعالى: أخرج بعث النار. قال: وما بعث النار؟ قال: من كل ألف
تسعمائة وتسعة وتسعين. فعنده يشيب الصغير( وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ
حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَاهُم بِسُكَارَى وَلَكِنَّ
عَذَابَ اللهِ شَدِيدٌ ) قالو: يارسول الله وأينا ذلك الواحد؟ قال: أبشروا
فإن منكم رجلا ومن يأجوج ومأجوج ألف.
Allah berfirman, “Wahai Adam. Ia pun menjawab, “Ya, aku memenuhi panggilan-Mu, dan kebaikan ada di tangan-Mu.
Allah berfirman, “Keluarkanlah ba’tsun nar! (rombongan neraka)”
Ia bertanya, “Apakah ba’tsun nar itu?”
Allah berfirman, “Dari setiap 1000 orang, 999 orang sebagai ba’tsun nar.
Saat itulah anak kecil menjadi tua. “Dan gugurlah segala kandungan
wanita yang hamil dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal
mereka sebenarnya tidak mabuk. Akan tetapi azab Allah itu sangat keras“.
(QS. al Hajj: 2)
Mereka bertanya, “Siapakah di antara kami yang termasuk orang yang satu itu?”
Beliau bersabda, “Bergembiralah! Sesungguhnya dari kalian satu orang
dan dari Ya`juj dan Ma`juj seribu orang”. (HR. Bukhari 6530).
Masih banyak beberapa informasi tentang Yakjuj dan Makjuj. Kita
cukupkan dulu, untuk mencoba menggali pelajaran darinya terkait dengan
kasus yang ditanyakan,
Pertama, bahwa yakjuj dan makjuj hanya akan keluar di akhir zaman, setelah munculnya Dajjal.
Kedua, benteng itu Allah rahasiakan. Tidak
ada satupun manusia yang tahu. Sehingga percuma orang melakukan
penelitian untuk mencarinya.
Ketiga, Yakjuj dan Makjuj keluar sendiri.
Setelah benteng itu rusak dengan izin Allah. Mereka tidak dibebaskan
oleh masyarakat di sekitarnya.
Keempat, Yakjuj Makjuj itu manusia, anak keturunan Adam. Berbentuk manusia, bukan makhluk salamander.
Media Liberal Sumber Dusta
Sebenarnya penemuan NASA tentang manusia bawa tanah, bukan sesuatu
yang istimewa. Namun media di tempat kita terlalu berlebihan
memberitakannya. Awalnya media liberal, lalu diikuti media islam yang
kurang bertanggung jawab.
Sebenarnya mereka hanyalah geladangan yang menghabiskan puluhan tahun
hidupnya di terowongan-terowongan kereta bawah tanah di New York.
Yang sangat ‘menyebalkan’, situs berita itu membuat ilustrasi makhuk
menyeramkan, layaknya manusia berkepala kadal, yang ternyata itu diambil
dari sebuah film science-fiction, yang dibuat pada tahun 1956.
Yang menyedihkan, media ‘islam’ mengutipnya dan menghubungkannya dengan Yakjuj dan Makjuj. Allahul musta’an. Kita layak prihatin dengan sikap ini.
Karena itu, penting kami ingatkan, agar kita kedepankan sikap suudzan (buruk sangka) terhadap media liberal atau yang kurang bertanggung jawab itu. Sehingga kita tidak mudah ditipu para penipu.
Allahu a’lam.
No comments:
Post a Comment