Allah berfirman dalam Al-Quranul Karim yang artinya: ‘Jika Kebenaran
itu mengikuti keinginan dan hawa nafsu mereka, langit dan bumi dan semua
orang di dalamnya akan terbawa dalam kerusakan.’
Semua masalah pada hari ini, semua krisis yang saat ini melanda
dunia, dapat dilihat sumbernya pada satu hal dan hanya satu hal ini saja
dan itu adalah digantikannya penyembahan kepada Allah oleh kultus diri
sendiri. Manusia, dalam kesombongan mereka, menghadirkan dan memandang
diri mereka sebagai tuan dari alam semesta. ‘Untuk apa saya memerlukan
Tuhan,’ kata mereka, ‘ketika saya bisa membuat hukum yang bisa lebih
baik melayani umat manusia sendiri?’
Tapi, faktanya adalah bahwa hukum mereka tidak membawa apa-apa
kecuali kesengsaraan, ketidakadilan, kemiskinan dan penderitaan. Allah
berfirman dalam surat Al-Baqarah, yang artinya: ‘Mereka mengatakan,
‘Kami hanya melakukan hal yang benar.’ Sungguh tidak demikian! Mereka
adalah para perusak, tetapi mereka tidak menyadarinya.’ Dan itu nyaris
tak mengejutkan, sebab diri yang tidak diliputi oleh keimanan kepada
Allah hanya akan membawa kepada keburukan.
Menuhankan Akal dan Hawa Nafsu
Allah berfirman, yang artinya: ‘Nafs membawa tindakan buruk – kecuali bagi mereka yang dikasihi oleh Tuhan.’ Nafs yang tidak diliputi oleh keimanan kepada Allah akan selalu membawa kepada selera dan keinginan yang lebih rendah, sampai hanya sedikit di atas hewan atau bahkan lebih rendah darinya.
Allah berfirman, yang artinya: ‘Nafs membawa tindakan buruk – kecuali bagi mereka yang dikasihi oleh Tuhan.’ Nafs yang tidak diliputi oleh keimanan kepada Allah akan selalu membawa kepada selera dan keinginan yang lebih rendah, sampai hanya sedikit di atas hewan atau bahkan lebih rendah darinya.
Allah berfirman, yang artinya: ‘Apakah kamu melihat orang yang telah
mengambil keinginan dan hawa nafsunya sebagi tuhannya? Apakah kemudian
kamu akan menjadi penjaganya? Apakah kamu mengira kebanyakan mereka
mendengar atau memahami? Mereka hanya seperti binatang ternak. Bahkan
mereka lebih sesat.’
Dan mengapa tidak, di mata mereka, dunia ini adalah segalanya dan
akhir dari segala eksistensi. Filsafat tak bertuhan mereka tidak lagi
memberikan mereka sebuah cita-cia apa pun. Mengapa mereka harus peduli
pada kesejahteraan planet ini ketika mereka akan mati dan dikuburkan
jauh sebelum planet itu punah? Apa urusannya jika mereka menyebabkan
satu juta orang mati kelaparan, sedang mereka sendiri berkelimpahan
dengan pakaian dan makanan? Tidak ada salah dan benar bagi mereka,
karena mereka tidak memiliki kompas moral yang dapat membedakan yang
benar dan yang salah.
Bagi mereka, sukses diukur oleh berapa banyak uang yang dapat
dikumpulkan dan berapa banyak materi yang dapat diperoleh – tidak ada
hal lain sebagai tujuan. Dan itulah mengapa begitu banyak dari mereka
mengklaim bahwa mereka tidak pernah merasa cukup, berbohong, menipu dan
mencuri untuk mendapatkan lebih dan lebih lagi. Jadi, pertumbuhan adalah
penggerak utama yang mendukung pandangan dunia ateis kapitalis, dan
karenanya ketergantungan pada riba atau penambahan dalam transaksi.
Yakni penciptaan ‘kekayaan moneter’ – yang dalam kenyataannya, hanya
angka-angka pada layar komputer – yang diciptakan dari ketiadaan.
Shaykh Abdalqadir mengatakan tentang ini, dalam esainya, Keruntuhan
Kaum Monetaris:
‘Fondasi dari ateisme modernis tidak terletak pada
bangunan metafisis yang menyatakan bahwa manusia tidak ‘memerlukan’ ide
Ketuhanan – tapi terletak pada pemberlakuan riba yang tidak ada lagi
sebagai larangan, tapi keharusan. Dalam dunia yang terbatas dan fana
manusia modern menyatakan bahwa pertambahan dalam pertukaran tidak hanya
diizinkan tetapi secara teoritis tanpa batas. Ateisme telah mendahului
riba. Sang Maha Pencipta telah menegaskan kenyataan-Nya bahwa tidak ada
sekutu bagi-Nya, segala sesuatu dalam eksistensi, yaitu penciptaan,
adalah sesuatu-selain-dari-Nya, sehingga berada dalam waktu, memiliki
bentuk dan batas. Karena sifat keterbatasan alam semesta inilah, sistem
pertukaran yang mengakui teori yang menyatakan pertambahan [riba, pen.]
dapat berfungsi, sedangkan yang di tangan adalah terbatas, harus
dilarang.
Riba dan hukum manusia telah membawa dunia ini ke tepi jurang –
lautan terpolusi, hutan gundul dan bahkan langit yang menipis – semua
demi memenuhi keserakahan mereka, dan kebutuhan kepuasan instan. Mereka
berpikir bahwa ‘perdagangan’ mereka membawa sukacita dan kebahagiaan,
tetapi kenyataannya hal itu bahkan tidak menguntungkan mereka di dunia
ini, karena Allah mengatakan, yang artinya, ‘Allah memusnahkan riba
tetapi menyuburkan sedekah.’
Dengan kata lain, menurut para mufassirun, riba tidak memberi mereka
manfaat di dunia ini. Dan, untuk di akherat kelak, mereka akan dibakar
di neraka, abadi selamanya. Allah berfirman yang artinya, ‘Adapun orang
yang melewati batas dan lebih memilih kehidupan dunia ini, api
menyala-nyala akan menjadi rumah-Nya. Adapun orang yang takut kepada
Tuhannya dan melarang diri dari hawa nafsu yang rendah, surga akan
menjadi perlindungan-Nya.
Penegakan Kembali Pilar Islam
Satu-satunya cara untuk menyelamatkan planet kita dan mengembalikan kesehatan dan kemuliaannya, satu-satunya harapan bagi kelangsungan hidup umat manusia adalah pemulihan dari Dien Islam secara keseluruhan. Islam harus sekali lagi diberlakukan di setiap negeri. Islam adalah Dienul Fitrah dan setiap aspeknya diarahkan menempatkan manusia selaras dengan dirinya sendiri dan dengan seluruh kehidupan.
Satu-satunya cara untuk menyelamatkan planet kita dan mengembalikan kesehatan dan kemuliaannya, satu-satunya harapan bagi kelangsungan hidup umat manusia adalah pemulihan dari Dien Islam secara keseluruhan. Islam harus sekali lagi diberlakukan di setiap negeri. Islam adalah Dienul Fitrah dan setiap aspeknya diarahkan menempatkan manusia selaras dengan dirinya sendiri dan dengan seluruh kehidupan.
Dunia ini seperti sebuah mesin yang diminyaki dengan segala sesuatu
dalam penciptaan yang memainkan peran dalam menjaga agar berfungsi
dengan lancar. Tapi jika satu bagiannya, terutama jika bagian itu adalah
bagian yang penting seperti manusia, sebagai roda penggerak, rusak dan
tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan, maka seluruh mesin
berhenti berfungsi dan mulai lepas dari jalinannya, sebagaimana yang
kita lihat saat ini. Jadi manusia harus kembali untuk memenuhi fungsi
utamanya sekali lagi.
Tapi apakah fungsi utama manusia?
Tapi apakah fungsi utama manusia?
Ini ada dua – yang pertama untuk menyembah Tuhan kita dan kedua untuk
menjaga dan memelihara bumi atas nama-Nya. Allah berfirman yang artinya
‘Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku.’ Dan
Dia mengatakan, ‘Dialah yang menunjuk kamu menjadi khalifah-Nya di
bumi.’ Ini adalah visi manusai yang lebih tinggi, yang dijelaskan oleh
Syaikh Abdalqadir dalam esainya, ‘Krisis Dunia':
‘Manusia telah ditempatkan di bumi untuk melestarikan dan
melindunginya. Manusia, dalam Islam, adalah penjaga dunia, tanahnya,
airnya, udara, dan semua makhluk hidupnya. Kembalinya Islam akan
memberikan penyelamatan ekologis bagi planet yang tengah sekarat.’
Sebab tidak ada sesuatu tugas yang lebih tinggi daripada memenuhi pekerjaan yang telah dipercayakan kepada manusia ini.
Mengembalikan Sunnah
Adapun bagian pertama dari tugas manusia dalam kehidupan adalah menyembah Tuhannya, satu cara untuk melakukan itu adalah dengan mengikuti sunah Rasul-Nya yang terkasih. Jika bukan karena dia tidak satupun dari kita dapat mengetahui Tuhan kita, dan jika bukan karena dia tidak satupun dari kita akan tahu bagaimana untuk beribadah. Allah berfirman yang artinya ‘Katakanlah, ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku dan Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ”
Adapun bagian pertama dari tugas manusia dalam kehidupan adalah menyembah Tuhannya, satu cara untuk melakukan itu adalah dengan mengikuti sunah Rasul-Nya yang terkasih. Jika bukan karena dia tidak satupun dari kita dapat mengetahui Tuhan kita, dan jika bukan karena dia tidak satupun dari kita akan tahu bagaimana untuk beribadah. Allah berfirman yang artinya ‘Katakanlah, ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku dan Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ”
Dia adalah panduan kita dalam semua aspek kehidupan kita – ibadah dan
mu’amalah, karena hanya ketika kedua bagian dari dien ini
diimplementasikan maka dien kita dapat dikatakan berfungsi. Itu adalah
realitas dari kesaksian kita bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
sehingga kita harus masukkan ke dalam segala praktek yang dibawanya,
mulai dengan pilar-pilar pokoknya.
Kita harus mengembalikan pilar zakat yang hilang dan itu memerlukan
kembalinya mata uang Dinar emas dan Dirham perak dan kepemimpinan yang
cukup kuat untuk mengambil zakat – bila orang menolaknya. Sebagaimana
Sayyiduna Abu Bakar melakukananya, ketika suku-suku Arab menolak untuk
membayar zakat, setelah masa hidup Rasulullah, sallalahu alayhi wa
sallam, .
Kita harus menghapuskan riba – Allah dan Rasul-Nya telah menyatakan
perang terhadapnya – dan menegakkan kembali keadilan dan kesetaraan
dalam transaksi. Perdagangan harus kembali ditransaksikan secara kontan
dengan uang riil dan untuk barang-barang yang riil. Dan uang harus
berhenti ditumpuk dan ditimbun di bank-bank, tetapi harus beredar di
antara orang-orang dan kembali menjadi media pertukaran, sebagaimana
Allah sendiri menunjukkan dalam surat Al-Hasyr, yang artinya, ‘Apapun
rampasan perang yang Allah berikan kepada Rasul-Nya dari penduduk kota
adalah milik Allah dan Rasul serta kerabat dekat dan anak-anak yatim dan
sangat miskin dan musafir, sehingga harta – yakni jarahan perang dan
semua bentuk lain dari uang – tidak hanya berputar di kalangan kaya di
antara kamu – yaitu ditimbun dan tetap terkunci dan tidak dapat diakses
oleh masyarakat.’
Uang adalah darah kehidupan masyarakat – ketika uang mengalir lancar
tatanan masyarakat berfungsi tetapi ketika terjadi kebekuan, masyarakat
berada dalam bahaya kematian dan kehancuran. Hari ini kita berdiri di
persimpangan jalan yang penting dalam sejarah umat manusia. Sistem riba
yang berlaku saat ini yang dibangun di atas keserakahan dan ketamakan
para penguasa kafir tengah pada titik kehancurannya, terhuyung dari satu
krisis ke krisis berikutnya, setiap kali krisis baru yang lebih besar
dan lebih destruktif daripada yang sebelumnya. Spesies kita telah berada
di ambang jurang dan hanya kita sendiri yang memiliki kapasitas untuk
menarik kembali ke keselamatan.
Kita, umat muslim, memegang di tangan kita ‘instrumen sosial yang
unik penyelamat dari bencana monetaris’, karena kita memiliki akses
langsung ke dien otentik dari Allah yang bentuknya secara lengkap dan
sempurna telah dipraktekkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Kita memiliki
akses kepada sunnah Rasul Allah terakhir, yang praktek dan ajarannya
tetap berlaku dan akan berlaku sampai Hari Qiyamah.
Kita memohon kepada Allah agar memberikan niyat yang tegas dan
menguatkan kita dalam menjalankan tugas ke depan. Kita meminta
kepada-Nya untuk menempatkan kita di garda depan orang-orang yang
mendirikan kembali dien-Nya dan membuat semua tindakan kita dan semua
transaksi kita adil dan terhormat. Mari kita wujudkan shahadatayn dalam
semua aspek kehidupan kita dan dengan demikian menunjukkan kepada
orang-orang bagaimana menjalani hidup dan berinteraksi secara sehat.
Kita meminta kepada Allah untuk melindungi kita dari hedonisme yang
meliputi zaman modern dan ekologisme yang muncul sebagai oposisi
langsung terhadapnya, dan menjadikan kita ummatan washaton. Kita meminta
Dia untuk memberikan kemenangan dan keberhasilan dien-Nya. Amin.
No comments:
Post a Comment