Sunday, October 15, 2017

Rumah yang Diberkahi (2)

Hasil gambar untuk Senantiasa Bersyukur
RUMAH yang kita bangun boleh indah dan cantik, akan tetapi tidak boleh berlebihan. Tidak boleh bermegah-megahan. Juga hendaknya bangunan tidak mengandung unsur-unsur syirik dalam desain dan ornamen di dalamnya.
Menurut KH Ahmad Mansur Suryanegara, sejarawan Islam, desain interior rumah atau suatu bangunan dilarang berbentuk atau mirip salib. “Jangan ada kusen atau interior rumah yang mirip salib. Ini tidak mudah bagi desainer tapi itu merupakan dakwah. Kalangan Kristen mengenalkan salib itu bagian dari dakwahnya.” katanya.
Desain interior rumah islami sebaiknya memiliki ciri-ciri di antaranya: disediakan ruang khusus untuk ibadah (mushalla), menjadikan dinding rumah (ruang tamu dan ruang pribadi) sebagai hijab, kamar orangtua dan anak-anak terpisah. Selain itu, juga harus tersedianya kamar tamu dan kamar pribadi, posisi kloset tidak menghadap kiblat, serta ornamen atau hiasan yang bernuansa islami (kaligrafi ayat Qur`an, Hadits atau pemandangan)
Hal yang perlu diperhatikan juga dalam desain rumah adalah tembok atau pagar. Sebaiknya tidak terlalu tinggi, sehingga membuat rumah terkesan sebagai benteng yang akan memutuskan hubungan dengan tetangga kita.
Baiti Jannati, rumahku adalah surgaku. Demikian sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang menggambarkan betapa pentingnya peran rumah dan keluarga dalam kehidupan manusia. Rumah  yang  islami  yakni  rumah yang  dibangun  semata-mata  hanya  dalam rangka untuk  beribadah kepada Allah SWT.
Memuliakan Tamu
Jika seorang tamu mengucapkan salam di depan pintu, maka hendaknya tuan rumah menjawabnya. Menjawab salam sesama Muslim berarti menunaikan hak sesama Muslim.
إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَاماً قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُّنكَرُونَ
“Ketika mereka masuk dan memberi salam, maka Ibrahim menyambut dengan salam juga kepada orang-orang yang belum dikenal itu.” (QS Adz-Dzariyat [51]: 25)
Tuan rumah hendaknya menyambut tamunya dengan penuh gembira dan wajah berseri-seri. Jika ia sedang punya masalah, hendaknya tidak di­nampakkan kepada tamu.
Agar tamu segera merasakan sikap yang ramah dari tuan rumah, maka segeralah menyuguhkan hidangan. Hal itu dijelaskan dalam al-Qur`an ketika Nabi Ibrahim Alaihissalammenyuguhkan hidangan kepada  tamunya. “Kemudian Ibrahim menghidangkan pada mereka.” (QS: Adz-Dzariyat [51]: 27)
Bahkan di antara tanda keimanan yang sempurna di dada seseorang ialah dimilikinyaakhlakul karimah dalam perbuatan maupun ucapan.  “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir maka hendaklah ia menghormati tamunya…” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
“Aku tidak suka memperindah rumahku kecuali sekadar memuliakan tamu,“ ujar Abdullah bin Umar.
Jadi, seorang Muslim harus senantiasa menyiapkan dirinya, rumahnya dan keluarganya untuk menerima tamu dan menghormatinya. Menerima tamu yang dalam kesulitan, menjadikan rumah tempat pengajian, tempat thalabul ilmi, dan tempat silaturahim adalah cara yang akan mengundang keberkahan.
Berbuat Baik Terhadap Tetangga
Ajaran Islam sangat menganjurkan hubungan yang baik dengan tetangga.
Dari Ibnu Umar dan Aisyah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, “Jibril selalu berpesan kepadaku agar berbuat baik terhadap tetangga sehingga aku mengira kalau-kalau mereka akan diberi hak waris.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Pilihlah rumah di antara tetangga yang baik. Sebab jika tetangga dan lingkungannya baik, maka hidup akan merasa nyaman. Bila memungkinkan lokasinya dekat  dengan masjid, sehingga bisa menunaikan shalat berjamaah, dan anak-anak terbiasa  dengan suasana ibadah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam menghubungkan berbuat baik kepada tetangga dengan keimanan seseorang. Perhatikan sabdanya, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka janganlah mengganggu tetangganya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Tetangga rumah kita harus merasakan ketenangan, kedamaian dengan kehadiran rumah kita. Jangan sebaliknya. Juga harus mendapatkan perhatian dari kita dan menyukai mereka. Rumah  islami yang akan mengundang keberkahan harus dapat mencegah hal-hal yang menyakitkan tetangga, dan mengetahui hak-hak tetangga.
Lingkungan yang Baik
Peduli dengan lingkungan yang sehat akan menciptakan kehidupan yang sehat pula. Adapun hal yang pertama harus diperhatikan untuk membangun atau memilih lokasi rumah adalah lingkungan (bi’ah) yang baik. Sebab, lingkungan sangat berpengaruh terhadap kepribadian, perilaku, dan pola pikir seseorang.
Hindari lingkungan yang tidak kondusif dalam menumbuhkan nilai-nilai kebaikan, dan ketaatan pada agama. Misalnya, di lingkungan yang terjadi penyimpangan aqidah, senang berjudi, dan minum minuman keras.
Jika sebuah lingkungan yang sarat dengan nuansa maksiat, maka akan mendorong seseorang untuk melakukan penyimpangan dan dosa. Oleh sebab itu, menjauhi lingkungan seperti itu pada dasarnya merupakan sebuah keharusan dalam melestarikan iman.
Secara eksplisit, al-Qur`an menyatakan bahwa segala jenis kerusakan yang terjadi di permukaan bumi ini merupakan akibat ulah tangan yang dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi terhadap lingkungan hidupnya;
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS: Ar-Rum [30]: 41).
Rumah yang Bersih
Jika rumah kita bersih, maka akan membantu kita untuk tetap sehat dan bugar. Suasana rumah yang sehat tidak hanya membantu kita untuk bebas dari stres, tetapi juga membantu untuk meningkatkan produktivitas ibadah dan kerja kita.
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallu ‘alaihi Wassallambersabda: Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji debu. Ada seorang yang bertanya, “Sesungguhnya setiap orang suka (memakai) baju yang indah, dan alas kaki yang bagus, (apakah ini termasuk sombong?). Rasulullah Shallallu ‘alaihi Wassallam bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (Riwayat Muslim)
Oleh karena itu, rumah harus ditata sedemikain rupa supaya indah, bersih dan sehat.  Tanamlah pohon yang rindang dan sejuk. Perbaikilah sanitasi air agar tidak mampat, tidak bau dan mengganggu tetangga di sekitar rumah kita.
Islam adalah agama yang cinta kebersihan. Kita diingatkan oleh Nabi Shallallu ‘alaihi Wassallam jika hendak memelihara hewan seperti anjing karena berkaitan dengan hal najis. Bahkan Islam melarang memelihara anjing kecuali untuk kepentingan penjagaan keamanan atau pertanian.
Simak sabda Rasulullah Shallallu ‘alaihi Wassallam ini, “Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan juga tidak memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar (patung).” (Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)
Senantiasa Bersyukur
Sungguh,  suatu  rahmat  yang  luar  biasa  jika kita diberi  keluasan, dan kelapangan rezeki, sehingga dapat membangun sebuah rumah. Padahal, betapa banyak saudara  kita  yang  kurang  beruntung  sehingga  tidak memiliki kemampuan untuk memiliki rumah. Masih banyak orang yang kedinginan, kehujanan karena tak punya tempat berteduh. Jadi, sudah sepantasnya kita bersyukur atas rahmat dan rezeki yang telah diberikan Allah kepada kita.
Salah satu ungkapan rasa syukur kita adalah dengan menggunakan rezeki dengan bijak, tidak berlebih-lebihan, tidak sombong, tidak boros, dan tidak pula kikir. Dalam  membangun  rumah,  kita  harus menggunakan  sumber  daya  secermat  mungkin,  sehingga  tidak  ada  yang mubazir.
Dalam sebuah tulisan kolomnya yang berjudul Rumah Sejati Kita, Salim A Fillah menyindir kita, “Betapa jauh kita hari ini dari petunjuk Rasulullah Shallallu ‘alaihi Wassallam dan teladan orang-orang yang diridhai-Nya. Betapa bangga kita tentang seluas apa, sejumlah lantai, seharga berapa, senyaman apa, dan bagaimana mempercantiknya. Tanpa sadar bahwa rumah abadi kelak kita di akhirat belumlah dipasang batu pertamanya.”
Allah Ta’ala sama sekali tidak mendapat keuntungan apapun dari sikap syukur hambanya. Sebaliknya, kesyukuran manusia itu, manfaatnya kembali kepada mereka sendiri.
Allah Ta’ala menyatakan;
وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
”Barangsiapa yang bersyukur, maka hal itu adalah untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Barangsiapa yang ingkar, sesungguhnya Tuhan itu Maha Kaya dan Maha Mulia.” (QS: An-Naml [27]: 40)
Bersyukur karena ia merupakan kunci peningkatan rezeki. Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah, syukur merupakan pujian dan pengakuan hamba terhadap nikmat Allah yang disertai rasa cinta dan ketaatan kepada-Nya.
Allah Ta’ala berfirman, “Jika kamu bersyukur, maka Aku akan menambah (nikmat) itu kepadamu, dan jika kamu ingkar maka sesungguhnya siksa-Ku sangat pedih. (Ibrahim [14]: 7).Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment

Dukhon

Saat ini di dunia dan juga tentu saja termasuk indonesia, sedang perjadi pandemi yang berasal dari corona. Nama legkapnya virus corona. Ata...