Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al Qur’an
Al Qur’an
secara tegas menantang semua sastrawan dan orator Arab untuk menandingi
ketinggian Al Qur’an, namun tidak ada satu pun yang sanggup. Meskipun
mereka menentang dan memusuhi Al Qur’an serta Nabi Muhammad SAW. tetapi
sebenarnya mereka mengagumi ketinggian bahasa dan sastra yang ada pada
Al Qur’an. Hal ini terbukti dari hal berikut.
1. Menurut
riwayat, Al Walid bin al-Mughirah, tokoh Quraisy pernah berkunjung ke
rumah Rasulullah dan beliau membacakan Al Qur’an dihadapannya. Ketika
hal itu diketahui Abu Jahal kemudian berkata kepadanya
“hai
paman, apakah engkau hendak menghimpun harta kekayaan untukmu karena
engkau telah mendatangi Muhammad untuk memperoleh sesuatu dari padanya?”
Ia menjawab, “sesungguhnya seluruh suku Quraisy sudah mengetahui bahwa
akulah yang paling kaya di antara mereka.” Kata Abu Jahal, “kalau begitu
ucapkanlah sesuatu untuk meyakinkan kaummu, bahwa engkau mengingkari
bacaan Muhammad itu.” Jawab Walid,”aku bingung apa yang harus kukatakan,
Demi Allah, tidak ada yang lebih mengerti dari aku di antara kalian
tentang syi’ir baik rajaznya, qashidahnya maupun segala macam dan segala
jenis syi’ir yang halus dan indah. Demi Allah aku belum pernah
mendengar kata-kata yang seindah itu. Itu bukan syi’ir, bukan sihir dan
bukan pula kata-kata tukang sihir atau tukang ramal seperti yang
dikatakan orang selama ini. Sesungguhnya Al Qur’an itu ibarat sebuah
pohon yang rindang, akarnya terhujam ke tanah, susunan kata-katanya amat
manis dan sangat enak didengar. Itu bukanlah kata-kata manusia. Ia
sangat tinggi dan tidak ada yang dapat menandinginya.”
2.
Nadlar bin Harits, salah satu pembesar Quraisy yang sangat membenci
Islam, pada suatu hari setelah ia mendengar ayat-ayat Al Qur’an yang
dibacakan oleh Nabi SAW., ia berkata kepada kaumnya:
“Hai
kaumku, sesungguhnya kalian telah mengetahui, bahwa aku belum pernah
meninggalkan sesuatu, melainkan mesti aku mengetahui dan membacanya
serta mengatakannya lebih dahulu kepada kalian. Demi Allah sungguh aku
telah mendengar sendiri bacaan yang biasa diucapkan oleh Muhammad. Demi
Allah, katanya, aku sama sekali belum pernah mendengar perkataan seperti
itu. Itu bukan syi’ir, bukan sihir dan bukan pula ramal.”
Bagi
mereka yang tidak mengerti dan mengetahui bahasa Arab, amat sulit bahkan
tidak mungkin dapat menangkap di mana letak kemu’jizatan Al Qur’an,
baik dari segi keindahan susunan maupun gaya bahasanya. Karena untuk
mengetahui ketinggian dan mutu suatu bahasa adalah tidak mungkin tanpa
mengetahui dan menghayati keindahan bahasa itu sendiri.
Di antara
pendusta dan musyrik Arab saat itu yang mencoba berusaha menandingi Al
Qur’an adalah Musailamah al Kadzdzab. Adapun tandingan yang dibuat
adalah:
Hai katak anak dari dua ekor katak, bersihkanlah apa yang
hendak engkau bersihkan, bagian atasmu ada di air dan bagian bawahmu
ada di tanah.
Gajah, apakah gajah itu, tahukah kamu apa gajah itu, ekornya seperti tongkat dan belalainya panjang.
Sesungguhnya kami telah memberikanmu minman keras, maka shalatlah
karena tuhanmu dan keraskanlah suaramu, sesungguhnya orang yang
membencimu adalah orang-orang kafir.
Demi kambing dan aneka
warnanya, alangkah mengagumkan hitamnya dan air susunya. Demi domba yang
hitam dan air susunya yang putih, sungguh hal ini sangat mengagumkan,
sesungguhnya diharamkan mencampurnya dengan kurma.
Demi
penggilingan tepung yang digunakan menggiling, demi roti, demi hujan
yang rintik-rintik, demi beberapa genggam bila digenggam, yang membuat
menjadi gemuk.... Sesungguhnya kalian lebih diutamakan dari penduduk
badwi, dan sekali-kali kalian tidak akan dilampaui oleh penduduk negeri.
Jauhilah tempat yang banyak tanaman, jagalah dirimu dari penjahat, dan
hadapilah orang yang berbuat jahat dan aniaya itu....
Al Jahiz, seorang sastrawan terkemuka dalam karyanya
“al-hayawan”, menanggapi gubahan Musailamah, sebagaimana yang dikuti oleh Usman: “saya tidak mengerti apa yang menggerakkan hati Musailamah al Kadzdzab mennyebut katak dan sebagainya itu. Alangkah kotor gubahan yang dikatakannya sebagai ungkapan yang sama dengan Al Qur’an, yang dikatakannya diturunkan kepadanya sebagai wahyu.”
“al-hayawan”, menanggapi gubahan Musailamah, sebagaimana yang dikuti oleh Usman: “saya tidak mengerti apa yang menggerakkan hati Musailamah al Kadzdzab mennyebut katak dan sebagainya itu. Alangkah kotor gubahan yang dikatakannya sebagai ungkapan yang sama dengan Al Qur’an, yang dikatakannya diturunkan kepadanya sebagai wahyu.”
Abu al Alla al
Ma’ariy al Mutanabi juga berusaha menandingi AlQur’an tetapi ketika
mereka akan memulai tiba-tiba dia gellisah dan bingung, kemudian dia
merusak alat tulisnya dan merobek-robek kertasnnya.
Ibnu al
Muqaffa, ketika hendak memulai membuat kalimat tandingan Al Qur’an, ia
mendengar seorang anak membaca firman Allah QS. Hud ayat 44:
“Dan
difirmankan; Hai bumi, telanlah airmu dan hai langit (hujan)
berhentilah, dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan
bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi kemudian dikatakan,
binasalah orang-orang yang zalim.”
Mendengar hal itu, ia lalu
menyobek-nyobek kertasnya, mengurungkan niatnya dan berkata: Demi Allah,
adalah tidak mungkin ada manusia yang dapat membuat seperti itu.
Hikmah Mempelajari I’jazil Qur’an
Manfaat mempelajari I’jazil Qur’an diantaranya adalah:
1.Jika orang-orang yang hidup semasa Rasulullah SAW. telah menyaksikan
dengan mata kepala sendiri mukjizat-mukjizat yang banyak, maka
sesungguhnya Allah memperlihatkan manusia masa kini mukjizat Rasulullah
SAW., yang sesuai dengan zaman mereka dan terbuktilah bagi mereka bahwa
Al Qur’an itu adalah haq. (benar)
Munculnya bukti-bukti ilmiah
ini memberikan kepercayaan untuk kedua kalinya dalam hati orang-orang
Islam yang diuji oleh orang-orang kafir tentang agama mereka dengan
mengatas namakan ilmu pengetahuan dan apa yang telah dicapai oleh
kemajuan dan kebudayaan..Para sahabat Rasulullah pasti akan menangis
bercucuran air mata betapa mu'jizat ini sangat luar biasa dan keimanan
meraka bertambah-tambah. Maha suci Allah dengan segala ciptaanya.
2.Koreksi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia. Dengan
kemungkinan kaum muslimin untuk maju ke muka untuk mengoreksi
perkembangan ilmu pengetahuan di dunia dan menempatkannya pada tempat
yang benar itu adalah jalan untuk iman kepada Allah dan rasul-Nya,
membenarkan apa yang ada pada Al Qur’an pedoman untuk Tunduk dan patuh
(taqwa) saksi bagi penyelewengan agama-agama selainnya.
Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak
sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar tidak mau
beriman mempercayai kewahyuan Al-Qur’an dan sombong tidak mau menerima
kitab itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil lamunan atau buatan Nabi
Muhammad SAW sendiri,
QS Ali Imran 19
"Sesungguhnya agama
(yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya."
Semoga kita kembali
mau menghidupkan Al-Qur'an didalam diri kita masing-masing, bukankah
setiap diri di minta pertanggung jawaban oleh Allah SWT dan agar jalan
kita tidak tersesat.
“Aku tinggalkan untuk kamu sekalian dua hal.
Jika kalian mau berpegang teguh kepadanya niscaya kamu sekalian tidak
akan sesat selama-lamanya, dua hal itu adalah kitab Allah (al-qur’an)
dan sunnah Rasul-Nya (al-Hadits). (HR Imam Malik)
Dengan bekal ini mari kita hadapi tantangan masa depan (Akherat) dengan syair DR.Muhammad Iqbal pujangga islam.
Laa Takhaf Wa Laa Tahzan
Wahai kau yang dibelenggu rantai takut dan gelisah
Pelajarilah mutu kata Nabawi: "Laa Tahzan"
Jangan takut tak berketentuan
Jika adalah padamu Tuhan Yang Maha Kuasa
Lemparkanlah jauh-jauh segala takut dan bimbang
Lemparkan cita untung dan rugi
Kuatkan iman sekuat tenaga
Dan kesankanlah berkali-kali dalam jiwamu: "La Khaufun 'Alaihim"
Tiada resah dan gentar pada mereka bagi zaman 'kan datang
Bila Musa pergi kepada Fir'aun
Hatinya membaja oleh mutu kata:
"Laa Takhaf, janganlah takut dan bimbang"
Siapa yang telah mempunyai semangat al-Musthafa
Melihat syirik dalam setiap denyut dan luapan takut bimbang.
Pelajarilah mutu kata Nabawi: "Laa Tahzan"
Jangan takut tak berketentuan
Jika adalah padamu Tuhan Yang Maha Kuasa
Lemparkanlah jauh-jauh segala takut dan bimbang
Lemparkan cita untung dan rugi
Kuatkan iman sekuat tenaga
Dan kesankanlah berkali-kali dalam jiwamu: "La Khaufun 'Alaihim"
Tiada resah dan gentar pada mereka bagi zaman 'kan datang
Bila Musa pergi kepada Fir'aun
Hatinya membaja oleh mutu kata:
"Laa Takhaf, janganlah takut dan bimbang"
Siapa yang telah mempunyai semangat al-Musthafa
Melihat syirik dalam setiap denyut dan luapan takut bimbang.
Cahaya Matahari sudah mulai terlihat Islam mulai bangkit dimana-mana.Barakallahu li walakum fil quranil azim.
No comments:
Post a Comment