Ini pernah saya rasakan lebih dari sekali. Baik terhadap obyek yang berupa orang maupun keadaan lingkungan sekitar. Saya kasih sedikit gambaran tentang dejavu.
Ketika kamu diperkenalkan dengan seseorang, pernahkah tersirat perasaan dalam hatimu, “Rasanya saya pernah bertemu orang ini. Di mana, ya?”
Padahal, kamu belum pernah bertemu sebelumnya. Itu disebut gejala deja vu. Déjà vu adalah suatu perasaan aneh ketika seseorang merasa pernah
berada di suatu tempat sebelumnya, padahal belum. Atau, merasa pernah
mengalami suatu peristiwa yang sama persis, padahal tidak. Konon, orang
tang sering mengalami hal itu memiliki bakat spiritual tinggi. Kalau menurut saya ngga segitunya kale...
Para skeptis menganggap itu hanya sensasi. Namun banyak juga ahli yang
percaya bahwa hal itu memang nyata adanya. Ada yang menyebut bahwa peristiwa
yang dirasakan berlangsung pada kehidupan silam. Ini bagi penganut paham
reinkarnasi. Bagaimana bagi orang islam? Surat Al Hadid ayat 22 di
atas memberi sekilas isyarat. Bahwa segala sesuatu yang belum terjadi,
sudah tertulis dalam kitab. Lihatlah juga surat Ash-Shaaffaat (37) ayat
96, “Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat."
Semua
peristiwa yang terjadi di bumi dan semua perbuatan kita memang sudah ada sejak awal.
Lalu, akan terjadi satu per satu secara berurutan. Dan pada waktunya,
akan terekam dalam saraf penyimpan di otak, mungkin suatu ketika terjadi
short-circuit, korslet di otak seseorang. Lintasan listrik di otak
melompat nyerempet sinyal ke wilayah yang belum terjadi. Maka orang
merasa sudah pernah mengalami atau melihat sesuatu. Padahal yang terjadi
adalah dia “pernah” melihat, tetapi di masa depan. Selama ini “pernah”
hanya dikaitkan dengan masa lalu. Gejala déjà vu memperluas makna
“pernah” hanya dikaitkan dengan masa lalu. Gejala déjà vu memperlus
makna “pernah” ke masa lalu dan juga masa depan.
Aneh? Tidak
juga. Kita lihat dalam Surat Al Fath ayat 27, Allah membuka peristiwa
ketika nantinya Rasulullah Saw. Memasuki Mekah dengan aman. Padahal, itu
belum terjadi. Lalu Surat Ar-Ruum (30) ayat 2-4 yang berisi tentang
kemenangan Romawi atas Persia, padahal itu baru terjadi beberapa tahun
kemudian, itu contoh penyingkapan terhadap peristiwa yang belum terjadi
bagi siapapun yang membaca Al Quran. Ternyata, selain kepada para nabi,
kadang-kadang Allah memberi “bocoran” masa depan kepada manusia biasa
juga. Masa depan memang sudah ada saat ini. Hanya saja, kebanyakan
manusia tidak bisa melihatnya. Kecuali mungkin sekilas déjà vu yang
dialami segelintir orang tadi.
Wallahu a’lam.
No comments:
Post a Comment